Manajemen Pondok Pesantren KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR

c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi, dan e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat

d. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren

RAPBPP Implementasi prinsip-prinsip di atas pada lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, pesantren dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah, pesantren tidak hanya memperoleh anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, tetapi dari sumber dana dari ketiga komponen di atas. Untuk itu di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisasi orang tua santri yang identic denga BP3 atau kalua perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang dengan membentuk Komite Pesantren, yang beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah, dan wakil ilmuwanulama di luar pesantren. Komite pesantren ini dapat memberikan pertimbangan dan sekaligus membantu mengontrol kebijakan program pesantren, termasuk penggalian dan penggunaan keuangan pesantren. Selanjutnya pihak pesantren bersama Komite Pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren RAPBP sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. Hal –hal yang perlu dimuat dalam RAPBP tersebut antara lain: 1 Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, termasuk di dalamnya keuangan bersumber dari: a kontribusi santri, b sumbangan dari individu atau organisasi, c sumbangan dari pemerintah bila ada, d dari hasil usaha, misalnya koperasi syirkahpesantren, kerjasama dengan pihak luar, hasil penanaman modal, dan sumber- sumber lainnya yang sah dan halal. 2 Rencana penggunaan keuangan dalam satu tahun yang bersangkutan.semua penggunaan keuangan pesanten dalam satu tahun anggaran perlu direncanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik. Pengguanaan keuangan pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan kebutuhan pengelolaan pesantren, termasuk dana operasional harian, pengembangan sarana-prasarana pesantren, honorarium atau gaji, atau infaq semua petugas atau pelaksana di pesantren pengelola, ustadzustadzah sampai pembantu pesantren, pengembangan profesionalitas ustadzustadzah, dana kerjasama, pengabdian masyarakat dan bahkan dana taktis dan lain- lain semuanya perlu direncanakan dengan baik. Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus.

d. Langkah-langkah Penyusunan RAPBPP

Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RAPBPP adalah harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus berimbang, diupayakan tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang tersebut, maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan kokoh dalam hal keuangan. Oleh karena itu, sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan pesantren, dalam rangka untuk mempertanggungjawabkan keuangan. Penyusunan RAPBPP hendaknya mengikuti langkah sebagai berikut. 32 a. Mengintervertarisasi rencana yang akan dilaksanakan b. Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya. c. Menentukan program kerja dan rincian program. d. Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program. e. Menghitung dana yang dibutuhkan. f. Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana.

e. Pendapatan Pondok Pesantren

Masalah keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar baik di sekolah maupun pondok pesantren, karena keuangan merupakan salah sastu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan, dan sangat berpengaruh secara terhadap pondok pesantren yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan sumber belajar. Meskipun tuntutan reformasi bahwa pendidikan yang murah dan berkualitas, namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak. Manajemen keuangan pondok pesantren juga merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan yang secara keseluruhan menuntut kemampuan pimpinan pondok pesantren untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mempertanggungjawabkan secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di pondok pesantren, manajemen keuangan 32 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.148 merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. 33

f. Pengeluaran Pondok Pesantren

Setiap penggunaan keuangan perlu melalui pengajuan secara tertulis dan sedapat mungkin hanya program-program yang termasuk dalam perencanaan keuangan saja yang didanai, agar mudah pengawasannya. Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien. Setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan di pondok pesantren. Pengeluaran pondok pesantren berhubungan dengan pembayaran keuangan pondok pesantren untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses pendidikan seperti tenaga administrasi, guru, saran dan prasarana. Dalam manajemen keuangan pondok pesantren, pengeluaran keuangan harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi:”buku kas umum, buku persekot atau uang muka, daftar potongan-potongan, daftar gaji atau honorium, buku tabungan, buku iuran atau kontribusi santri SPP, dan buku catatan lainnya”. 34 Pengeluaran anggaran harus dicatat sesuai dengan waktu dan peruntukannya. Anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan. Pengeluaran sekolah atau pondok pesantren dapat dikategori dalam beberapa item, yaitu: 33 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004. Cet. Ke-2.h.23. 34 Sulthon Masyhud Et. All, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003, h.190 a. Pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran b. Pengeluaran tata usaha sekolah c. Pemeliharaan saran dan prasarana sekolah d. Kesejahteraan pegawai e. Administrasi f. Pembinaan teknis educative, dan g. Pendataan. 35

g. Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren

Semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun harus dipertanggung jawabkan. Hal tersebut merupakan bentuk transparasi dalam pengelolaan keuangan. Namun demikian, prinsip transparasi dan kejujuran dalam pertanggung jawaban tersebut harus tetap dijunjung tinggi. Dalam kaitan dengan pengelolaan keuangan tersebut, yang perlu diperhatikan oleh bendaharawan adalah bahwa pada setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus membuat laporan keuangan kepada komite atau majelis pesantren untuk dicocokan dengan RAPBP. Laporan keuangan tersebut harus dilampiri bukti- bukti pengeluraan yang ada Kuintasi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan serta neraca keuangan. . selain buku neraca keuangan yang erat hubungannya dengan pengelolaan keuangan, ada juga beberapa buku lain yang penting bagi bendaharawan pondok pesantren ,yaitu 36 : 35 Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2002, cet.ke-2, h.24. 36 Rahmini Hadi. Parno. Manajemen Keuangan Konsep, Teori, dan Praktiknya di sekolah dan Pondok Pesantren. Purwokerto: STAIN Press, 2011 hal.150 1. Buku kas umum 2. Buku persekit uang muka 3. Daftar potongan-potongan 4. Daftar gajihonorium 5. Buku tabungan 6. Buku iurankontribusi santri SPPInfaq; dan 7. Buku catatan lain-lain yang tidak termasuk diatas, seperti catatan pengeluaran insidentil. Buku –buku tersebut perlu diadakan, agar manajemen keuangan pondok pesantren dapat berjalan dengan baik, transparan, memudahkan dilakukan pengawasan terhadap penggunaan anggaran yang ditetapkan, serta tidak menimbulkan kecurigaan atau fitnah.

D. Manajemen Keuangan Madrasah

Pola manajemen keuangan madrasah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijaksanaan manajemen keuangan madrasah adalah adanya pencarian tambahana dana dari partisipasi masyarakat. Selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim dengan peraturan yang berlaku. Pada umumnya di setiap madrasah telah ditetapkan bendahara sesuai dengan peran dan fungsinya dan sebagai atasannya langsung adalah kepala madrasah. Uang yang dibukukan merupakan aliran masuk dan keluar sekolah mendapat perintah dari atasan langsung. Perencanaan keuangan madrasah setidaknya mencakup 2 kegiatan, yakni :

1. Penyusunan anggaran atau anggaran belanja madrasah RAPBM

Biasanya dikembangkan dalam format-format yang meliputi : a. Sumber pendapatan antara lain DPP Dana Pembinaan Pendidikan, OPF Operasi Pembangunan dan Fasilitas, dan BP3 Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan. b. Pengeluran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan. 37 Dalam kaitannya dengan proses penyusunan anggaran ini, Lipham 1985 mengungkapkan 4 fase kegiatan pokok sebagai berikut : 37 Ibid, h.114 a. Merencanakan Anggaran yaitu, kegiatan mengindetifikasikan tujuan, menentukan prioritas, menyebarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur menganalisis alternative pencapaian tujuan dengan analisis cost effectiveness, membuat rekomendasi alternative pendekatan mencapai sarana. b. Mempersiapkan anggaran, yaitu menyesuaikan kegiatan dengan mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusinya, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakukan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia. c. Mengelola pelaksanaan anggaran, yaitu mempersiapkan pembukaan, melakukan pembelajaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja berlaku, serta membuat laporan dan pertanggung jawaban keuangan. d. Menilai pelaksanaan anggaran, yaitu menilai pelaksanaan proses belajar-mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan datang. 38 Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penyusunan anggaran belanja madrasah harus meliputi perencanaan anggaran, persiapan anggaran, pengelolaan anggaran, dan evaluasi pelaksanaan anggaran.

2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah RAPBM

Proses pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah- langkah pendekatan dengan prosedur sebagai berikut : a. Pada tingkat kelompok kerja Kelompok kerja yang dibentuk madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, 38 Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, strategi, dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004, h. 174 selanjutnya diklasifikasikan dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan. b. Pada tingkat kerjasama dengan komite madrasah Hal ini perlu dilakukan unutk mengadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RAPBM. c. Sosialisasi dan legalitas Pada tahap ini kelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas serta mengajukan usulan RAPBM kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan dan pengesahan. 39 1 Pelaksanaan keuangan madrasah Dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam kegiatan, yakni penerimaan dan pengeluaran. 1. Penerimaan Madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan tuganya menerima dana dari beberapa sumber. a. Penerimaan dari masyarakat Banyak tuntutan masyarakat terhadap madrasah, adakalanya tuntutanharapan itu tidak sejalan dengan tujuan madrasah yang telah ditetapkan sebagai suatu kebijaksanaan. b. Penerimaan dari siswaorang tua murid Bantuan dari siswa atau orang tua murid adalah berbentuk bantuan yang bersifat wajib kecuali bagi mereka atas pertimbangan khusus dibebaskan dari sumbangan ini. Adapun sumbagan dari orang tua dan siswa dipungut setiap bulan atau setengah tahun sekali. 2. Pengeluaran 39 Fatah Syukur, Manajemen Pendidikan berbasis madrasah, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2011, h.117-118 Dana yang diperoleh dari berbagai sumbe perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan yang telah disesuaikan dengan perencanaan keuangan pendidikan di Madrasah. Penentuan pengeluaran biaya pendidikan melibatkan pertimbangan tentang tiap kategori anggaran belanja berikut: a. Pengawasan umum b. Pengajaran c. Pelayanan bantuan d. Pemeliharaan gedung e. Operasi f. Pengeluaran tetap. 2 Evaluasi dan pertanggungjawaban Evaluasi dan pertanggungjawaban keuangan madrasah dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal: a Pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana b Pertanggungjwaban dana pendidikan tingkat madrasah Hal ini dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada : a. Kepala Kanwil Departemen Agama b. Kepala Bidang Mapenda Islam c. Kepala Departemen Agama setempat. c Keterlibatan pengawasan pihak eksternal madrasah. Hal ini dilaksanakan oleh petugas dari Baswada, dan Departemen Agama baik dari bersumber dari pemerintah maupun dana dari masyarakat dilakukan secara rutin satu tahun sekali melalui pemeriksaan pembukuan keuangan madrasah.