diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek,
dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia .
Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi
apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan akan menghasilkan reaksi atau
perilaku tertentu. Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan.
Namun perilaku juga dapat bersifat potensial yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Bloom dalam Notoatmodjo, 2003 membedakan menjadi tiga
macam bentuk perilaku yang kognitif, afektif dan psikomotor. Notoadmojo 2005 menambahkan menyebutkan bahwa perilaku terdiri dari unsur-unsur knowledge
pengetahuan, attitude sikap, dan practise tindakan. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan cipta, rasa, dan karsa atau peri akal, dan peri tindakan.
2.3.1. Pembentukan dan Perubahan Perilaku
Didalam suatu pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya. Susunan saraf pusat memegang peranan penting
Universitas Sumatera Utara
dalam perilaku manusia karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan Notoatmodjo, 2007.
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indera. Setiap
orang mempunyai persepsi yang berbeda meskipun mengamati objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak dalam rangka
mencapai suatu tujuan, juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang memengaruhi emosi berhubungan
erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya merupakan faktor keturunan bawaan. Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan
kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu
dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi 2, yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan
sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses
psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
Skiner dalam Notoadmodjo, 2005 seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
rangsangan dari luar. Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Manusia adalah
kotak tertutup, dan seluruh variabel yang menjelaskan tingkah laku dan output-output tingkah laku motif, dorongan, emosi, dan sebagainya harus dikesampingkan dalam
penyelidikan psikologi. Skinner 1938 membedakan adanya 2 respons, yakni :
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons.
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini disebut eliciting stimuli karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Respondent respons respondent behaviour ini mencakup juga emosi respons atau emotional behaviour.
Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
b. Operant Respons atau Instrumental Respons. Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu.
Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan
oleh organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan.
Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama responden respons atau respondent behaviour sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini
disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons, kemungkinan untuk memodifikasinya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau
instrumental behaviour merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan stimulus dari luar subjek tersebut. Respons ini
berbentuk 2 macam, yakni : a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang yang menganjurkan orang
lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Contoh tersebut terlihat bahwa orang tersebut telah mempunyai sikap
yang positif untuk mendukung keluarga berencana meskipun mereka sendiri
Universitas Sumatera Utara
belum melakukan secara konkret terhadap hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung covert behaviour.
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh di atas, si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh
karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Menurut Notoadmojo 2005, determinan perilaku
dibedakan menjadi dua, yaitu : 1.
Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,
jenis kelamin, dan sebagainya. 2.
Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Menurut Blum dalam Muninjaya, 2002 menjelaskan faktor perilaku manusia
merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sulit ditanggulangi, lebih dominan pengaruhnya pada kesehatan seseorang atau kelompok dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga merupakan dampak atau ulah perilaku manusia life stile.
Perilaku seseorang, menurut Lewin 1947, harus dilihat dalam konteksnya, artinya dalam situasi dan kondisi apa perilaku itu terjadi. Perhatian pada konteks ini
perlu, karena perilaku manusia bukan sekedar respons terhadap stimuli yang diterimanya, akan tetapi merupakan produk atau resultan dari berbagai gaya yang
memengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut gaya-gaya tersebut sebagai ruang hayat life space, yang terdiri dari tujuan, serta semua faktor yang disadarinya dan
kesadaran dirinya sendiri. Perilaku seseorang merupakan totalitas dari interaksi antara faktor personal, yaitu unsur-unsur internal di dalam dirinya, dengan faktor
lingkungannya, yaitu unsur-unsur eksternal, yang secara psikologis memengaruhi dirinya Rakhmat, 2007.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Menurut Teori Stimulus-Organisme-Respons SOR dalam Notoadmodjo, 2003,
teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang stimulus yang berkomunikasi dengan
organisme. Hosland, et al 1953 mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif memengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif. b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus
tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut perubahan perilaku. Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus rangsang yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
Teori Festinger Dissonance Theory, 1957 dalam Notoadmodjo, 2003 ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan
konsep imbalance tidak seimbang. Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila
Universitas Sumatera Utara
terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance keseimbangan.
Dissonance ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang
berbeda bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance. Teori Fungsi. Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz 1960 perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
berperilaku positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan
berperilaku negatif. b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri
dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan- tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang dari luar.
Universitas Sumatera Utara
c. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. d. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab
suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat merupakan
layar dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia,
perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
2.3.2. Perilaku Kesehatan