Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah RAPBM

Format berikut merupakan contoh laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah. 40 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN SEKOLAH I. Pemasukan 1. ………………… Rp. ………………… 2. ………………… Rp. ………………… 3. ………………… Rp. ………………… 4. Dan seterusnya Rp. ………………… Jumlah Pemasukan Rp. ………………… II. Pengeluaran 1. ………………… Rp. ………………… 2. ………………… Rp. ………………… 3. ………………… Rp. ………………… 4. Dan seterusnya Rp. ………………… Jumlah Pengeluaran Rp. ………………… Saldo lebihkurang Rp. …………………. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa pengembangan rencana anggaran belanja madrasah harus menempuh langkah-langkah prosedur yaitu pada tingkat kelompok kerja, tingkat kerjasama dengan komite sekolah, sosialisasi dan legalitas. E. Hasil Penelitian yang Relevan Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis yaitu Penelitian dilakukan oleh Muhibbah 2008 dalam skripsi yang berjudul :” Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Madinnatunajah Jombang”, program Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pelaksanaan Manajemen 40 Ibid, h.120-122 keuangan di pondok pesantren madinatunnajah sudah baik berdasarkan fungsi manajemen yaitu bagaimana seorang manajer atau pimpinan pondok pesantren bisa merencanakan, mengorganisasikan, memberi pengawasan, mengevaluasi, dan mempertanggungjawabkan keuangan pondok pesantren kepada semua pihak yang ada dilingkungan pondok pesantren. Dari penelitian yang dilakukan oleh Muhibbah memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu meneliti mengenai implementasi manajemen keuangan, serta jenis sekolah yang diteliti adalah lingkup pondok pesantren. Perbedaannya ialah lokasi sekolah yang diteliti. Penelitian lain dilakukan oleh M.Abid Dzulfikar 2015 dalam skripsi yang berjudul: “Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di SMAN Se-Kabupaten Kendal”, jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantatif. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa perencanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah yang diimplementasikan melalui RABSMA Negeri se-Kabupaten Kendal dilakukan dengan adil dan mematuhi peraturan yang berlaku. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu meneliti tentang pengelolaan keuangan sekolah. Perbedaannya metode yang digunakan adalah kuantatif dan peneliti menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian lain dilakukan oleh Nurul Hidayatullah 2013 dalam skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An- Nurmaniyah”, Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan, UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif mix kuantitatif dengan metode deskripsi analisis. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pelaksanaan manajemen keuangan sekolah di SMP An-Nurmaniyah sudah berjalan dengan baik seperti menyusun perencanaan sekolah, pengelolaan, pelaksanaan program kegiatan, pembukuan, dan evaluasi, penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu meneliti mengenai implementasi manajemen keuangan. Perbedaannya ialah lokasi sekolah yang diteliti dan jenis sekolah yang diteliti adalah tingkat Sekolah Menengah Pertama bukan jenis pondok pesantren. Penelitian lain dilakukan oleh Ummu Salamah 2013 dalam skripsi yang berjudul “Studi mengenai system pengelolaan keuangan sekolah di Pondok Pesantren Al- Kholidin terhadap penguatan manajemen keuangan”, Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan, UIN Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan manajemen keuangan sekolah di pondok pesantren Al- Kholidin sudah cukup baik, semua itu terlihat dengan adanya beberapa pelaksanaan program kegiatannya kurang sesuai dengan teori yang ada. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu pada jenis sekolah yang diteliti yaitu pondok pesantren dan terkait dengan manajemen keuangan. Perbedaannya pada lokasi sekolah yang diteliti. lain dilakukan oleh Dewi Arianti dalam skripsi yang berjudul “ Penerapan Manajemen Keuangan di Man Insan Cendekia Serpong”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan keuangan pada MAN Insan Cendekia Serpong sudah berjalan dengan baik dan sistematis. Hal ini dibuktikan dengan proses penerapan manajemen keuangan dilaksanakan sesuai dengan teori-teori yang berkaitan dengan proses pelaksanaan keuangan. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti tentang penerapan manajemen keuangan. Perbedaannya pada lokasi sekolah yang diteliti dan juga jenis sekolah diteliti adalah Madrasah Aliyah Negeri bukan Pondok Pesantren. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil Persamaan perbedaan 1. Muhibbah 2008 Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Madinnatunajah Jombang 41 Pelaksanaan Manajemen keuangan di pondok pesantren madinatunnajah sudah baik. Persamaan: Variabel penelitian tentang implementasi manajemen keuangan dan jenis sekolah yang diteliti. Perbedaan : Lokasi sekolah 2. M.Abid Dzulfikar, 2015 Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di SMAN Se-Kabupaten Kendal 42 Perencanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah yang diimplementasikan melalui RABSMA Negeri se-Kabupaten Kendal dilakukan dengan adil dan mematuhi peraturan yang berlaku Persamaan : Variabel penelitian tentang manajemen keuangan Perbedaann : metode yang digunakan peneliti yaitu kuantitatif. 3. Nurul Hidayatulla h2013 Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An-Nurmaniyah. 43 Pelaksanaan manajemen keuangan sekolah di SMP An-Nurmaniyah sudah berjalan dengan Persamaan : Variabel Pembahasan 1. Pelaksanaan manajemen keuangan 41 Muhibbah, Aplikasi Manajemen Keuangan di Pondok Pesantren Madinnatunajah Jombang,2008 42 M.Abid Dzulfikat, Analisis Pengelolaan Keuangan Sekolah di SMAN se-Kabupaten Kendal, 2015 43 Nurul Hidayatullah, Pelaksanaan Manajemen Keuangan Sekolah di SMP An-Nurmaniyah, 2013. baik seperti menyusun perencanaan sekolah, pengelolaan, pelaksanaan program kegiatan, pembukuan, dan evaluasi. sekolah Perbedaan : Lokasi sekolah dan Jumlah sekolah yang diteliti. 4. Ummu Salamah 2013 Studi mengenai system pengelolaan keuangan sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin terhadap penguatan manajemen keuangan. 44 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan pengawasan manajemen keuangan sekolah di pondok pesantren Al-Kholidin sudah cukup baik, semua itu terlihat dengan adanya beberapa pelaksanaan program kegiatannya kurang sesuai dengan teori yang ada. Persamaan : Variabel penelitian tentang pengelolaan dana BOS. Perbedaan : lokasi sekolah. 5 Dewi Arianti 2014 Penerapan Manajemen Keuangan di Man Insan Cendekia Serpong 45 Partisipasi pengelolaan anggaran dana BOS dalam program RKAS, banyak pihak yang berpartisipasi. Hal tersebut dapat dilihat dari terlibatnya masyarakat. Pengelolaan anggaran dana BOS dalam program RKAS dapat dilihat dengan laporan Persamaan : Variabel penelitian tentang pengelolaan dana BOS dan Jenis sekolah. Perbedaan : lokasi sekolah dan variabel penelitian tentang manajemen keuangan dan penentuan. 44 Ummu Salamah, Study mengenai system pengelolaan keuangan sekolah di Pondok Pesantren Al-Kholidin terhadap penguatan manajemen keuangan,2013 45 Dewi Arianti, Penerapan Manajemen Keuangan di Man Insan Cendekia Serpong, 2014 pertanggungjawaban penggunaan dana BOS berupa lampiran formulir BOS.

F. Kerangka Berfikir

Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses pendidikan formal untuk menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Jenis sekolah formal untuk saat ini berbagai macam, ada yang dikemas dalam bentuk pembelajaran di alam yang biasa di sebut sebagai sekolah alam, atau ada yang dikemas dalam balutan agama yang biasa disebut sebagai sekolah pesantren atau pondok pesantren. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem lembaga pondok pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama islam, serta menyelenggarakan pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing. 46 Saat ini Pondok Pesantren memberikan respon terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, pesantren tidak hanya mengajarkan agama tapi juga umum terbukti banyak pesantren menyelenggarakan pendidikan sekolah disamping pendidikan madrasah. Kita temukan beberapa pesantren yang membuka madrasah Tsanawiyah dan Aliyah, dan juga membuka sekolah umum SMP dan SMA atau bahkan mendirikan perguruan tinggi agama atau umum. 47 Pondok pesantren sama halnya dengan Sekolah lain yaitu sebuah aktivitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat 46 Nur Inayah, “Sistem Pendidikan Formal di Pondok Pesantren”, Junal Sociologie, Vol. 1, 2011, h.215 47 Husni Rahim, Madrasah dalam politik pendidikan di Indonesia Ciputat :Logos wanaca ilmu,2013, h.190 komponen yang dimaksud adalah Staf Tata Laksana Administrasi, Staf Teknis pendidikan di dalamnya ada Kepala Sekolah dan Guru, Komite Sekolah sebagai badan independen yang membantu terlaksananya operasional pendidikan, dan siswa sebagai peserta didik yang bisa ditempatkan sebagai konsumen dengan tingkat pelayanan yang harus memadai. Hubungan keempatnya harus sinergis, karena keberlangsungan operasional sekolah terbentuk dari hubungan “ simbiosis mutualis” keempat komponen tersebut, karena kebutuhan akan pendidikan demikian tinggi, tentulah harus dihadapi dengan kesiapan yang optimal semata-mata demi kebutuhan anak didik. Salah satu unsur yang penting dimiliki oleh suatu sekolah agar menjadi sekolah yang dapat mencetak anak didik yang baik adalah dari segi keuangan. 48 Pengelolaan keuangan sekolahmadrasah perlu memperhatikan sejumlah prinsip Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 48 menyatakan bahwa pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas public. 49 Dalam implementasinya di sekolah, manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajemen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengoordinasian, pengawasan, atau pengendalian. 50 Setiap sekolah dan satuan pendidikan lainnya madrasah dan pondok pesantren seyogianya memiliki rencana strategis unutk periode waktu tertentu yang didalamnya mencakup visi, misi, dan program serta sasaran tahunan. Oleh karena itu, pembiayaan pendidikan yang terintegritas dan komprehensif dengan 48 Bambang Ismaya, Pengelolaan Pendidikan Bandung: PT.Refika Aditama, 2015, h.135 49 Siswandari, Pengelolaan Keuangan SekolahMadrasah, Jakarta: LPPKS, 2013, h.5 50 M.Mustari, Manajemen Pendidikan, Jakarta: PT.Rajagrafindo, 2014, cet.1, h.163 renstra di sekolah diarahkan unutk ketercapaian tujugan lembaga sebagaimana sudah didokumentasikan. 51 Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan secara rutin sesuai peraturan yang berlaku. Pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran berasal dari orangtua siswa dan masyarakat dilakukan secara rinci dan trasparan sesuai dengan sumber dananya. 52 Cost dan princing jasa pendidikan membandingkan pengeluaran keuangan sekolah dengan melihat manfaat yang didapat bagi para stakeholder pendidikan, dan juga penetapan jasa pendidikan yaitu penerima jasa pendidikan akan dikenakan harga jasa pendidikan sesuai dengan apa yang telah didapat sesuai dengan tujuan sekolah. Sedangkan audit keuangan pendidikan ditujukan untuk mengetahui apakah laporan keuangan sekolah secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Audit kinerja pendidikan merupakan upaya sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan informasi, dengan tujuan menyimpulkan kemampuan seseorang dalam satu jenis keahlian pada profesi pendidikan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh norma yang ada, serta menggunakan kesimpulan dari hasil pengumpulan informasi tersebut dalam proses pengambilan keputusan kinerja sebagai bahan rekomendasi . 51 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan,Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, h.171 52 Op.cit, h.205 Bagan 2.1 Kerangka Berfikir