Teknis Pengolahan Kopra HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknis Pengolahan Kopra

Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak, sehingga perlu penyimpanan, perawatan dan pengolahan. Proses pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan guna komoditi pertanian. Usaha tani pengolahan kopra di Kecamatan Silau Laut telah dilakukan secara turun temurun. Hal ini ditunjukkan dengan usia tanaman kelapa yang sudah cukup tua berkisar 20 tahunan. Pengolahan kopra di Kecamatan Silau Laut masih bersifat tradisional. Pengolahan kopra dilakukan tanpa menggunakan teknologi mesin. Usaha tani kopra di Kecamatan Silau Laut bersifat padat karya. Adapun teknis pengolahan kopra di Kecamatan Silau Laut meliputi panen kelapa, pembelahan buah kelapa, pencungkilan, pemisahan testa, pencucian, serta pengemasan kopra.

5.1.1. Panen Kelapa

Dalam pertanian, panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usahatani dari lahan budidaya. Panen menandakan bahwa telah berakhirnya kegiatan di lahan. Panen dilakukan berdasarkan umur panen. Umur panen merupakan kondisi dimana tanaman sudah mencapai masak optimum dan siap untuk diambil hasilnya. Waktu pemanenan buah kelapa berbeda-beda, tergantung varietas kelapa, faktor tanah, iklim serta baik buruknya pemeliharaan. Untuk varietas kelapa yang berada Universitas Sumatera Utara di daerah penelitian yaitu varietas kelapa dalam, tanaman mulai menghasilkan dan sudah dapat dipanen saat berumur 6-8 tahun. Kelapa yang digunakan dalam proses pengolahan kopra adalah kelapa tua. Kelapa tua memiliki kadar minyak yang tinggi serta dibutuhkan untuk kepentingan industri. Kelapa tua ditandai dengan sabut yang mulai mongering, temputung yang sudah berwarna hitam, air kelapa sedikit dan bila diguncang berbunyi, berat buah menurun rata-rata perbuah berat kelapa 1,5 kg, serta pembentukan putih lembaga sempurna dan jika tidak dipetik maka akan jatuh sendiri dari pohonya. Pemanenan buah kelapa dalam satu tahun dilakukan sebanyak empat kali. Rata- rata per hektar pemanenan buah kelapa di daerah penelitian dilakukan oleh satu orang tenaga pengait. Upah yang diperoleh oleh tenaga pemanen berdasarkan sistem borongan. Rata-rata per kilogramnya pemanen diupah sebesar Rp 300. Pemanenan dengan menggunakan kaitan ini umumnya lebih cepat, lebih efisien, dan tidak terlalu berbahaya dibanding dengan memanjat pohon kelapa. Rata-rata kemampuan pemetikan dengan menggunakan kaitan sebanyak 100 pohonoranghari. Kegiatan panen yang dilakukan berupa pengaitan buah kelapa, pengumpulan, pembelahan, dan pencungkilan daging buah. Pengaitan buah buah kelapa dimaksudkan untuk mengambil hasil panen kelapa tua yang belum jatuh dengan sendirinya. Alat yang digunakan adalah kaitan. Kaitan ini terdiri dari tiga bagian diantaranya, galah, tulang daing, dan juga pengait yang berbentuk sabit. Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Pembelahan Buah Kelapa

Sebelum kelapa dibelah, kelapa di kumpulkan di tempat peletakan hasil. Pengumpulan buah kelapa dilakukan untuk mempermudah perhitungan panen dan juga untuk mempermudah proses pembelahan. Buah kelapa yang telah dipanen dikumpulkan di tengah-tengah bagian per sembilan pohon kelapa. Rata-rata buah kelapa yang dikumpulkan di satu tempat peletakan hasil dalam sekali panen sebanyak 61,2 kg. Pembelahan buah kelapa bertujuan untuk membuang air kelapa yang tidak dipakai dalam proses pengolahan kopra serta untuk mempermudah kegiatan pencungkilan daging buah kelapa. Kegiatan pembelahan ini menggunakan alat berupa kapak. Upah tenaga pembelah kelapa sebesar Rp 200kg.

5.1.3. Pencungkilan Daging Buah Kelapa

Pencungkilan daging buah kelapa dilakukan untuk memisahkan daging buah kelapa yang melekat pada tempurung kelapa. Alat yang digunakan dalam proses ini berupa cungkilan. Upah tenaga pencungkil daging buah kelapa ini sebesar Rp 200kg. Selanjutnya, kelapa yang telah dicungkil dikumpulkan dan dikarungkan untuk dibawa menuju tempat pengumpulan daging buah untuk dilakukan proses pemisahan testa atau kulit daging buah kelapa.

5.1.4. Pemisahan Testa Kelapa

Permukaan luar daging kelapa dilapisi oleh selaput cokelat yang disebut testa. Testa dikupas dengan alat pengupas seperti alat pengupas kentang. Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh wanita. Umumnya kegiatan ini dinamakan paring, namun di daerah penelitian kegiatan ini dinamakan pengoncekan. Kemampuan Universitas Sumatera Utara satu orang tenaga paring dapat mengupas testa sebanyak 1000 butir kelapa per 8 jam. Sistem pengupahan tenaga paring dilakukan dengan sistem borongan. Upah tenaga paring sebesar Rp 200 per kilogram kopra putih. Rata-rata tenaga paring yang digunakan sebanyak tiga orang dengan upah Rp 5.720.571 per hektar per tahun. Sebanyak lebih kurang 10 persen daging buah ikut terpisahkan, sehingga kupasan ini masih bisa dimanfaatkan. Kulit hasil kupasan ini jika diekstraksi akan menghasilkan minyak dengan mutu yang rendah atau juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. Selain mengupas testa kelapa, tenaga paring juga sekaligus menyortir daging buah kelapa yang berupa potongan-potongan kecil. Umumnya jumlah sortiran bisa mencapai 5 persen dari jumlah kopra putih yang telah dikupas testanya.

5.1.5. Pencucian Kopra Putih

Pencucian kopra putih dilakukan untuk membersihkan ampas-ampas ataupun pasir-pasir yang melekat pada daging buah ketika proses pemisahan testa daging buah kelapa. Pencucian dilakukan pada bak-bak yng berisi air yang di atasnya terdapat saringan untuk meniriskan kopra yang telah dicuci. Setelah kopra dicuci kopra ditiriskan di atas bak pencucian tersebut. Pencucian kopra putih dilakukan oleh satu orang tenaga kerja dengan upah borongan sebesar Rp 70 per kg.

5.1.6. Pengemasan Kopra Putih

Pengemasan kopra dilakukan untuk mempermudah perhitungan berat kopra dan juga untuk mempermudah proses pengangkutan menuju pabrik. Kopra dikemas dalam karung berkapasitas 50 kg. Harga karung tersebut Rp 2.000 per satuan. Universitas Sumatera Utara Pengemasan dilakukan oleh pelaku usahatani sekaligus untuk menghitung berat kopra hasil pengolahan.

5.2. Produksi Kelapa