Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan responden terbanyak yaitu PNSTNIPOLRI berkaitan dengan pola makan yang kurang berserat. Pekerjaan yang
menuntut dari pagi sampai sore membuat responden mengonsumsi makanan siap saji atau fast food yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium antara lain dalam garam dan
penyedap rasa yang dibeli di dekat kantor mereka. Dari hasil penelitian, sebanyak 35 orang 53,0 responden mengatakan bahwa, dengan aktivitas yang padat ditempat
pekerjaannya, membuat responden tidak memperhatikan menu diet sehat yang harus dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus, mereka akan lebih memperhatikan pola
makan mereka dengan baik jika berada dirumah. Hal ini dapat disebabkan adanya peran keluarga yang memperhatikan atau mengingatkan penderita diabetes mellitus.
5.1.5. Penghasilan Penderita Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.5. menunjukkan bahwa pada umumnya pendapatan responden adalah
≥Rp. 905.000, - yaitu sebanyak 51 orang 77,3 dan yang berpenghasilan Rp. 905.000,- hanya 15
orang 22,7. Hal ini sejalan dengan penelitian Aysyahtun 2011 yang mendapatkan bahwa pendapatan responden adalah
≥Rp. 905.000,- sebanyak 33 orang 55 dan yang lainnya hanya 22 orang 45. Penderita diabetes mellitus memiliki
gejala selalu haus dan lapar. Bagi penderita diabetes mellitus yang berpenghasilan tinggi, memungkinkan mereka untuk dapat membeli apa saja yang mereka inginkan.
Dengan hasil penelitian ini, maka akan berimplikasi dengan pola makan responden.
5.1.6. Riwayat DM Penderita Diabetes Mellitus
Dari hasil penelitian yang dilihat berdasarkan tabel 4.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat DM yaitu sebanyak 55 orang 83,3 dan
Universitas Sumatera Utara
yang tidak memiliki riwayat DM sebanyak 11 orang 16,7. Seperti diketahui bahwa genetik adalah salah satu faktor determinan penyakit DM. hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Aysyahtun 2011 didapat bahwa seluruh responden yaitu 66 orang 100 memiliki riwayat DM.
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit diabetes mellitus.
Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak
menderita diabetes mellitus. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita diabetes mellitus, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40 menderita
diabetes mellitus Wulandari, 2006.
5.1.7. Pengetahuan Responden 5.1.7.1.Pengetahuan Responden Tentang Sifat Penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan jawaban responden tentang sifat penyakit diabetes mellitus yang dapat dilihat dari tabel 4.10. adalah sebagian besar responden yaitu 26 orang 39,4
mengetahui bahwa sifat penyakit diabetes mellitus adalah tidak menular dan bisa disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat, dan ada 18 orang 27,3 responden
mengetahui sifat penyakt diabetes mellitus adalah menular dan sangat berbahaya. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari 2006 yang mengatakan bahwa
diabetes mellitus tidak ditularkan dan cenderung diturunkan atau diwariskan. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar
menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan
Universitas Sumatera Utara
faktor keturunan dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 50 pasien diabetes mellitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes mellitus,
dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya sekitar 3-5 yang mempunyai
orangtua menderita diabetes mellitus juga. Bagi yang tidak memeiliki keturunan diabetes mellitus, pola makan yang salah dan kegemukan bisa menjadi penyebabnya
disamping kurangnya olahraga atau pola hidup yang sehat Tandra, 2008. Dengan melihat hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti, hal ini
menujukkan bahwa pengetahuan responden mengenai sifat penyakit diabetes mellitus adalah baik. Karena sebagian besar responden mengetahui bahwa sifat penyakit
diabetes mellitus adalah tidak menular dan bisa disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat
5.1.7.2.Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.13. diketahui bahwa sebanyak 30 orang 45,5 responden mengetahui bahwa penyebab diabetes
mellitus adalah kegemukan, pola makan yang salah, keturunan, dan kurang olah raga. Hal ini sesuai dengan pendapat Noer 1996 yaitu jika kelebihan mengonsumsi
lemak, maka lemak tersebut akan tersimpan dalam tubuh dalam bentuk jaringan lemak yang dapat menimbulkan kenaikan berat badan. Kegemukan adalah faktor
resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita
diabetes mellitus tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan
Universitas Sumatera Utara
disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah
Tandra, 2008. Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan
jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya
kolesterol, lemak, dan natrium antara lain dalam garam dan penyedap rasa muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman
yang kaya gula Tara, 2002. Untuk penyebab penyakit diabetes mellitus pada kurangnya olah raga, sesuai
dengan pendapat Soegondo 2004 bahwa pada saat tubuh melakukan aktivitas atau gerakan maka sejumlah gula akan berkurang sehingga kebutuhan hormon insulin juga
berkurang. Pada keturunan, hal ini sesuai dengan pendapat Waspadji 1997, bahwa diabetes mellitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit
diabetes mellitus, yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dengan baik. Individu yang mempunyai
riwayat keluarga penderita diabetes mellitus memiliki resiko empat kali lebih besar jika dibandingkan dengan keluarga yang sehat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyebab diabetes mellitus. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya responden yang memberi jawaban penyebab diabetes mellitus adalah kegemukan, pola makan yang salah, keturunan, dan kurang olah raga.
Universitas Sumatera Utara
5.1.7.3.Pengetahuan Responden Tentang Pengaturan Pola Makan Yang Baik Bagi Penderita Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.15. diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 41 orang 62,1 mengetahui bahwa
pengaturan pola makan yang baik bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan meperhatikan jumlah, jenis dan jadwal makan yang baik untuk penderita diabetes
mellitus, dan ada sebanyak 11 orang 16,7 mengetahui bahwa pengaturan pola makan yang baik bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan memakan makanan
menu diet diabetes mellitus saat kadar gula darah tidak normal. Sesuai dengan pendapat Bustan 2002 pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
jumlah dan jenis, dan jadwal makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan
penyakit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan yang cukup tentang pengaturan pola makan yang baik bagi penderita diabetes mellitus. Sebab pengaturan pola makan yang baik bagi penderita diabetes
mellitus bukan saja memperhatikan dari jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan penderita diabetes mellitus, tetapi juga harus menyeimbangkan ketiganya
dengan menu diet atau aturan dalm 3J tersebut.
5.1.7.4.Pengetahuan Responden Tentang Arti 3J Dalam Pengaturan Pola Makan
Dilihat dari hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.16. dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 30 orang 45,5 mengetahui arti dari
istilah 3J dalam pengaturan pola makan bagi penderita diabetes mellitus adalah
Universitas Sumatera Utara
jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan. Sebanyak 13 orang 19,7 responden mengetahui arti dari istilah 3J dalam pengaturan pola makan bagi
penderita diabetes mellitus adalah jumlah makanan, jumlah minuman, dan jarak waktu makan.
Sesuai dengan pendapat Bustan 2002, pengaturan diet pada penderita diabetes melitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes
mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam : 1. Jumlah makanan.
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi
energi dari karbohidrat 60-70, protein 10-15, dan lemak 20-25 yaitu : g. Makanan sumber karbohidrat sebanyak 3-8 porsi 1 porsi nasi=100 gram
h. 2-3 porsi sayur 1 porsi=satu gelas sayur masak yang sudah ditiriskan= 50 gram i. 3-5 porsi buah 1 porsi setara satu pisang ambon sedang50 gram
j. 2-3 porsi protein hewani 1 porsi setara 50 gram daging sapi k. 2-3 porsi protein nabati 1 porsi setara dua potong sedang tempe50 gr
l. Gula maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari World Health OrganizationWHO, 2009
2. Jenis bahan makanan Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah
makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Yang terpenting adalah tidak terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah hypoglikemia dan juga tidak
Universitas Sumatera Utara
terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus. Hal ini dimaksudkan agar penderita diabetes mellitus menyeimbangkan jumlah makanannya
sesuai dengan pengaturan pola makan yang baik. 3. Jadwal makan
Jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah enam kali makan dalam sehari. Dengan ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan
makan kecil. Hal ini dimaksudkan agar lambung tidak kosong dan asupan gula dalam tubuh stabil tidak melonjak drastis dan tidak juga turun sangat rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, pengetahuan responden mengenai arti dari istilah 3J dalam pengaturan pola makan bagi penderita diabetes
adalah baik. Pengetahuan responden yang baik ini dikarenakan adanya buku panduan mengenai tatanan pola makan yang baik bagi penderita diabetes mellitus yang
responden dapatkan dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat.
5.1.7.5.Pengetahuan Responden Tentang Konsumsi Gula Yang Diperbolehkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.22. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 30 orang 45,5
mengetahui bahwa konsumsi gula yang diperbolehkan dalam pengaturan pola makan adalah gula maksimal 12 sendok makan atau 48 gram per hari, dan ada 12 orang
18,2 responden yang mengetahui bahwa konsumsi gula yang diperbolehkan dalam pengaturan pola makan adalah tergantung kebutuhan.
Pengaturan diet pada penderita diabetes melitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam
jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan penderita diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga halnya dengan konsumsi gula pada penderita diabetes mellitus haruslah disesuaikan dengan jumlah makanan yang diperbolehkan. Menurut WHO 2009
konsumsi gula yang diperbolehkan pada penderita diabetes mellitus adalah gula maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang konsumsi gula yang diperbolehkan dalam pengaturan pola makan. Hal ini disebabkan
karena salahnya persepsi masyarakat mengartikan bahwa sendok teh sama dengan sendok makan. Padahal dari bentuk dan ukuran sudah sangat jelas berbeda. Karena
sudah menjadi kebiasan memberi fungsi yang sama antara sendok makan dengan sendok teh, maka aturan yang seharusnya maksimal 12 sendok teh dalam konsumsi
gula yang diperbolehkan, menjadi melebihi kadar yang seharusnya.
5.1.7.6.Pengetahuan Responden Tentang Jadwal Makan Yang Dianjurkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.25. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 32 orang 48,5
mengetahui jadwal makan yang dianjurkan adalah 3 kali makan besar dan 3 kali makan kecil dan ada 10 orang 15,2 responden yang mengetahui jadwal makan
yang dianjurkan adalah 3 kali makan besar dengan porsi kecil. Menurut Fox,C 2011 Penderita diabetes mellitus harus mentaati jadwal
makan secara teratur, karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan hipoglikemia penurunan kadar gula darah yang ditandai dengan timbulnya pusing,
mual, dan pingsan pada penderita diabetes mellitus. Jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah enam kali makan dalam sehari. Dengan
ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil. Hal ini dimaksudkan agar
Universitas Sumatera Utara
lambung tidak kosong dan asupan gula dalam tubuh stabil tidak melonjak drastis dan tidak juga turun sangat rendah. Jadwal makan yang dianjurkan adalah :
7. Makan besar I sarapan pagi : pukul 07.00 8. Makan kecil I snack : pukul 10.00
9. Makan besar II makan siang : pukul 13.00 10. Makan kecil II snack : pukul 16.00
11. Makan besar III makan malam : pukul 19.00 12. Makan kecil III snack : pukul 22.00.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik mengenai jadwal makan yang dianjurkan dalam pengaturan
pola makan pada penderita diabetes mellitus. Pengetahuan responden yang baik ini dikarenakan adanya buku panduan mengenai tatanan pola makan yang baik bagi
penderita diabetes mellitus yang responden dapatkan dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat saat pertama kali berobat sebagai penderita diabetes mellitus.
5.1.7.7.Pengetahuan Responden Tentang Cara Menanggulangi Penyakit Diabetes Mellitus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.27. diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 38 orang 57,6 mengetahui cara
menanggulangi penyakit diabetes mellitus adalah pengobatan dan mengatur diet pola makan sendiri. Sebanyak 10 orang 15,2 responden mengetahui cara
menanggulangi penyakit diabetes mellitus adalah pengobatan saja. Menurut Soegondo 2009 usaha pencegahan pada penyakit diabetes mellitus terdiri dari :
pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar
Universitas Sumatera Utara
tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena diabetes mellitus namun
memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya diabetes mellitus agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus, pencegahan sekunder yaitu mencegah
agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi
komplikasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan responden mengenai cara
menanggulangi penyakit diabetes mellitus masih kurang. Dalam hal ini seharusnya sudah dilakukan pengobatan dari dokter dan melakukan pola hidup sehat yang
dianjurkan petugas kesehatan. Namun pada kenyataannya responden hanya mendapatkan informasi mengenai pengaturan pola makan yang baik disaat awal
responden melakukan pengobatan diabetes mellitus. Hal ini termasuk dalam upaya pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan atau menghambat timbulnya
komplikasi. Pencegahan komplikasi pada dasarnya sangat diperlukan responden dengan cara deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Deteksi
dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Menurut WHO 2009 untuk Negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan tersebut
memerlukan biaya yang sangat besar, untuk itu diharapkan kepada pihak Rumah Sakit atau yang terkait untuk dapat lebih memusatkan perhatian terhadap
penanggulangan penyakit diabetes mellitus PERKENI, 2002.
Universitas Sumatera Utara
5.1.7.8.Pengetahuan Responden Tentang Fungsi Pengaturan Pola Makan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.28. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 38 orang 57,6
mengetahui fungsi pengaturan pola makan adalah mengendalikan kadar gula darah atau kolesterol dan ada sebanyak 5 orang 7,6 responden mengetahui fungsi
pengaturan pola makan adalah menurunkan mengendalikan berat badan. Menurut Waspadji, 2002 tujuan pengaturan pola makan pada penderita diabetes mellitus
dibagi atas tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbagai keluhan gejala diabetes
mellitus sehingga penderita dapat menikmati hidup sehat dan nyaman. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh
darah maupun pada susunan syaraf sehingga dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden sudah
cukup dalam mengetahui fungsi pengaturan pola makan yaitu mengendalikan kadar gula darah atau kolesterol. Namun semua itu ditujukan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien dan mencegah terjadinya komplikasi akut maupun kronis.
5.1.7.9.Kategori Tingkatan Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.29. dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan pengetahuan responden tentang pengaturan pola makan pada
penderita diabetes mellitus berada pada tingkat kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 37 orang 56,1 sedangkan selebihnya berada pada tingkat pengetahuan
baik sebanyak 26 orang 39,4 serta buruk sebanyak 3 orang 4,5 responden. Dimana hasil penelitian yang menunujkkan bahwa sebanyak 37 orang 56,1
Universitas Sumatera Utara
responden dan selebihnya berada pada kategori pengetahuan baik sebanyak 26 orang 39,4 serta buruk sebanyak 3 orang 4,5 responden tentang pengaturan pola
makan pada penderita diabetes mellitus. Banyaknya responden yang berpengetahuan sedang disebabkan karena tingkat pendidikan responden yang sebagian besar baik,
namun kurang optimalnya informasi yang didapat melalui penyuluhan kesehatan. Menurut Brunner 1975 bahwa pengetahuan yang baik diperoleh dari proses
pembelajaran yang baik, dengan demikian penyebab responden yang memiliki pengetahuan yang masih sedang salah satunya yaitu kurangnya informasi yang bisa
diterima responden saat mendapatkan informasi kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu seperti mengikuti pendidikan kesehatan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang. Sesuai dengan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan seorang individu erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan
pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan tentang pengaturan pola makan yang baik akan
mengakibatkan rendahnya tindakan penderita diabetes mellitus dalam mengatur pola makannya tersebut.
Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan untuk
menentukan suatu pilihan. Melihat pendapat Mantra 1989 didalam tesis Mintarsiah
Universitas Sumatera Utara
1996, mengemukakan bahwa kemungkinan seseorang akan berbuat sesuatu tergantung pada hasil perpaduan dari keinginan bahwa kegiatan yang dilakukan akan
bisa mencapai tujuan yang diinginkan, pentingnya tujuan tersebut menurut yang bersangkutan dan sarana maupun usaha yang diperlukan itu. Sedangkan menurut
pendapat Kelman didalam tesis Mintarsiah 1996 bahwa perubahan melalui cara menyadari manfaat akan lestari karena pada cara perubahan ini akan menjadi bagian
dari hidupnya. Perubahan inilah yang diharapkan akan dicapai dalam pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan.
5.1.8. Sikap Responden