Hasil Analisis Bivariat Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Kebiasaan Menyirih Dengan

4.2 Hasil Analisis Bivariat Hasil Uji Statistik Hubungan Antara Kebiasaan Menyirih Dengan

Kanker Rongga Mulut Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan data yang terkumpul kemudian dianalisa dengan uji statistik Chi-Square dengan tabulasi silang cross-tab untuk menguji tingkat kemaknaan antara kebiasaan menyirih lama menyirih, frekuensi menyirih per hari dan komposisi menyirih dengan kanker rongga mulut. Perhitungan statistik apabila nilai P 0,05 maka h diterima yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel Pada tabel 8, terlihat bahwa terdapat 7 orang 17,95 yang mempunyai kanker rongga mulut pada penduduk komunitas India dengan kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,040 dimana nilai signifikasi adalah P 0,05. Tabel 8. HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENYIRIH DENGAN KANKER RONGGA MULUT Subjek Kebiasaan Menyirih Kanker Rongga Mulut Nilai P Ya Tidak Laki 1 8 0,040 Perempuan 6 24 Total 717,95 3282,05 = signifikan Tabel 9 menunjukkan persentase kanker rongga mulut dihubungkan lama menyirih dalam hitungan tahun. Pada tabel ini, terlihat bahwa kanker rongga mulut paling banyak menyirih pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih lebih dari 20 tahun yaitu sebanyak 6 orang 23,08 diikuti subjek yang menyirih selama 11- 20 tahun yaitu 1 orang 25,08. Kanker rongga mulut memiliki hubungan yang signifikan terhadap lama menyirih. Hal ini ditunjukkan dengan nilai P=0.045, dimana nilai signifikasi adalah P 0,05. Tabel 9. HUBUNGAN ANTARA LAMA MENYIRIH DENGAN TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT Lama Menyirih Kanker Rongga Mulut Total Nilai P Ya Tidak 10 tahun 0 0,00 11 28,21 11 0,045 10-20 tahun 1 2,57 3 7,69 4 20 tahun 6 23,08 18 38,45 24 = signifikan Persentase kanker rongga mulut yang dihubungkan dengan frekuensi menyirih per hari dapat dilihat pada tabel 10. Kanker rongga mulut terjadi paling banyak pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih lebih dari 20 sirih per hari yaitu 4 orang 10,26 diikuti menyirih antara 11-20 sirih per hari yaitu 2 orang 5,23 dan 1 orang 2,56 yang menyirih 1-10 sirih per hari. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara frekuensi menyirih per hari dengan kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,009, sedangkan nilai signifikasi adalah P 0,05. Tabel 10. HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI MENYIRIH PER HARI DENGAN TERJADINYA KANKER RONGGA MULUT Jumlah Ramuan SirihHari Kanker Rongga Mulut Total Nilai P Ya Tidak 10 sirih 1 2,56 1948,72 20 0,009 11-20 sirih 2 5,23 1230,67 14 20 sirih 410,26 1 2,56 5 = signifikan Tabel 11 menunjukkan persentase kanker rongga mulut dihubungkan komposisi menyirih. Berdasarkan tabel, terlihat bahwa kanker rongga mulut paling banyak terdapat pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih dengan menggunakan tembakau, kapur, pinang dengan daun sirih yaitu 5 orang 12,82 dan pada subjek yang mempunyai kebiasaan menyirih dengan komposisi kapur dan pinang dengan daun sirih terdapat 2 orang 5,13 yang mempunyai kanker rongga mulut. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara komposisi menyirih dengan terjadinya kanker rongga mulut dengan nilai P = 0,038, dimana nilai signifikasi adalah P 0,05. Tabel 11. HUBUNGAN ANTARA KOMPOSISI DAN KANKER RONGGA MULUT Jumlah SirihHari Kanker Rongga Mulut Total Nilai P Ya Tidak Sirih, tembakau, kapur, pinang 512,82 1025,64 18 0,038 Sirih, kapur, pinang 25,13 1333,33 12 Sirih, tembakau, pinang 9 9 = signifikan

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini diperoleh, kelompok umur laki-laki dan perempuan yang paling banyak mempunyai kebiasaan menyirih berusia diatas 60 tahun 53,85. Menurut penelitian Ghani, dkk 2013, didapati bahwa kegiataan menyirih banyak dijumpai di daerah desa karena, kurangnya paparan fakta tentang kanker rongga mulut sehingga masyarakat kurang memberi perhatian pada kesehatan rongga mulut. Sebagian besar orang yang sudah berusia lanjut masih mempunyai kebiasaan menyirih sebagai tanda penghormatan dan mengikuti adat atau budaya warisan leluhur atau nenek moyangnya. 37 Pada penelitian ini, didapati bahwa penduduk komunitas India yang mempunyai kebiasaan menyirih di lingkungan Klang, Selangor, Malaysia adalah 9 orang 20,51 laki-laki dan 30 orang 79,49 perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Travasso, dimana diketahui prevalensi kebiasaan menyirih pada perempuan adalah lebih tinggi daripada laki-laki. 38 Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, mengobrol dengan tetangga, teman atau komunitas di lingkungan tempat tinggal sehingga kebiasaan menyirih menjadi rutin. 5,38 Berdasarkan penelitian tersebut dapat dikaitkan dengan fakta bahwa perempuan yang mempunyai kebiasaan menyirih dalam populasi ini adalah ibu rumah tangga yang tinggal di perkebunan dan dari status sosial ekonomi rendah. 5