Parameter Demografi 1 Parameter Demografi pada Penangkap
adalah jantan. Penelitian Shine dan Bull 1977 di pada ular jenis Notechis scutatu juga mendapatkan kesimpulan bahwa jantan lebih banyak dari betina sex rasio
1.5:1. Hasil ini juga berbeda dengan pernyataan Duval et al. 1993 bahwa ular mempunyai kecenderungan untuk poligini, dan pada sistem perkawinan poligini,
jantan akan berjumlah lebih banyak dari betina. Namun demikian, hasil penelitian ini masih belum cukup untuk membuktikan bahwa kondisi populasi pada habitat
tangkap tersebut tidak seimbang. Hal ini karena pengumpul perantara mengumpulkan ular dari banyak tempat dengan jumlah dari masing-masing
tempat berkisar antara 1-20 ekor. Apabila Python reticulatus yang tertangkap dikelompokkan menurut kelas
umur sesuai dengan pengelompokkan yang dilakukan oleh Shine et al 1999, jumlah Python reticulatus betina dan jantan yang tertangkap sebagian besar
adalah kelas umur dewasa Gambar 35 dan 36. Sex rasio pada kelas umur muda adalah 1:1.67, sedangkan pada kelas
umur dewasa adalah 1:1.07. Berarti tidak ada perbedaan sex rasio antara kelas umur muda dan dewasa, dimana pada keduanya , betina sama-sama lebih banyak
dari jantan. Hal yang sama juga didapat pada penelitian di Sumatera yang menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, betina lebih banyak dari jantan
Shine 1998a, 1999. Namun pada kelas umur dewasa, hasilnya berbeda dari hasil penelitian Shine 1998a, 1999 dimana jantan lebih banyak dari betina.
Gambar 35 Sebaran kelas umur Python reticulatus betina pada pengumpul perantara.
5 5
23
1 24
5 10
15 20
25 30
PP A PP B
Total
Ju m
lah u
lar e
ko r
Pengumpul perantara
bayi SVL 110 cm
muda SVL 110- 235 cm
dewasa SVL 235 cm
17
83
Gambar 36 Sebaran kelas umur Python reticulatus jantan pada pengumpul perantara.
. Ular yang dikumpulkan pengumpul perantara, prosentase jantan dewasa
dan betina dewasa yang dikumpulkan sama, yaitu masing-masing 42.86. Sedangkan betina muda yang dikumpulkan sebanyak 8.93 dan jantan muda
5.36. Pola ini sama dengan pola pada penangkap, yaitu penangkapan lebih banyak terjadi pada kelas umur dewasa, baik pada jantan maupun betina meskipun
pada penangkap, prosentase jantan dewasa yang tertangkap lebih banyak dari betina dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada penangkap maupun
pengumpul perantara, sama-sama mempunyai preferensi untuk menangkap ular dengan ukuran tertentu, yaitu ukuran yang mengindikasikan bahwa ular tersebut
berada pada kelas umur dewasa. Pemanenan pada kelas umur dewasa dengan jumlah panenan betina lebih
banyak dari jantan merupakan pemanenan yang bisa menyebabkan
ketidaklestarian. Apalagi bila panenan tersebut dilakukan pada satwa yang mempunyai sistem perkawinan poligini dimana betina jumlahnya lebih sedikit
dari jantan. Namun demikian, panenan yang dilakukan oleh pengumpul perantara ini belum bisa mengindikasikan bahwa panenan tersebut bukan merupakan
panenan yang lestari karena panenan dilakukan di berbagai lokasi dengan jumlah yang beragam pada masing-masing lokasi.
3 3
23
1 24
5 10
15 20
25 30
PP A PP B
Total
Ju m
lah u
lar e
k o
r
Pengumpul perantara
bayi SVL 110 cm
muda SVL 110-210 cm
dewasa SVL 210 cm
11
89
5.5. Morfometri 5.5.1 Morfometri pada Penangkap
Hasil pengukuran morfometri Python reticulatus yang berhasil ditangkap oleh masing-masing penangkap, seperti disajikan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Hasil pengukuran morfometri pada tiap penangkap
Peubah Rata-rata ukuran ular pada tiap penangkap
A B
C D
E
n ekor 50
33 27
4 3
SVL cm 308.836
288.488 398.320
290.000 294.000
Panjang badan cm 300.480
279.788 289.370
278.750 281.667
Panjang ekor cm 44.520
41.182 41.148
16.625 17.5000
Panjang kepala cm 8.356
8.788 9.085
11.250 12.333
Jarak mata cm 3.864
2.742 2.974
4.125 4.667
Massa tubuh kg 8.208
8.792 9.687
13.000 12.733
Berdasarkan tes Kolmogorov-Smirnov untuk tes normalitas data menggunakan SPSS 19.0, menunjukkan hasil bahwa data yang tersebar normal
adalah panjang badan Asymp. Sig. 0.204 dan SVL Asymp. Sig.0.239 Lampiran 7. Selanjutnya dilakukan uji t-test dua sampel independen Lampiran
8. Test ini hanya dilakukan pada penangkap A, B dan C karena pada penangkap C dan D jumlah ular kurang dari 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa panjang
badan dan SVL ular yang tertangkap pada A, B dan C tidak berbeda nyata Asymp. Sig. 0.05. Peubah lain dianalisis dengan tes Kruskal-Wallis lampiran
9. Hasil Uji Kruskal Wallis morfometri Python reticulatus pada tiap penangkap menunjukkan bahwa hanya panjang ekor yang sama secara signifikan Asymp.
Sig 0.788. Panjang kepala, jarak mata dan massa tubuh tidak sama secara signifikan.
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa antar penangkap memiliki kecenderungan untuk menangkap ular dengan ukuran tertentu yang relatif sama.
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh penangkap mempunyai kiteria yang sama dalam hal ukuran ular yang ditangkap. Semua penangkap menyatakan bahwa
mereka memilih untuk menangkap ular dengan ukuran panjang badan diatas 250 cm karena permintaan pasar menginginkan kulit dengan ukuran diatas 350 cm
untuk harga tertinggi. Kulit dengan ukuran 350 bisa didapatkan dari ular dengan panjang badan 250 cm karena setiap 1 m kulit basah bisa bertambah ±40 cm
ketika menjadi kulit kering. Ular dengan ukuran panjang badan dibawah itu kurang disukai dan dihindari untuk ditangkap. Bahkan ular dengan ukuran
panjang badan dibawah 200 m akan dilepaskan karena kurang memberi keuntungan. Ukuran yang menjadi patokan bagi penangkap adalah panjang tubuh
dan bukan SVL karena pada proses pengulitan, kulit kepala dan ekor tidak diambil.
Hasil pengukuran morfometri Python reticulatus yang berhasil ditangkap oleh masing-masing penangkap berdasarkan jenis kelamin adalah sebagaimana
disajikan dalam Tabel 9 Tabel 9 Hasil pengukuran morfometri pada tiap penangkap berdasarkan jenis
kelamin
Peubah Rata-rata ukuran ular pada tiap penangkap
Rata-rata A
B C
D E
Jantan : n ekor
26 23
15 1
3 SVL cm
299.365 291.423
295.624 286.000
294.000 293.282
Panjang badan cm 291.077
282.522 286.533
275.000 281.667
283.360 Panjang ekor cm
42.731 41.087
42.933 16.000
17.500 32.050
Panjang kepala cm 8.288
8.902 9.091
11.000 12.333
9.923 Jarak mata cm
3.735 2.783
3.000 4.500
4.667 3.737
Massa tubuh kg 7.534
8.799 10.022
12.000 12.733
10.218
Betina:
n ekor 24
10 12
3 SVL cm
319.096 281.737
301.690 291.333
298.464 Panjang badan cm
310.667 273.500
292.917 280.000
289.271 Panjang ekor cm
46.458 41.400
38.917 16.833
35.902 Panjang kepala cm
8.429 8.237
8.773 11.333
9.193 Jarak mata cm
4.004 2.650
2.942 4.000
3.399 Massa tubuh kg
8.938 8.775
9.268 13.333
10.079
Berdasarkan pengujian t-test dua sampel independen yang dilakukan pada seluruh individu jantan dan betina tanpa membedakan penangkap, diketahui
bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara panjang badan dan SVL jantan dan betina Asymp. Sig. 0.05 Lampiran 10. Hasil uji Kruskal-Wallis pada peubah
lain menunjukkan hasil yang sama Lampiran 11. Ini berarti bahwa ukuran jantan dan betina yang ditangkap oleh seluruh penangkap adalah sama. Persamaan
ukuran antara jantan dan betina yang ditangkap bisa berarti bahwa penangkap tidak membedakan jenis kelamin ketika memangkap ular tersebut. Bagi
penangkap, yang terpenting adalah ukuran ular yang tertangkap sesuai dengan yang diinginkan, yaitu ular yang bisa menghasilkan kulit dengan ukuran diatas
350 cm, tanpa membedakan bahwa ular tersebut jantan atau betina. Meskipun secara statistik tidak ada perbedaan yang nyata antara ukuran
SVL jantan dan betina, namun rata-rata ukuran betina lebih besar dari jantan. Hasil ini sama dengan pernyataan Shine 1978 menyatakan bahwa ukuran betina
lebih besar dari jantan. Shine et al. 1998a, 1998b, 1999 mendapatkan hasil yang sama pada penelitian Python reticulatus yang dilakukan di Sumatera. Selain itu,
Pearson et al. 2002 juga mendapatkan hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan pada spesies Morelia spilota yang berasal dari family Pythonidae.
Menurut Shine dan Slip 2006 Pythonidae di Australia juga menunjukkan kecenderungan bahwa ukuran betina lebih besar dari jantan.
Ukuran tubuh jantan dan betina cenderung berbeda pada beberapa spesies, Shine 1978. Perbedaan ukuran tubuh ular jantan dan betina bisa disebabkan
karena adanya fecundity selection dan male combat Shine 1993. Pada fecundity selection, betina akan lebih besar karena mengakomodir clutch yang
besar. Pada system perkawinan dimana jantan bertarung untuk memperebutkan betina, jantan akan cenderung lebih besar dari betina. Namun male combat juga
tidak bisa secara langsung bisa memprediksikan bahwa hal itu akan menyebabkan jantan berkembang lebih besar Shine 1978. Perbedaan ukuran jantan dan betina
juga tidak bisa diprediksi berdasarkan mating system Shine 1993. Anakan jantan dan betina biasanya lahir dalam ukuran yang tidak
berbeda, namun pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya bisa menjadi
berbeda Shine 1993. Lebih lanjut Shine 1993 juga mengatakan bahwa pada beberapa ular, betina akan berkembang lebih besar dibanding jantan. Perbedaan
kecepatan pertumbuhan ini terjadi karena perbedaan kecepatan makan atau metabolism pencernaan antara jantan dan betina. Namun beberapa ular jantan
akan lebih cepat matang reproduksinya meskipun ukurannya masih lebih kecil dibanding betina. Beberapa betina sengaja menunda kematangan reproduksinya
sampai mempunyai ukuran yang cukup besar untuk lebih mengoptimalkan usia reproduksinya. Kesimpulan yang diberikan oleh Shine 1993 bahwa mekanisme
yang paling dekat yang menyebabkan ular betina berkembang menjadi lebih besar daripada jantan adalah 1 penundaan masa dewasa pada betina dan
dikombinasikan dengan 2 berkurangnya kecepatan pertumbuhan setelah dewasa baik pada jantan maupun betina.
Ukuran tubuh jantan pada beberapa spesies satwa menjadi sangat penting bagi kemampuan untuk mengawini betinanya Shine 1993. Semakin besar ukuran
jantan, akan semakin memudahkan untuk memenangkan persaingan dengan jantan lain dalam mengawini betina, namun ini tidak berlaku bagi ular. Ukuran
jantan tidak berpengaruh pada kemampuan untuk mengawini betinanya. Bentuknya yang panjang menyebabkan jantan tidak bisa memaksa betina untuk
kawin.