adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh –
tumbuhan dan atau benda. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tangal 26 Mei 1999 Baku Mutu Udara Ambien Nasional, menyatakan bahwa kadar SO
2
, NO
2
, H
2
S, CO dan PM
10
di udara yang memenuhi syarat berturut-turut adalah tidak melebihi dari 900 μgm
3
, 400 μgm
3
, 30.000 μgm
3
, 150 μgm
3
. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun
1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan Kadar H
2
2.7. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Gangguan Saluran Pernapasan
S di udara yang memenuhi syarat adalah tidak melebihi dari 0,02 ppm.
2.7.1. Anatomi Pernapasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung, udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama mukosa inspirasi yan terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet. Permukaan epitel dilapisi mukosa yang ekskresi oleh
goblet dan kelenjar serose. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum
sentral yang didalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis,
bronkus, saraf, dan pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukan telah terjadi
gangguan paru, yaitu terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan di bagi 3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru-paru kiriterbagi
menjadi 2 lobus Price dan Wilson, 1994. 2.7.2.
Mekanisme Pernapasan
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf
otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah
pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan di luar rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar Anonimous, 2010.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara inspirasi dan pengeluaran udara ekspirasi
1. maka mekanisme pernapasan dibedakan
atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
Pernapasan Dada
a.
Fase inspirasi Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga
dada mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru-paru juga mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada
tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. b.
Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menjadi kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru-paru juga mengecil sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada
tekanan luar. Hal tersebut menyebabkan udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Fase ekspirasi
2. Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni:
Pernapasan Perut
a.
Fase inspirasi merupakan kontraksi Fase inspirasi
otot diafragma sehingga mengembang,
akibatnya paru-paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada membesar dan tekanan udara di dalam paru-paru lebih kecil daripada tekanan udara
luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam.
b.
Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma kembali ke posisi semula sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paruparu lebih
besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru-paru. Fase ekspirasi
2.6.3. Gangguan Saluran Pernapasan