berupa pembukaan kebun baru dengan rata-rata 1,67 ha untuk kelapa sawit, 1.10 ha untuk karet dan 0,91 ha untuk kakao, yang umumnya dilakukan pada tahun
1997. Investasi tersebut didorong oleh harga komoditas yang tinggi sebagai
akibat krisris ekonomi yang menyebabkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah melonjak tajam. Investasi untuk peternakan berupa pembelian sapi produk,
pembangunan kandang dan kebun rumput, dengan rata-rata 3 ekor untuk pembibitan sapi potong dan 4 ekor untuk sapi perah. Sementara itu, investasi
untuk pompa air dan traktor tangan masing-masing adalah 1 unit.
2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Pendapatan nasional bisa naik atau turun karena perubahan investasi. Kondisi ini tergantung pada perubahan teknologi, penurunan tingkat bunga,
pertumbuhan penduduk, dan faktor-faktor dinamis lainnya Samuelson dalam
Makmun, 2003
Sementara itu, lingkungan domestik masih belum mampu menciptakan iklim investasi yang sehat. Beberapa faktor domestik yang mengahambat iklim
investasi belum mengalami perbaikan yang berarti. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebgain berikut BKPM,2004:
1 Prosedur yang panjang dan berbelit. 2 Tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah di bidang investasi serta
kebijakan antar sektor. 3 Kurangnya kepastian hukum dengan berlarutnya perumusan RUU Penanama
Modal 4 Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja.
Universitas Sumatera Utara
5 Stabilitas keamanan secara nasional relatife membaik 6 Kurangnya insentif investasi, termasuk insentif perpajakan dalam menarik
penanaman modal di Indonesia. Faktor penghambat utama investasi adalah kebutuhan modal yang besar
untuk memulai atau perluasan usaha, baik perusahaan besar maupun petani. Meningkatnya harga input, upah tenaga kerja serta kondisi lingkungan dan iklim
yang kurang kondusif menghambat perkembangan usaha. Bagi perusahan besar, otonomi daerah cukup menambah beban finansial dalam bentuk pembayaran
retribusi yang terlalu besar. Untuk sapi potong faktor penghambat utamanya adalah rendahnya harga jual sapi akhir-akhir ini.
2.1.5. Tingkat Bunga dan Investasi
Peningkatan permintaan terhadap dana pinjaman akan mendongkrak tingkat bunga equilibrium. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan mengurangi arus
modal neto. Permintaan investasi juga bisa berubah karena pemerintah mendorong atau membatasi investasi melalui undang-undang pajak. Sebagai contoh,
anggaplah pemerintah menaikkan pajak pendapatan perorangan dan menggunakan peneriman tambahan tersebut untuk mengurangi pajak bagi orang-orang yang
menginvestasikan dananya ke modal baru. Perubahan dalam undang-undang pajak seperti itu membuat banyak proyek investasi lebih menguntungkan dan, seperti
inovasi teknologi, meningkatkan permintaan akan barang- barang investasi Mankiw,1999
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Investasi dan GDP