Diabetes Mellitus Tipe 2 Perilaku Penderita Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Dalam Pengaturan Pola Makan Tahun 2011

2.5.2. Jenis-Jenis Diabetes Mellitus 1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Insulin Dependent Diabetes Mellitus Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin Sustrani, 2004. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas insulitis. Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV Cytomegalovirus, herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikaninjeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat Maryunani, 2008. Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10- 20 dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita diabetes mellitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus Johnson, 1998.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2

Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai. Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan Universitas Sumatera Utara tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah Tandra, 2008. Diabetes mellitus tipe 2biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 individu dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas.

2.5.3. Gejala-Gejala Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat Moore, 1997. Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus polidipsia, sering buang air kecil poliuria, sering merasa lapar polifagia serta berat badan yang menurun Depkes RI, 2008. Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah Tara, 2002. Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Determinan Diabetes Mellitus

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah :

a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit diabetes mellitus. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita diabetes mellitus, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40 menderita diabetes mellitus Wulandari, 2006. Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 50 pasien diabetes mellitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes mellitus, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya sekitar 3-5 yang mempunyai orangtua menderita diabetes mellitus juga. Pada diabetes mellitus tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita diabetes mellitus bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus tipe 1, maka kemungkinan menderita diabetes mellitus adalah 1:2 Tandra, 2008. Universitas Sumatera Utara

b. Usia

Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun karena resiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia 40 tahun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara -negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes mellitus berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun Sukarmin, 2008. Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta 2005 penderita diabetes mellitus tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur 40 tahun 2,7, dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun 48 Handayani, 2006. Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang 96 pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang 4 yang berusia 40 tahun Wulandari, 2006.

c. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita diabetes mellitus lebih banyak pada perempuan 63 dibandingkan laki-laki 37. Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Universitas Sumatera Utara Bogor, proporsi pasien diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan 61,8 dibandingkan pasien laki-laki 38,2 PERKENI, 2002.

d. Pola Makan dan Kegemukan Obesitas

Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium antara lain dalam garam dan penyedap rasa muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula Tara, 2002. Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT Indeks Massa Tubuh 30 kgm 2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes mellitus dari pada seseorang dengan IMT normal 22 Kgm 2 . Bila IMT ≥ 35 Kgm 2

e. Kurangnya Aktivitas Fisik

, kemungkinan mengidap diabetes mellitus menjadi 90 kali lipat Tandra, 2008. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus. Pada saat tubuh melakukan aktivitasgerakan, Universitas Sumatera Utara maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala diabetes mellitus Sumual, 1996.

f. Infeksi

Virus yang dapat memicu diabetes mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas. Pada kasus diabetes mellitus tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM Johnson, 1998.

g. Kehamilan

Diabetes mellitus yang terjadi pada saat kehamilan disebut Diabtes Mellitus Gestasional DMG. Hal ini disebabkan oleh karena adanya gangguan toleransi insulin. Pada waktu kehamilan tubuh banyak memproduksi horman estrogen, progesterone, gonadotropin, dan kortikosteroid, dimana hormon tersebut memiliki fungsi yang antagonis dengan insulin. Untuk itu tubuh memerlukan jumlah insulin Universitas Sumatera Utara yang lebih banyak. Oleh sebab itu, setiap kehamilan bisa menyababkan munculnya diabetes mellitus. Jika seorang wanita memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus, maka ia akan mengalami kemungkinan lebih besar untuk menderita diabetes mellitus gestasional Waspadji, 2004.

2.5.5. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus

Jumlah penderita diabetes mellitus tiap tahun semakin meningkat prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan penderita diabetes mellitus, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat Soegondo, 2009. Usaha pencegahan pada penyakit diabetes mellitus terdiri dari : pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena diabetes mellitus namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya diabetes mellitus agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus, pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi Soegondo, 2009. Universitas Sumatera Utara

1. Pencegahan Primordial