Dari skema tersebut, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping
berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku
ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan
karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan Notoatmodjo, 2003.
Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku
yang penting dan mendasar bagi manusia dalah perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 2 kelompok yaitu :
2.1.1. Perilaku Kesehatan
Menurut Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi Predisposing factors, adalah faktor yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga.
Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor pendukung yang
terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai
Universitas Sumatera Utara
macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas dan sarana, kebijakan pemerintah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku
petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan Notoatmodjo, 2003.
2.1.2. Perilaku Sakit
Secara ilmiah penyakit desease diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari
lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya, sakit illness adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Menurut Mering
dalam Foster dan Anderson 2005, studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun
konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam
serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal
baik spesifik maupun non spesifik.
Menurut Suchman dalam Sarwono 2004, ada lima macam reaksi dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu :
1. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari
dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
Universitas Sumatera Utara
2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.
3. Self Mediation atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.
4. Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.
5. Discontunity atau proses tidak melanjutkan menghentikan pengobatan.
2.2. Bentuk-bentuk Perilaku