Pengemasan dilakukan oleh pelaku usahatani sekaligus untuk menghitung berat kopra hasil pengolahan.
5.2. Produksi Kelapa
Produksi adalah proses menggunakan sumberdaya untuk menghasilkan barang- barang atau jasa. Usaha peningkatan produksi sekarang ini bukan lagi semata-
mata untuk peningkatan kuantitas hasil panen, tetapi di tujukan kepada peningkatan pendapatan petani. Oleh sebab itu,petani lebih berorientasi pada
harga. Produksi yang meningkat tanpa di dukung oleh peniongkatan harga yang menguntungkan maka tidak akan memberikan jaminan bagi peningkatan
usahatani. Panen kelapa dilakukan sebanyak empat kali dalam satu tahun. Setiap satu hektar
kebun kelapa terdapat rata-rata 125 pohon kelapa. Total produksi kelapa per tahunnya sebesar 3.473 kg.
5.3. Pendapatan Kelapa
Pendapatan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Usahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh
produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Pendapatan usahatani adalah selisih
antara total penerimaan yang diperoleh oleh petani dari usahatani yang diusahakannya dengan total biaya. Agar pendapatan yang diperoleh menguntungkan
maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah Soerkartawi, 1999.
Universitas Sumatera Utara
Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian dai total produksi dengan harga jual produk usahatani. Total dari produksi kelapa mencapai 3.473 kghatahun. Jumlah
kelapa butiran merupakan total produksi kelapa dibagi rata-rata berat perbuah kelapa dalam yaitu 1,5 kg. Sehingga jumlah kelapa per buah dari total produksi per hektar
per tahun sebanyak 2.316 buah. Harga buah kelapa di daerah penelitian Rp 2.000 per buah. Sehingga penerimaan usahatani kelapa sebesar Rp 4.631.250 per hektar per
tahun. Total biaya produksi merupakan penjumlahan dari seluruh biaya-biaya produksi baik
berupa biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya-biaya yang harus dibayarkan dan petani ini itu tidak bisa mengendalikan biaya tersebut.
Sedangkan biaya variabel merupakan biaya-biaya yang masih bisa dikendalikan oleh pelaku usahatani. Biaya tetap dalam usahatani kelapa berupa biaya penyusutan alat
dan pajak lahan. Biaya penyusutan alat diperoleh dari pembagian harga beli alat pertanian dengan umur ekonomis alat tersebut. Biaya penyusutan alat pertanian
sebesar Rp 15.859 per hektar per tahun, sedangkan pajak lahan sebesar Rp 24.500 per hektar.
Biaya variabel dalam usahatani kelapa berupa biaya pemeliharaan dan juga biaya panen. Biaya pemeliharaan berupa biaya tenaga kerja penyiangan. Penyiangan
dilakukan secara manual untuk membersihkan kebun dari gulma-gulma. Gulma yang umum ditemukan di kebun kelapa adalah golongan rumputan Imperata cylindrical
L., Paspalum conjugatum Borg., golongan pakis-pakisan Nephrosia brassiliensis, dan golongan teki Cyperus rondutus. Penyiangan dilakukan dengan menggunakan
parang babat. Besar biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan ini adalah Rp 236.003 per hektar per tahun. Biaya panen merupakan biaya upah tenaga kerja yang
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan pengaitan kelapa dan juga pengupasan sabut dengan menggunakan alat berupa sula. Upah panen dibayar dengan sistem borongan sebesar
Rp 300 per kg sudah termasuk pengupasan sabut. Biaya panen yang dikeluarkan dalam usahatani kelapa sebesar Rp 2.603.672 per hektar per tahun.
Pendapatan usahatani kelapa dalam penelitian ini dihitung per satuan luas tanaman hektar per tahun, untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Pendapatan Rata-Rata Usahatani Kelapa Komponen
Nilai Rp
Biaya Tenaga Kerja Rp 2.839.675
Biaya Penyusutan Rp 15.859
Biaya PBB Rp 24.500
Total Biaya Rp 2.880.034
Penerimaan Rp 4.631.250
Pendapatan Rp 1.751.216
Sumber : Data diolah dari Lampiran 6, 7, dan 8. Dari Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa biaya tenaga kerja merupakan komponen
biaya produksi yang paling tinggi. Sedangkan biaya yang terendah adalah biaya penyusutan karena umur ekonomis alat pertanian yang sangat lama dan tidak
mudah rusak mencapai 10 tahun.
5.4. Pendapatan Kopra