Habitat Bersarang Karakteristik Habitat .1

mempunyai kondisi yang lebih lembab dan tidak terlalu berfluktuasi karena adanya penghalang untuk terjadinya evaporasi yang bisa menyebabkan kelembaban udara dalam sarang menurun. Tingkat keasaman pH. Tingkat keasaman tanah pada sarang berkisar pada skala 4.7 dan 5. Tingkat keasaman terbanyak berada pada skala 5. Lebih lengkap tersaji dalam Gambar 25. Ular lebih banyak ditemukan pada pH 5 daripada pH 4.7. Namun keduanya masih berada pada tingkatan asam. a b Gambar 25 Tingkat keasaman tanah pada sarang a dan prosentase masing- masing tingkat keasaman b. Tingkat keasaman air pada parit dibawah jembatan untuk sarang berkisar antara 4.7-5.3 dengan modus 4.7. Lebih lengkap disajikan dalam Gambar 26. Gambar 26 Tingkat keasaman pH air pada parit dibawah jembatan untuk bersarang. 35 5 59 8 10 20 30 40 50 60 70 tidak ada ular ada ular ju m lah s ar an g pH tanah 4.7 5 37 38 63 62 10 20 30 40 50 60 70 tidak ada ular ada ular P ro sen tase pH tanah pH 4.7 pH 5 4 9 1 2 4 6 8 10 4.7 5 5.3 ju m lah pH air Tingkat keasaman tanah pada sarang dan air pada parit dibawah jembatan untk sarang sama-sama berada pada tingkat asam pada rentang antara 4.7-5.3. Tanah dan air di Kalimantan cenderung bersifat asam sampai netral. Python reticulatus tersebar mulai dari Sumatera, Kalimantan, Jawa sampai Sulawesi dengan kondisi tanah dan air yang mempunyai sifat asam sampai basa rendah. Ukuran sarang. Ukuran mulut sarang berkisar antara 20-60 cm dengan rata-rata lebar mulut sarang 40.6 cm. Mulut sarang paling banyak mempunyai lebar 60 cm. Lebih lengkap tersaji dalam Gambar 27. a b Gambar 27 Lebar mulut sarang a dan prosentase masing-masing tingkat lebar mulut sarang b. Kedalaman sarang berkisar antara 40-350 cm. Rata-rata kedalaman sarang 156.68 cm. Kedalaman sarang terbanyak adalah 160 cm Gambar 28. a b Gambar 28 Kedalaman sarang a dan prosentase masing-masing tingkat kedalaman sarang b. 39 36 23 10 6 4 5 4 10 20 30 40 50 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 ju m lah s ar an g lebar mulut sarang cm tidak ada ular ada ular 34 32 20 9 5 31 38 31 10 20 30 40 50 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 P ro sen tase lebar mulut sarang cm tidak ada ular ada ular 68 40 6 9 3 1 20 40 60 80 1-100 101-200 201-300 301-400 Ju m lah s ar an g Kedalaman sarang cm tidak ada ular ada ular 60 35 5 69 23 8 20 40 60 80 1-100 101-200201-300301-400 P ro sen tase Kedalaman sarang cm tidak ada ular ada ular Sebanyak 69 Python reticulatus yang ditemukan di sarang berada pada sarang dengan kedalaman ≤ 100 cm dan secara hampir merata ditemukan pada sarang dengan lebar mulut sarang ≤ 40 cm. Ukuran ini adalah ukuran pada tingkatan paling kecil dari ukuran sarang yang ditemukan. Kemungkinan ini bisa terjadi karena ular yang ditemukan rata-rata adalah anakan dalam ukuran yang kecil sehingga sarang dengan ukuran itu masih cukup ukurannya untuk digunakan oleh ular dengan ukuran yang relatif kecil. Kemungkinan lain pemilihan sarang dengan mulut lubang yang kecil berhubungan dengan adanya predator telur. Biawak merupakan predator yang utama bagi telur Python reticulatus di lokasi penelitian. Semakin kecil mulut sarang, kemungkinan semakin sulit pula bagi biawak untuk masuk dan memakan telur, terutama ketika telur tersebut sedang dalam kondisi tidak terjaga, misalnya ketika induknya berjemur. Hal ini sejalan dengan teori bahwa sarang merupakan tempat yang menentukan bagi keamanan telur seperti yang dinyatakan oleh Wood dan Bjorndal 2000.

5.3 Panenan

Stuebing dan Inger 1999 menyatakan bahwa ular terestrial sangat susah untuk diketahui densitasnya. Lebih lanjut disebutkan bahwa saat ini belum ada informasi mengenai populasi Python reticulatus di Kalimantan dan belum ada informasi bahwa populasinya di Kalimantan sudah menurun. Luas habitat, letak geografis dan sifat herpetofauna termasuk ular menjadi faktor yang menyebabkan tidak mungkin dilakukannya sensus yang terstruktur dalam satu satuan waktu yang pendek Iskandar Erdelen 2006. Kelimpahan dalam lingkup penelitian ini adalah kelimpahan panenan, yaitu kelimpahan jumlah yang ditangkap penangkap dan dikumpulkan pengumpul perantara. Pengambilan data kelimpahan dilakukan pada penangkap dan pengumpul perantara. Data adalah seluruh ular yang berhasil ditangkap oleh penangkap dan seluruh ular yang berhasil dikumpulkan oleh pengumpul perantara pada saat penelitian ini dilakukan.

5.3.1 Panenan pada Penangkap

Pada tingkat penangkap, jumlah Python reticulatus yang tertangkap sebanyak 117 ekor Gambar 29 yang didapatkan dari lima penangkap, yaitu tiga penangkap dari Kab. Kotawaringin Barat penangkap A, B dan C dan dua penangkap dari Kab. Pulang Pisau penangkap D dan E. Penangkap A merupakan kelompok yang terdiri dari tiga orang, Penangkap B dan Penangkap C mempunyai lokasi tangkap di kebun sawit. Penangkap D dan E mempunyai lokasi tangkap di kebun karet, sawah dan rawa. Gambar 29 Jumlah Python reticulatus yang tertangkap pada tingkat penangkap. Rata-rata jumlah ular yang tertangkap berbeda pada masing-masing penangkap Tabel 4. Dalam satu bulan, penangkap tidak bekerja setiap hari, setidaknya dua hari dalam seminggu digunakan untuk menguliti ular dan 2-3 hari libur setiap bulan untuk beristirahat atau melakukan kegiatan lain. Penangkap tidak mau menyimpan ular dalam waktu yang lama, maka harus menggunakan waktu khusus untuk menguliti ular. Menyimpan ular terlalu lama akan beresiko terjadi ular lepas, penyusutan ukuran badan dan kematian ular. Penangkap tidak memberi makan ular yang ditangkap karena akan menimbulkan biaya tambahan. Waktu yang digunakan untuk menangkap adalah pagi hari antara pukul 08.00 – 12.00 WIB. 50 33 27 4 3 117 20 40 60 80 100 120 140 A B C D E total Ju m lah u lar t e rtan g kap e ko r Penangkap Tabel 4 Rata-rata jumlah tangkapanhari Penangkap ∑ ular tertangkap ekor ∑ hari penangkapan hari Rata-rata ∑ Tangkapan ekorhari A 50 9 5.50 B 33 12 2.83 C 27 9 3.00 D 4 3 1.33 E 3 3 1.00 Rata-rata jumlah tangkapan per hari oleh masing-masing penangkap bisa saja berbeda setiap bulannya. Penangkap di Kabupaten Kotawaringin Barat yang bekerja sepanjang tahun dengan beberapa hari libur menyatakan bahwa hasil tangkapan mereka rata-rata per hari relatif sama. Penangkap di Kotawaringin Barat memerlukan hari khusus untuk menguliti ular tangkapannya. Biasanya pada hari menguliti ular, mereka tidak berburu ular. Dengan asumsi libur seminggu 2 hari untuk menguliti ular, 12 hari libur untuk istirahat atau melakukan kegiatan lain dan libur 2 minggu ketika lebaran, maka jumlah hari kerja penangkap ular di Kotawaringin Barat adalah 225 haritahun. Sedangkan penangkap di Pulang Pisau hanya menangkap ular selama 5 bulantahun yaitu antara bulan Januari-Mei. Mereka tidak memiliki hari libur khusus. Apabila diasumsikan bahwa penangkap di Pulang Pisau bekerja selama 6 hariminggu, maka dalam 5 bulan mereka bekerja selama 125 haritahun. Dari asumsi tersebut, bisa diprediksikan kelimpahan panenan yang dilakukan oleh lima penangkap tersebut sebagaimana disajikan dalam Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Estimasi populasi tangkapan per tahun pada penangkap Penangkap ∑ hari kerjath hari Rata- rata ∑ tangkapanhari ekorhari ∑ tangkapanth ekortahun A 225 5.50 1 337.50 B 225 2.83 636.75 C 225 3.00 675.00 D 125 1.33 166.00 E 125 1.00 125.00 Total 2 940.25 Dari Tabel 5 diatas, maka populasi tangkapan lima penangkap dalam setahun mencapai 26.73 2 940.25 ~ 2 940 ekor kuota tahunan untuk kulit. Asumsi lain yang bisa digunakan untuk memprediksi jumlah panenan adalah berdasarkan jumlah rata-rata yang didapat oleh penangkap setiap bulan. Berdasarkan hasil wawancara, jumlah ular yang bisa ditangkap oleh masing- masing penangkap selama bulan Januari-Juli 2012 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Perkiraan jumlah ular yang tertangkap oleh lima penangkap Bulan Jumlah ular yang tertangkap penangkap ekor A B C D E Januari 50-60 50-60 50-60 20-30 20-30 Februari 50-60 50-60 50-60 20-30 20-30 Maret 50-60 50-60 50-60 20-30 20-30 April 50-60 50-60 50-60 20-30 20-30 Mei 50-60 50-60 50-60 4 3 Juni 50-60 50-60 50-60 Juli 50-60 50-60 50-60 Jumlah 350-420 350-420 350-420 84-124 83-123 Jumlah total 1 217 – 1 507 Berdasarkan Tabel 6 di atas maka bisa dilihat bahwa selama tujuh bulan pertama pada tahun 2012, jumlah yang bisa didapat oleh lima penangkap sebanyak 11.06 – 13.7 dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012. Apabila penangkap A, B dan C menangkap dengan jumlah yang konstan dan penangkap C dan D tidak menangkap lagi sampai akhir tahun, maka pada akhir Desember 2012, jumlah ular yang ditangkap oleh lima penangkap tersebut sebanyak 1 967 - 2 407 ekor 17.88-18.88 dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012. Jumlah ular pada asumsi kedua cenderung lebih sedikit dari asumsi pertama. Hal ini terjadi karena rata-rata produktivitas asumsi pertama lebih tinggi dari asumsi kedua. Asumsi pertama didasarkan pada jumlah nyata ular yang ditemui pada penangkap saat penelitian. Asumsi kedua didasarkan pada pengakuan penangkap mengenai produktivitas mereka yang merupakan data subyektif dan masih perlu diuji validitasnya. Pengakuan mereka cenderung lebih kecil karena ada rasa takut bahwa apabila mereka mengakui jumlah produktivitas yang sebenarnya, mungkin akan melebihi jumlah yang diperbolehkan dan itu bisa jadi akan membahayakan kelangsungan pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil wawancara bahwa selain tiga penangkap di atas, di Kotawaringin Barat masih ada setidaknya 10 penangkap lain dan di Pulang Pisau ada 5 penangkap lain, maka jumlah panenan tersebut menjadi bertambah sangat banyak. Namun tidak bisa diperkirakan jumlah tangkapan dari 10 penangkap tersebut karena tidak ada data sama sekali mengenai jumlah tangkapan mereka.

5.3.2 Panenan pada Pengumpul Perantara

Pada tingkat pengumpul perantara, jumlah Python reticulatus yang dikumpulkan sebanyak 56 ekor dari dua pengumpul perantara, yaitu satu dari Kab. Kotawaringin Barat PP A dan satu penangkap dari Kab. Pulang Pisau PP B. Data selengkapnya disajikan dalam Gambar 30 berikut. Gambar 30 Jumlah Python reticulatus yang tertangkap pada tingkat pengumpul perantara. PP A mendapatkan ular sejumlah tersebut selama enam hari atau rata-rata 9 ekor hari dan PP B mendapatkannya dalam dua hari atau rata-rata 1ekor hari. PP A mendapatkan lebih banyak ular karena mempunyai pemasok tetap berupa penangkap profesional dan bukan profesional yang cukup banyak, sedangkan PP B hanya mendapatkan dari penangkap bukan profesional saja. Jumlah diatas adalah jumlah ular hidup yang ada ketika penelitian ini dilakukan. 54 2 56 10 20 30 40 50 60 PP A PP B Total Ju m lah u lar e ko r Pengumpul perantara Pengumpul perantara tidak mempunyai libur khusus untuk menguliti ular karena pasokan ular bisa datang kapan saja meskipun saat itu sedang menguliti ular. Hal ini berbeda dengan penangkap yang memerlukan libur khusus untuk menguliti ular. Berdasarkan asumsi rata-rata jumlah ular yang bisa dikumpulkan oleh pengumpul perantara tersebut diatas, dengan asumsi bahwa PP A hanya libur untuk mudik pada waktu Lebaran dan PP B tidak ada waktu libur untuk mudik Lebaran karena merupakan penduduk asli, maka PP A akan mendapatkan ular sebanyak 3 150 ekortahun dan PP B 365 ekortahun dengan jumlah total keduanya 3 515 ekortahun atau 31.95 kuota tahunan. Apabila ditambahkan dengan hasil yang ditangkap oleh lima penangkap berdasarkan asumsi pertama, maka jumlah ular yang ditangkap sebanyak 59.01 dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012. Jumlah ini masih berada di bawah jumlah kuota tangkap. Namun hanya berasal dari dua pengumpul perantara dan lima penangkap. Sedangkan menurut informasi, masih ada penangkap dan pengumpul perantara lain di Kabupaten Seruyan, Lamandau, Sukamara, Barito Timur dan Barito Selatan yang tidak diketahui jumlah pastinya. Selain dua pengumpul perantara di atas, dilakukan pula wawancara terhadap dua pengumpul lain PP C dan PP D. Keempat pengumpul perantara tersebut berhasil mengumpulkan kulit ular dengan jumlah yang bervariasi Tabel 7. Jumlah yang tersaji dalam Tabel 7 merupakan hasil perhitungan dari catatan pada PPA dan PP B serta wawancara dengan PP C dan PP D. Tabel 7. Jumlah kulit yang diproduksidikumpulkan pengumpul perantara Januari- Juli 2012 Bulan Jumlah kulit pada tiap pengumpul perantara lembar PP A PP B PP C PP D Januari 300 40 50-60 40-45 Februari 470 37 50-60 40-45 Maret 210 24 50-60 40-45 April 614 20 50-60 40-45 Mei 280 15 50-60 40-45 Juni 310 10 50-60 40-45 Juli 150 ND 50-60 ND Jumlah 2 334 146 350-420 240-270 Jumlah total 3070-3170 ND = tidak ada data Pengumpul perantara C dan D hanya memberi data selang. Menurut hasil wawancara, di Kabupaten Kotawaringin Barat setidaknya ada satu pengumpul lain selain PP A yang pada awalnya pernah mempunyai ijin edar dalam negeri. Apabila pengumpul tersebut diposisikan sebagai pengumpul perantara karena tidak memiliki ijin edar maupun ijin tangkap, bila produktivitasnya sama dengan PP A, maka dari dua pengumpul perantara di Kotawaringin barat setidaknya akan diproduksi kulit sebanyak 4 667 lembar atau 42.44 dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012 selama tujuh bulan atau 6.6 per bulan atau 72.75 pada akhir tahun 2012. Bila ditambahkan dengan hasil yang diproduksi tiga pengumpul lain dari Kotawaringin Timur, Pulang Pisau dan Kapuas, maka jumlah kulit yang diproduksi selama tujuh bulan menjadi 5 404 – 5 504 49.13 -50.04 dari kuota tangkap Kalimantan Tengah tahun 2012 atau 7.02-7.15 per bulan atau 84.24-85.78 pada akhir tahun 2012. Pemanenan yang diindikasikan melebihi kuota tangkap tahunan pernah terjadi di Sumatera Utara. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Semiadi dan Sidik 2011 pada tahun 2008, setiap agen di Sumatera Utara bisa mengumpulkan 154.5 – 253 ekor bulan pada musim kering maksimal 5 bulan dan 217.8 – 514 ekorbulan pada musim basah maksimal 6 bulan. Dengan demikian, agen yang ada pada saat itu masing-masing bisa mengumpulkan 2 079.3 – 4 349 ekortahun atau total 16 634-34 792 ekor delapan agen. Apabila kuota tangkap di Sumatera Utara 21 090, maka jumlah ular yang dikumpulkan oleh delapan agen mencapai jumlah minimal 78.87 dan jumlah maksimal mencapai 164.97 dari kuota tahunan. Apabila jumlah maksimal terpenuhi, berarti jumlah tersebut melebihi kuota tangkap yang ditentukan. Berbeda dengan hasil penelitian Semiadi dan Sidik 2011, jumlah panenan dari lima penangkap dan dua pengumpul tersebut masih berada di bawah kuota yang ditetapkan. Ini berarti bahwa panenan masih berada di level yang diijinkan untuk kelestarian. Namun apabila ditinjau dari segi lokasi penangkapan, bisa jadi hal ini akan mengancam kelestarian. Sesuai dengan SK Menteri Kehutanan No 447KPTS-II2003, untuk menjamin kelestarian populasi Kepala Balai KSDA harus melakukan rotasi lokasi tangkap Sekditjen PHKA 2007c. Bahkan harus detail sampai disebutkan nama desa pada peta dengan skala paling kecil 1:250 000 dan harus selalu dimutakhirkan setiap dua tahun sekali. Namun