3. Jenis Kelamin
Gender mengacu pada peran lingkungan, sifat, sikap, perilaku, nilai, kekuatan, dan pengaruh individual yang berasal dari dua dasar seks yang berbeda. Norma
”gender” memengaruhi praktik dan prioritas sistem kesehatan. Banyak permasalahan kesehatan yang merupakan sebuah fungsi status sosial atau peran dasar gender.
Gender secara eksplisit atau implisit muncul dari sebuah ide bahwa perilaku sehat tidak hanya tergantung pada pengetahuan, keinginan, kapasitas seseorang, tetapi juga
pada posisi dimana mereka mendiami sebuah lingkungan. Gender merupakan penentu utama transfusi darah pada pasien CABG dan hal
itu dapat berkaitan dengan usia, berat badan, praoperatif Htc, lama bedah, dan faktor lainnya yang menentukan probabilitas transfusi Ketan 2000. Healy 2006
menambahkan bahwa struktur utama untuk memaksimalkan kesempatan untuk pendonoran dan akhir resolusi untuk mendonasikan darah secara berkala, menyisakan
suatu keputusan pribadi yang tidak dapat dipisahkan. Persepsi ini mempertimbangkan banyak faktor yang akhirnya akan menentukan perilaku baik pria maupun wanita.
4. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang sengaja terencana, terkontrol, dengan sadar dan dengan taraf yang sistematis diberikan pada anak didik oleh pendidik agar
individunya yang potensial itu lebih berkembang terarah kepada tujuan tertentu. Di dalam pengertian pendidikan tersebut harus terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya bentuk pendidikan apakah berbentuk usaha, pertolongan, bantuan, bimbingan, pelayanan atau pembinaan;
2. Adanya pelaku pendidikan orang dewasa, pendidik, orang tua, pemuka agama, pemuka masyarakat, ataupun pimpinan organisasi;
3. Adanya sasaran pendidikan orang yang belum dewasa, anak didik, peserta didik; adanya sifat pelaksanaan pendidikan dengan sadar, dengan sengaja, dengan
sistematis, dengan atau secara terencana; 4. Adanya tujuan yang ingin dicapai manusia susila, kedewasaan, manusia yang
patriot atau warga negara yang bertanggung jawab. Proses pendidikan tersebut berlangsung didalam suatu lingkungan pendidikan
atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung, biasanya dibedakan menjadi tiga yaitu tri pusat pendidikan yaitu didalam keluarga pendidikan informal, didalam
sekolah pendidikan formal, dan didalam masyarakat Nasution, 2004.
2.3.5. Faktor Sosiobudaya Pendonor Darah
Sepanjang sejarah umat manusia, kebudayaan-kebudayaan yang dikembangkan diberbagai ekosistem yang berbeda mengalami perubahan-perubahan
meskipun perubahan-perubahan itu tidak selalu sama antara satu komunitas
ekosistem dengan komunitas ekosistem lainnya. Perubahan-perubahan ini terjadi
terjadi disebabkan oleh perbedaan nilai orientasi budaya yang dimiliki oleh warga komunitas tertentu untuk berinteraksi dengan lingkungan alamnya atau ekosistemnya.
Sedangkan menurut penyelidikan E.A. Suchman 1965, konteks sosial budaya cukup
Universitas Sumatera Utara
memberikan harapan dan menyangkut hubungan yang bersifat hipotesis antara orientasi kesehatan atau perilaku dengan hubungan sosial atau struktur kelompok.
1. Etnis
Kebutuhan untuk meningkatkan donor darah yang hanya dapat dicapai dengan memahami perbedaan ras dan etnik juga merupakan faktor yang memengaruhi dalam
perekrutan pendonor. Masalah unik dalam transfusi darah dan donor darah sehubungan dengan ras Afrika Amerika AA di Amerika melingkupi proses
pendonoran, pemeroduksian, dan layanan transfusi di rumah sakit. Karena ras AA merupakan penduduk yang besar jumlahnya, suplai langsung darah yang didonorkan
oleh ras AA sangat penting untuk mendukung pertumbuhan. Secara nasional, ras AA merupakan kurang representatif dalam pengumpulan darah yang mana ras AA Beth,
2008. Ditinjau dari aspek budaya yang berkaitan dengan etnis suku di Kota Medan
bersifat heterogen. Hal ini dapat dilihat pada Sensus Penduduk 2007 BPS Kota Medan bahwa etni suku pribumi terdiri dari Melayu, Karo, Simalungun, Toba,
Madina, Pakpak, Nias, Jawa, Minang, Aceh, Cina dan lainnya. Dengan banyaknya jenis suku masyarakat di Kota Medan, semakin beragam perilaku pendonor darah.
Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia,
sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2. Agama