Sementara untuk mendukung kegiatan perikanan budidaya secara semi intensif berdasarkan volume air di pantai dari luasan yang dimiliki Kecamatan Medang Deras
agar lestari adalah 322 ha dengan target produksi 1 – 2 tonha. Menurut Deb 1998, target produksi untuk sistem teknologi semi intensif
biasanya setengah dari target produksi intensif. Jika target produksi intensif 2 – 5 tonha maka target produksi untuk semi intensif adalah 1 – 2 tonha.
4.5.2 Daya dukung kawasan berdasarkan daya tampung beban limbah organik dari kegiatan budidaya tambak
a. Beban Limbah Organik Budidaya Intensif
Peningkatan pemberian pakan sejalan dengan pertumbuhan udang, semakin bertambahnya umur udang sisa pakan semakin banyak menumpuk didasar kolam
pemeliharaan. Pakan yang tidak dimakan sisa pakan dan ekskresi udang akan menambah bahan organik dalam lingkungan tambak Boyd, 1992. Sisa pakan dan
feses udang yang menumpuk di dasar kolam dapat menurunkan kualitas air lingkungan tambak, karena itu sisa pakan dan feses harus dibuang agar kualitas air
kolam mendukung pertumbuhan udang. Menurut Boyd dan Weddig 1997, pakan digunakan di kolam tambak untuk
meningkatkan produksi udang, namun pakan tidak semuanya dimanfaatkan oleh udang. Sisa pakan akan mengendap di dasar perairan selanjutnya dimanfaatkan
oleh fitoplankton di kolam sehingga akan menambah kesuburan perairan kolam
Universitas Sumatera Utara
eutrofikasi. Tingginya kelimpahan fitoplanton akan berdampak terhadap organisme dibudidayakan terutama dalam hal pemanfaatan oksigen di dalam perairan Maarif
dan Somamiharja, 2000. Perbaikan kualitas air tambak dilakukan dengan cara melakukan pergantian air
penyiponan dengan tujuan agar pakan dan hasil ekresi udang terbuang bersamaan dengan keluarnya air. Air buangan ini selanjutnya dibuang ke perairan pesisir
disekitar pertambakan. Beban limbah organik yang dibuang ke pesisir dinyatakan dalam bentuk TSS. Perhitungan beban limbah organik tambak hanya berdasarkan
tingkat teknologi semi intensif dan intensif saja sedangkan budidaya udang secara ekstensif tradisional tidak dilakukan, hal ini karena sistem semi intensif dan intensif
mengandalkan pakan buatan untuk menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang secara optimal.
Beban limbah organik dalam bentuk TSS yang dibuang ke daerah pesisir dari hasil kegiatan budidaya udang secara intensif dengan luas areal 3900 m
2
Pada akhir masa pemeliharaan panen, dimana tambak udang dikeringkan dengan cara menggelontorkan seluruh volume air tambak 3900 m
dari mulai hari pertama sampai hari ke 125 selama satu siklus pemeliharaan adalah
sebagai berikut. Konsentrasi limbah tertinggi dari DOC 0 sampai DOC 125 adalah 70,20 mgL yang ditemui pada hari ke 71, jika dilihat dari bobot berat limbah yang
dibuang ke perairan sekitar pertambakan pada hari ke 71 adalah sebesar 54,75 kg TSS lampiran 2.
3
ke perairan,
Universitas Sumatera Utara
konsentrasi limbah tambak TSS sebesar 20,41 mgL maka jumlah bobot limbah yang dibuang ke perairan pada saat penggelontoran sebesar 79,62 kg TSS.
Total bobot limbah harian TSS selama masa pemeliharaan 2278,68 kg TSS,
dengan demikian total bobot keseluruhan limbah selama masa pemeliharaan ditambah jumlah limbah yang digelontorkan adalah 2358,30 kg TSS0,39 ha atau
6046,923 kghasiklus. Konsentrasi beban limbah organik tertinggi dalam bentuk TSS dengan luas
areal 4300 m
2
Pada akhir pemeliharaan, tambak udang dikeringkan dengan cara penggelontoran seluruh volume air tambak 4300 m
yang dibuang ke daerah pesisir dari DOC 0 sampai DOC 120 selama satu siklus pemeliharaan adalah 64,80 mgL yang ditemui pada hari ke 71. Bobot
beban limbah TSS yang dibuang ke perairan di sekitar pertambakan adalah sebesar 55,73 kg TSS lampiran 3.
3
. Konsentrasi limbah pada saat penggelontoran sebesar 20,30 mgL maka bobot limbah yang dibuang pada saat
pengelontoran tersebut sebesar 87,27 kg TSS. Total bobot limbah harian TSS selama masa pemeliharaan 4185,63 kg TSS, dengan demikian total bobot keseluruhan limbah
selama masa pemeliharaan ditambah jumlah limbah yang digelontorkan adalah 4272,90 kg TSS0,43 ha atau 9936,98 kghasiklus.
b. Daya dukung berdasarkan limbah organik