internasional. Seluruh pendonor darah apheresis pendonor di Australia merupakan perilaku usaha secara sukarela dengan penghargaan-penghargaan yang secara jelas
dan nyata Healy, 2006. Pada dekade-dekade terakhir, sejumlah tinjauan-tinjauan utama telah
dijalankan untuk mempertimbangkan faktor kedudukan organisasi dan individu bisa berdampak terhadap keputusan untuk mendonorkan darah. Walaupun penelitian
sebelumnya memiliki perhatian besar terhadap rekrutmen pendonor, khususnya, variabel demografi yang dihubungkan dengan perilaku donor darah. dan masalah
kelangsungan donor darah menjadi sangat penting Ferguson E, 1996.
2.2.6. Risiko Donor Darah
Berbagai macam cara telah ditemukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan donor darah sebagai
langkah preventif untuk menyediakan suplai darah bagi mereka yang membutuhkannya. Kegiatan donor darah ini kerap diselenggarakan secara rutin oleh
PMI dan unsur-unsur terkait untuk tujuan mulia, yaitu kemanusiaan dan kepedulian sosial. Donor darah penting dalam merawat banyak masalah medis, seperti kanker
dan kelainan darah, dan juga dalam merawat luka tertentu dan prosedur bedah yang besar di mana terjadi banyak kehilangan darah Depkes RI, 2009.
Walaupun suplai darah di Australia amat aman, donor darah tidak bebas dari risiko, dan komplikasi dapat terjadi, sama seperti untuk segala prosedur medis.
Reaksi parah terhadap donor darah jarang sekali, tetapi dapat membawa akibat parah,
Universitas Sumatera Utara
dan jarangnya, bahkan maut. Reaksi imun atau alergi mungkin terjadi. Mungkin ada risiko yang bertambah untuk infeksi setelah operasi dan jangka waktu rawat inap
yang lebih panjang untuk pasien bedah. Reaksi ringan pada kulit atau demam kadang- kadang terjadi satu atau dua reaksi untuk setiap ratus transfusi.
Pasien yang menerima transfusi secara berkala menghadapi risiko lebih besar akan menderita reaksi tersebut. Walaupun diuji semua darah yang disumbangkan,
risiko penularan bahan menular termasuk virus hepatitis, HIV dan bakteria tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tidak akan terjadi. Risiko ini teramat rendah
O’Brien, 2006. Menurut David Lee 2006, survei terhadap masyarakat awam pada dekade
lalu menunjukkan perhatian publik tentang keamanan transfusi masih merupakan hal yang biasa, didominasi oleh ketakutan yang berkelanjutan akan tertular infeksi HIV.
Tanggapan semacam ini berkelanjutan meskipun pengenalan bahwa transfusi darah lebih aman sekarang ini daripada beberapa tahun lalu. Penghakiman oleh masyarakat
awam sekilas mungkin tampaknya tidak rasional dan dapat dipahami bila metode, bias, dan bentuk penghakiman manusia akan resiko itu dipertimbangkan. Persepsi
terhadap resiko menyarankan bahwa masyarakat awam memahami resiko tidak begitu berhubungan dengan pandangan tiga dimensi terhadap resiko sebagai suatu
probabilitas dan lebih erat kaitannya terhadap konstuksi multidimensi yang komplek dalam hal efek, alasan, pandangan dunia, kepercayaan, dan faktor lainnya merupakan
hal yang saling berkaitan.
Universitas Sumatera Utara
Donor darah tidak bebas dari risiko, dan penting agar mempertimbangkan alternatif untuk transfusi, dan cara untuk mengurangi jumlah darah yang digunakan.
Alternatifnya termasuk mendeteksi dan merawat anemia sebelum pembedahan yang dijadwalkan mengambil darah yang hilang ketika pembedahan dan mengembalikan
darah. Walaupun pengambilan dan transfusi darah otologus tampaknya bebas dari risiko, sebenarnya demikian. Pengambilan darah sebelum pembedahan umumnya
tidak dianjurkan kecuali dalam keadaan khusus, seperti kelompok darah jarang di mana sulit untuk mendapatkan padanan darah Prawira, 2010.
David 2006 menambahkan bahwa risiko yang timbul selamasetelah melakukan transfusi darah antara lain:
1. Reaksi tranfusi cepat yang timbul selama tranfusi sampai 48 jam sesudahnya.
Terdiri dari : a.
Reaksi tranfusi panas b.
Reaksi tranfusi alergi c.
Reaksi tranfusi hemolitik d.
Reaksi tranfusi Bakteremiaseplis 2.
Reaksi tranfusi lambat yang timbul 48 jam. Terjadi setelah 3 – 21 hari sesudah tranfusi karena efek antibodi yang terbentuk
3. Circulatory Overload
Terjadi bila pemberian tranfusi darah terlalu cepat atau terlalu banyak. 4.
Penularan Penyakit
Universitas Sumatera Utara
a. Penyakit Hepatitis B,C,D dan Hepatitis Pasca tranfusi terjadi antara 2 minggu sampai 6 bulan setelah tranfusi, ditandai dengan gangguan faal hati, dari darah
donor yang mengandung virus hepatitis. b. HIVAIDS dari donor darah yang mengandung virus HIVAIDS. Masa
inkubasi bertahun–tahun dan tanpa gejala sampai suatu saat timbullah ”AIDS Related Complex” lalu ”Full Blown AIDS” terjadi antara tranfusi sampai
diagnosa AIDS positif pada orang dewasa 30 bulan pada anak- anak 13,5 bulan.
c. Malaria Disebabkan parasit dalam darah donor yang sakit atau pernah sakit lalu
menjadi carrier masa inkubasi pada resipien 6-100 hari. d. Syphilis
Dari donor darah yang mempunyai TPHA positif. Dalam darah donor mengandung Treponema Pallidum.
Masyarakat suku bangsa pribumi yang tidak bersedia untuk menjadi pendonor darah sukarela berkaitan dengan kurangnya pengetahuan, ketakutan akan jarum
suntik yang dapat menyebarkan penyakit menular, juga rasa sosial yang rendah, ataupun beberapa stigma yang berkembang dari masyarakat seperti ketidakpercayaan
pada petugas PMI yang akan menggunakan darah yang telah didonorkan untuk diperjualbelikan PMI Medan, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Perilaku