Tahapan Penentuan Waktu Normal

Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Dengan catatan rumus diatas adalah untuk tingkat ketelitian 5 dan tingkat keyakinan 95.

3. Bila jumlah pengukuran belum mencukupi

Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N N maka data pengukuran sudah mencukupi.

3.14. Tahapan Penentuan Waktu Normal

Di dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan faktor penyesuaian atau rating factor Rf. Rating factor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan yang tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan akan dinormalkan lebih dahulu, untuk memperoleh waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika pekerja atau operator bekerja secara wajar, maka rating factor Rf sama dengan satu Rf=1 , artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika pekerja lambat, maka rating factor Rf1 dan sebaliknya Rf1 bila pekerja bekerja dengan cepat. Perhitungan rating factor dilakukan dengan membandingkan nilai penyesuaian seorang operator atau pekerja yang diamati dan diukur dengan nilai penyesuian seorang operator atau pekerja yang bekerja secara normal. Cara-cara untuk menentukan rating factor adalah : a. Cara Persentase Rating factor cara persentase sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya. Pengukur menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus. Terlihat sekilas bahwa rating factor cara ini diselesaikan dengan sangat sederhana. Hal ini Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. menunjukkan bahwa cara yang dilakukan merupakan cara yang paling mudah, namun segera tampak adanya kekurangan dalam ketelitian pengukur, sebagai akibat kasarnya penilaian. b. Cara Shumard Cara kedua dalam menentukan factor penyesuaian ini adalah Memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai-nilai tersendiri. Pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. Perhitungan rating factor dilakukan dengan membandingkan performance seorang operator atau pekerja yang diamati dan diukur dengan performace seorang operator atau pekerja normal. Hasil perbandingan inilah yang menjadi rating factor. Waktu normal akan diperoleh dengan mengalikan harga rating factor dengan waktu terpilih. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2. tabel penyesuaian menurut cara schumard. Tabel 3.2. Tabel Penyesuaian Menurut Cara Shumard Kelas Penyesuaian Super fast Fast + Fast Fast - Excellent Good + Good Good - Normal Fair + Fair Fair - Poor 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 Sumber: Buku “Teknik Perancangan Sistem Kerja“ Sutalaksana, I. Z, dkk,2006 Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 3. Cara Westinghouse Cara yang dilakukan oleh Westinghouse ini mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yang disebut dengan westing house factor, yaitu: 1. Keterampilan 2. Usaha 3. Kondisi kerja 4. Konsistensi Keterampilan atau skill didefenisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang akan ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai ketingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang dapat diberikan pekerja yang bersangkutan. Keterampilan dapat juga menurun bila telah terlampau lama tidak menangani pekerjaan tersebut, atau karena sebab-sebab lain seperti karena kesehatan yang terganggu, pengaruh lingkungan social dan sebagainya. Untuk keperluan penyesuaian keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri dari setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini: SUPER SKILL: 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikut i. 5. kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin. 6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan keelemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya. 7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencankan tentang apa yang dikerjakan sudah sangat otomatis 8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik. EXELLENT SKILL: 1. Percaya pada diri sendiri 2. Tampak cocok dengan pekerjaannya 3. Terlihat telah terlatih baik 4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran- pengukuran atau pemeriksaan-pemeriksaan. 5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan. 6. Menggunakan peralatan yang baik 7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutunya. 8. Bekerjanya cepat tetapi halus. 9. bekerja berirama dan terkoodinasi. Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. GOOD SKILL: 1. Kualitas hasil baik 2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerjaan pada umumnya 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya labih rendah. 4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan 7. bekerjanya stabil 8. gerakan-gerakannya terkordinasi dengan baik 9. gerakan-gerakannya cepat AVERAGE SKILL: 1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri 2. Gerakannya cepat tapi tidak lambat 3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap 5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiada keraguan- raguan 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerjanya cukup teliti Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 9. Secara keseluruhan cukup memuaskan. FAIR SKILL: 1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik. 2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya 3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan 4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup 5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama. 6. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin. 7. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri. 8. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outptunya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan- gerakannya. POOR SKILL: 1. Tidak bisa mengkoordinir tangan dan pikiran 2. Gerakan-gerakannya kaku 3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urut-urutan gerakan 4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan 5. tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 6. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan 8. Tidak adanya kepercayaan diri sendiri. 9. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri. Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas di atas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan. Dengan demikian pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari segi keterampilannya. Usaha atau effort cara westinghouse membagi membagi kelas-kelas. Yang dimaksud dengan usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan ciri-cirinya. EXCESSIVE EFFORT: 1. Kacapaian sangat berlebihan 2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya 3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja. EXELENT EFFORT: 1. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi 2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya 4. Banyak memberi saran-saran Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 5. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang 6. Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu 7. Tidak dapat bertahan lebuh dari beberapa hari 8. Bangga atas kelebihannya 9. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali 10. Bekerjanya sistematis 11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat. GOOD EFFORT: 1. Bekerja berirama 2. saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Senang pada pekerjaannya. 5. Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu 7. Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang 8. dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja. 9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi 10. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik 11. Memelihara dengan baik kondisi peralatan. AVERAGE EFFORT: Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor 2. Bekerja dengan stabil 3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya 4. Set up dilaksanakan dengan baik 5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan FAIR EFFORT: 1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal 2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya 3. Kurang sungguh-sungguh 4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik 7. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Terlampau hati-hati 9. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja 10. Gerakan-gerakannya tidak terencana. POOR EFFORT: 1. Banyak membuang-buang waktu 2. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran 4. Tampak malas dan lambat bekerja Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. 5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan. 6. Tempat kerjanya tidak diatur rapih 7. Tidak perduli pada cocokbaik tidaknya peralatan yang dipakai 8. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur 9. Set up kerjanya terlihat tidak baik. Yang dimaksud dengan kondisi kerja atau conditional pada cara westinghouse adalah kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas ideal, excellent, good, average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap pekerjaan karena berdasarkan karakteristiknya masing-masing pekerja membutuhkan kondisi ideal sendiri-sendiri. Suatu kondisi yang dianggap untuk suatu aktivitas dapat saja dirasakan sebagai fair atau bahkan poor bagi pekerjaan yang lain. Pada dasarnya kondisi ideal adalah kondisi yang paling cocok untuk pekerjaan yang bersangkutan, yaitu yang memungkinkan performance maksimal dari pekerjaan. Sebaiknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak membantu jalannya pekerjaan bahkan sangat menghambat pencapaian performance yang baik. Konsistensi perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas kewajaran masalah tidak timbul, tetapi jika variabilitasnya tinggi maka hal tersebut harus diperhatikan. Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Konsistensi dibagi atas enam kelas yaitu : Perfect, Excellent, Good, Average, Fair dan Poor. Seseorang bekerja perfect adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari saat ke saat. Konsistensi rata-rata atau average adalah bila selisih antara waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar. Konsistensi poor terjadi apabila waktu penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor diatas nilai westinghouse factor akan dijelaskan pada Tabel 3.3. berikut ini. Tabel 3.3. Westinghouse Factor Factor Kelas Lambang Penyesuaian Skill Super skill Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 +0,15 +0,13 +0,11 +0,08 +0,06 +0,03 0,00 -0,05 -0,01 -0,16 -0,22 Usaha Excessive Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 +13 +12 +10 +0,08 +0,05 +0,02 0,00 -0,04 -0,08 -0,12 -0,17 Wan Jun Even Manurung : Usulan Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Sortasi Rubber Smoke Sheet Di Pabrik Karet PT. Perkebunan Nusantara III Gunung Para, 2010. Condition Ideal Excellent Good Average Fair Poor A B C D E F +0,06 +0,04 +0,02 0,00 -0,03 -0,07 Consistency Perfect Excellent Good Average Fair Poor A B C D E F +0,04 +0,03 +0,01 0,00 -0,03 -0,04 Sumber Buku Teknik Perancangan system Kerja 4. Cara Objektif Cara objektif adalah cara menentukan rating factor yang memperhatikan dua faktor yaitu faktor kecepatan kerja dan faktor tingkat kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama menentukan berapa besarnya harga p untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan yang ditunjukkan oleh operator. Rating factor diterapkan pada waktu terpilih atau dalam hal ini adalah waktu siklus operasi untuk mendapatkan waktu normal. Formula perhitungan waktu normal adalah sebagai berikut : Waktu normal = 100 mpersen ratingdala Wn= t x Rf t = Waktu terpilih

3.15. Menentukan Allowance