Siklus Manajemen Keuangan Sekolah

kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama islam di bawah bimbingan kyai yang diikuti santri sebagai kegiatan utamnya. 29 Jadi dari beberapa pengertian pondok pesantren diatas, penulis dapat menarik kesimpulan, yaitu pondok pesantren adalah lembaga pendidikan modern atau tradisional dengan system asrama, untuk memahami, mengamalkan, mendalamkan, serta mengahayati ajaran islam, dimana kyai sebagai figure utamanya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran agama islam dibawah bimbingan kyai dan santri sebagai kegiatan utamanya.

b.Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan Pondok Pesantren

Penggunaan anggaran dan keuangan, dari sumber manapun, apakah dari pemerintah ataupun masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan sebagai berikut : 1. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan 2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, programkegiatan 3. Terbuka dan transparan, dalam pengertian dari dan untuk apa keuangan lembaga tersebut perlu dicatat dan dipertanggungjawabkan disertai penggunaannya. 4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuanhasil produksi dalam negeri sejauh hal ini dimungkinkan. 30 29 Abdullah syukri zarkasyi, Gontor Pembaharuan Pendidikan pesantren, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2005h.3 30 Shulton Masyhud dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka, 2003, Cet.I, h.187 Jadi dapat penulis simpulkan bahwa prinsip-prinsip manajemen keuangan pondok terdiri dari hemat, efisien, sesuai kebutuhan, terarah dan terkendali sesuai rencana, terbuka, terkendali dan transparan.

c. Realisasi Manajemen Keuangan di Pesantren

Implementasi prinsip-prinsip di atas pada lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, pesantren dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah, pesantren tidak hanya memperoleh anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, tetapi dari sumber dana dari ketiga komponen diatas. Untuk itu di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisasi orang tua santri yang identic dengan BP3 atau kalau perlu disesuikan denga keadaan sekarang dengan membentuk Komite Pesantren, yang beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah, dan wakil ilmuwanulama di luar pesantren. Selanjutnya pihak pesantren bersama Komite Pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren RAPBP sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. 31 Dalam pelaksanaan kegiatan, jumlah yang direalisasikan bisa terjadi tidak sama dengan rencana anggarannya, bisa kurang atau lebih dari jumlah yang telah dianggarkan. Menurut Rahimi Hadi dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan hal ini dapat terjadi karena beberapa sebab, yakni : a. Adanya efesiensi atau inefisiensi pengeluaran b. Terjadinya penghematan atau pemborosan 31 Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka, 2005, h.188 c. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang telah diprogramkan d. Adanya perubahan harga yang tidak terantisipasi, dan e. Penyusunan anggaran yang kurang tepat

d. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pondok Pesantren

RAPBPP Implementasi prinsip-prinsip di atas pada lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan pesantren dan keserasian antara pendidikan dalam keluarga, sekolah, pesantren dan masyarakat, maka untuk sumber dana sekolah, pesantren tidak hanya memperoleh anggaran dan fasilitas dari pemerintah atau penyandang dana tetap saja, tetapi dari sumber dana dari ketiga komponen di atas. Untuk itu di pesantren sebenarnya juga perlu dibentuk organisasi orang tua santri yang identic denga BP3 atau kalua perlu disesuaikan dengan keadaan sekarang dengan membentuk Komite Pesantren, yang beranggotakan wakil wali santri, tokoh masyarakat, pengelola, wakil pemerintah, dan wakil ilmuwanulama di luar pesantren. Komite pesantren ini dapat memberikan pertimbangan dan sekaligus membantu mengontrol kebijakan program pesantren, termasuk penggalian dan penggunaan keuangan pesantren. Selanjutnya pihak pesantren bersama Komite Pesantren pada setiap tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren RAPBP sebagai acuan bagi pengelola pesantren dalam melaksanakan manajemen keuangan yang baik. Hal –hal yang perlu dimuat dalam RAPBP tersebut antara lain: 1 Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan, termasuk di dalamnya keuangan bersumber dari: a kontribusi santri, b sumbangan dari individu atau organisasi, c sumbangan dari pemerintah