Perencanaan Keuangan Pondok Pesantren Nurul Hijrah
b.Uang Bangunan 2.
Bantuan dari Pemerintah a.
BOS 3.
Bantuan dari Lembaga a.
Beasiswa Bank BRI Hal ini dikatakan oleh Abu Hanifah Thoyyid selaku Pimpinan Pondok
Pesantren Nurul Hijrah : “Pendapatan pondok Pesantren bersumber dari SPP, uang bangunan, BOS
dari pemerintah, dan Beasiswa Bank BRI untuk beberapa santri, yang mana hasil dari pendapatan tersebut akan dikelolah untuk kegiatan pondok
pesantren dan Madrasah.”
3
Dari hasil penelitian di atas dan teori mengenai penyusunan RAPBP, pemasukan, dan pengeluaran keuangan Pondok Pesantren, peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa perencanaan yang dibuat oleh Pondok Pesantren Nurul Hijrah belum sepenuhnya tersusun sesuai dengan teori yang ada, hal
ini dikarenakan pondok pesantren hanya melakukan dua kegiatan saja dalam perencanaan yaitu memilih program, identifikasi dan pengerahan sumber
daya yang ada saja.
2.Pelaksanaan Keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah
Pelaksanaan keuangan ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian bila diperlukan. Pelaksanaan
dalam manajemen keuangan terbagi atas proses pengelolaan dan penerimaan.
Dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan proses pelaksanaan keuangan Pondok Pesantren penulis melakukan wawacara dan dokumentasi.
Informasi dan data diperoleh bersumber dari informan yang terlibat dalam proses manajemen keuangan. Informan tersebut yaitu Pimpinan Pondok
3
Hasil wawancara dengan Abu Hanifah, sebagai Pimpinan Pondok. Pada hari Rabu, 27 September 2016, Pukul 10.00-10.30 WIB
Pesantren, Bendahara Pondok, dan Kepala Sekolah yang bertugas dalam mengelola pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah
Dalam pelaksanaan manajemen keuangan Kyai Pondok Pesantren Nurul Hijrah merupakan tanggungjawab penuh terhadap pengeluaran keuangan.
Setiap dana yang keluar harus disetujui oleh Kyai Pondok Pesantren Nurul Hijrah, proses pelaksanaan keuangan untuk melakukan setiap kegiatan yang
telah tercantum dalam anggaran harus membuat proposal kegiatan beserta rincian dana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut, setelah disetujui oleh
Kepala Sekolah baru kemudian Kyai Pondok Pesantren Nurul Hijrah menandatangi proposal tersebut dan Bendahara Pondok baru bisa
mengeluarkan uang sesuai dengan yang ada diproposal, akan tetapi bendahara terlebih dahulu memilih dana yang lebih terpenting terlebih
dahulu untuk diberikan, karena Kyai Pondok Pesantren Nurul Hijrah kurang mengerti
tentang keadaan
keuangan yang
ada di
Pondok Pesantren.Pelaksanaan manajemen keuangan mempunyai dua jenis kegiatan
penerimaan dan pengeluaran. a.
Penerimaan Penerimaan yang diterima oleh Pondok Pesantren Nurul Hijrah berasal
dari pendapatan rutin. Pendapatan rutin berasal dari pembayaran santri SPP, uang kegiatan selama 1 tahun, bantuan BOS Pemerintah, dan
Beasiswa Bank BRI dan lain-lain yang digunakan untuk membiayai semua kegiatan ekstrakurikuler dan operasional kegiatan sekolah dan Pondok
Pesantren. b.Pengeluaran
Pelaksanaan pengeluaran di Pondok Pesantren Nurul Hijrah meliputi pengeluaran rutin dan pengeluaran non rutin. Pengeluaran rutin meliputi
biaya pengeluaran rutin setiap bulan dikeluarkan setiap bulan. Pengeluaran non rutin ini dilaksanakan jika ada kebutuhan mendadak atau kebutuhan
yang dilaksanakan setiap tahun sekali dan juga kebutuhan yang sebelumnya
direncanakan pada RAPBP. Dalam sistem pengeluaran dana di Pondok Pesantren Nurul Hijrah proses pengajuan dana sampai pada pencairan dana
tidaklah melalui proses yang sulit, dikarenakan hanya melalui persetujuan dari Pimpinan Pondok dan Bendahara Pusat asalkan dana yang diajukan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat bersama. Secara Teoritik, langkah-langkah dalam penyusunan RABPP hendaknya
mengikuti langkah sebagai berikut : aMengintervertarisasi rencana yang akan dilaksanakan, bMenyusun rencana berdasarkan skala prioritas,
cMenentukan program krja dan rincian program, dmenetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program, emenghitung dana yang dibutuhkan,
fMenentukan sumber dana untuk membiayai rencana. Dan untuk pengeluran Pondok Pesantren dapat dikategorikan dalam beberapa item,
yaitu: pengeluaran untuk pelaksanaan pelajaran, pengeluaran untuk tata usaha sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana, kesejahteraan pegawai,
administrasi, pembinaan teknis pendidikan, dan pendataan. Secara teoritik, pengelolaan anggaran dan keuangan dari sumber
manapun, baik dari pemerintah ataupun masyarakat perlu didasarkan pada prinsip-prinsip umum pengelolaan keuangan, yaitu : a hemat, tidak mewah,
efisien dan sesuai dengan kebutuhan, b terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, c terbuka dan transparan, d sedapat mungkin menggunakan hasil
buatan sendiri.
4
Dengan demikian dari hasil penelitian diatas dan teori mengenai pengelolaan keuangan maka pelaksanaan keuangan di Pondok Pesantren
belum sepenuhnya sesuai dengan teori yang ada, masih banyak program yang direncakan belum terealisasikan dengan baik, dan pengeluaran
keuangan belum bisa sesuai dengan target yang diinginkan.
4
Sulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka, 2005, h.187
3.Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pondok Pesantren Nurul Hijrah
Pertanggungjawaban keuangan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah dalam bentuk laporan bulanan dan tahunan yang dilaporkan kepada pimpinan,
pengawasan bulanan khususnya dilakukan bendahara kepada Kyai. Bendahara melaporakan setiap laporan kegiatan yang menyangkut
keuangan dari setiap kegiatan dan bagian, yang dilaporkan berupa pembuktian penerimaan, penyimpanan dan pembayaran kepada pihak-pihak
yang bersangkutan yang kemudian dilaporkan bendahara kepada Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hijrah. Sedangkan untuk operasional yang berasal
dari pemerintah seperti dana Bantuan Operasional Sekolah BOS dikoreksi oleh masing-masing Kepala Sekolah Madrasah baik jenjang Aliyah maupun
Tsanawiyah tanpa melibatkan Pimpinan Pondok Pesantren dalam hal pengoreksian BOS dan langsung diserahkan kepada pemerintah. Menurut
penuturan Ibu Liza Fairuz selaku Bendahara Pondok mengatakan : “sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di pondok pesantren nurul
hijrah di buat dalam bentuk Laporan pertanggungjawaban yang diserahkan kepada Pimpinan Pondok Pesantren sebagai pembuktian penerimaaan
maupun pembayaran yang sudah dilakukan, sedangkan pada operasional madrasah pelaporan dana dari pemerintah melibatkan kepala sekolah
langsung berserta Tata Usaha dan bendahara untuk melaporkannya ke Pemerintah tanpa melibatkan Pimpinan Pondok Pesantren.”
5
maka Bendahara Pondok yang lebih selektif untuk mencairkan uang tersebut. Setiap kegiatan yang dilakukan langkah selanjutnya adalah
membuat Laporan Pertanggung Jawaban LPJ. Membuat LPJ merupakan suatu keharusan bagi setiap bagian yang ada di Pondok Pesantren dan
Madrasah, setiap LPJ dari masing-masing bagian nantinya akan di audit oleh bendahara, dan hasilnya kemudian diserahkan kepada Kyai Pondok
Pesantren Nurul Hijrah, dan disimpan sebagai dokumentasi bendahara. Akan tetapi hasil dari audit untuk dana Pondok Pesantren jarang dilakukan
evaluasi oleh Kyai Pondok Pesantren Nurul Hijrah, melainkan hanya pihak
5
Hasil wawancara dengan Liza Fairuz, sebagai Kepala Keuangan dan Bendahara Pondok. Pada hari Kamis, 6 Oktober 2016
Kepala Madrasah saja yang mengevaluasi hasil audit yang berkenaan dengan dana Madrasah. Hal ini dituturkan oleh Pimpinan Pondok Pesantaren
KH.Abu Hanifah : “Untuk evaluasi keuangan pondok dilakukan dengan diadakannya rapat
masalah keuangan dengan pihak yayasan, wakasek, dan para wali kelas setiap tiga bulan sekali.”
6
Dalam membuat pembukuan keuangan, Pondok Pesantren Nurul Hijrah dapat dikatakan belum cukup modern. Karena belum semua laporan
keuangan yang dibuat oleh bendahara dengan menggunakan komputer tetapi masih ada yang tulis tangan. Bagian bendahara Pondok Pesantren Nurul
Hijrah belum bisa memanfaatkan teknologi yang sudah ada pada saat ini. dikarena kan kurangnya tenaga bendahara dalam menginput data semua
keuangan di Pondok Pesantren dan juga Madrasah. Hal ini dituturkan oleh Bendahara Pondok pesantren :
“Pembukuan keuangan di Pondok Pesantren belum sepenuhnya menggunakan komputerisasi, tetapi masih beberapa laporan yang ditulis
dengan tangan, dikarenakan begitu banyaknya laporan keuangan yang ada sehingga bendahara belum sempet mengetiknya dikomputer, dan tenaga
bendahara di Pondok Pesantren Nurul Hijrah cuma ada satu orang saja, sehingga tidak maksimal dalam pembukuan keuangan Pondok Pesantren
Nurul Hijrah.
7
” Setiap laporan yang dibuat merupakan sebagai alat ukur apakah rencana
dan tujuan Pendidikan Pondok Pesantren Nurul Hijrah telah dicapai dengan efektif dan efisien sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam RAPBP, dan juga berguna untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya penyimpangan terhadap kegaitan yang telah direncanakan dan
penggunaan dana di Pondok Pesantren Nurul Hijrah, hasil tersebut menjadi bahan evaluasi dan menghasilkan temuan-temuan untuk perencanaan di
tahun selanjutnya.
6
Hasil wawancara dengan Abu Hanifah, sebagai Pimpinan Pondok Pesantren. Pada hari, Senin, 10 Oktober 2016
7
Hasil wawancara dengan Liza Fairuz, sebagai Kepala Keuangan dan Bendahara Pondok. Pada hari Kamis, 6 Oktober 2016
Secara teoritik, semua pengeluaran keuangan pondok pesantren dari sumber manapun harus dipertanggungjawabkan. Hal tersebut bentuk
transparasi dalam
pengelolaan keuangan,
bendaharawan harus
memperhatikan bahwa setiap akhir tahun anggaran, bendahara harus melaporannya kepada komite atau majelis pesantrenuntuk dicocokan dengan
RAPBPP. Dan dengan dilampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada seperti Kuitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan.
Dengan demikian dari hasil penelitian diatas dan teori mengenai pertanggungjawaban
keuangan Pondok
Pesantren maka
peneliti menyimpulkan bahwa proses akuntansi dan pelaporan keuangan di Pondok
Pesantren Nurul Hijrah belum sepenuhnya sesuai dengan teori, hal ini dikarenakan bendahara belum melaporakan hasil laporan keuangan kepada
pihak komite sekolah, hal ini dikarenakan kurang transparasinya bendahara pondok kepada pihak komite sekolah.