Ukuran dan Harga Python reticulatus yang diperdagangkan
rendah pada ketinggian dibawah 1 000 m dpl. Ini berarti bahwa Python reticulatus mempunyai penyebaran yang cukup luas. Daerah sebaran yang cukup luas
sebenarnya merupakan keuntungan bagi Python reticulatus karena dengan demikian berarti dia mempunyai wilayah yang cukup luas. Semakin luas wilayah
sebaran maka akan lebih baik untuk kelestarian daripada wilayah yang sempit Indrawan et al. 2007; Sinclair et al. 2006; Bennet Saunders 2010. Sebagian
besar wilayah Kalimantan Tengah berada pada ketinggian 25-100 m dpl 42.12 WWF 2008. Hal ini berarti bahwa wilayah sebaran Python reticulatus di
Kalimantan Tengah sebagian besar juga berada pada ketinggian dibawah 100 m dpl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian lokasi penelitian antara 8-51
m dpl, artinya ketinggian tempat lokasi penelitian tidak mempengaruhi ada atau tidak adanya Python reticulatus di lokasi penelitian karena masih berada dalam
rentang ketinggian yang bisa diterima. Keberadaan Python reticulatus pada ketinggian kurang dari 1 000 m dpl kemungkinan berhubungan dengan suhu
lingkungan dimana dia memerlukan suhu yang hangat untuk aktifitasnya. Ketinggian tempat sangat berhubungan dengan suhu. Semakin tinggi tempat
akan diiringi dengan semakin menurunnya suhu udara. Setiap kenaikan 100 m kondisi kering atau 200 m kondisi basah, akan terjadi perubahan suhu
sebanyak 1°C Danielson et al. 2002. Ketika terjadi kenaikan suhu yang melebihi
ambang batas bagi ular, maka akan terjadi migrasi pada daerah yang lebih tinggi untuk mendapatkan suhu yang bisa diterima. Pada kondisi dimana daerah tersebut
tidak memiliki variasi ketinggian, maka bisa menyebabkan terjadinya kematian pada ular karena tidak bisa bermigrasi pada lokasi yang memiliki suhu lebih
optimal.
Suhu udara.
Suhu udara pada titik pengamatan berkisar antara 27 – 30
°C, suhu udara rata-rata adalah 28.65 °C dan titik paling banyak mempunyai suhu udara 28 °C Gambar 15. Suhu udara cenderung lebih tinggi dari suhu air
pada titik pengamatan yang sama.
a b
Gambar 15 Suhu udara pada titik pengamatan a dan prosentase masing-masing tingkat suhu b.
Suhu udara lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi reptil Bickford 2010. Ular merupakan hewan berdarah dingin
yang memerlukan panas tubuh untuk metabolismenya Reinert 1993. Suhu tubuh ular akan dipengaruhi suhu lingkungannya dan panas yang diserap langsung oleh
tubuh ular dari lingkungannya Peterson et al. 1993. Reinert 1993 juga menyatakan bahwa suhu mungkin merupakan salah satu faktor yang penting
dalam pemilihan habitat karena efisiensi pencernaan, kecepatan lokomosi dan kesuksesan reproduksi sangat terpengaruh oleh suhu tubuh, dan suhu tubuh ular
dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Hasil analisis yang menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian ternyata faktor suhu tidak mempengaruhi, kemungkinan
disebabkan karena suhu udara di kedua lokasi relatif sama. Hal ini berarti bahwa suhu udara pada lokasi penelitian masih cocok dengan suhu udara yang diperlukan
Python reticulatus untuk hidup dan beraktifitas. Python reticulatus di Kalimantan selalu menjaga suhu tubuhnya pada 31
C Stuebing Inger 1999. Suhu lingkungan yang paling disukai Python reticulatus
di Kalimantan adalah 29 – 31
C. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian besar ular 58.9 ditemukan pada kisaran suhu 29-30.9°C. Hal ini membuktikan
bahwa suhu tersebut memang yang paling disukai oleh Python reticulatus.
1 6
8 2
2 27
18 11
5 10
15 20
25 30
27-27.9 28-28.9 29-29.9 30-30.9 Ju
m lah
titi k
p en
g am
atan
Rentang suhu udara ˚C ditemukan ular
tidak ditemukan ular 5.9
35.3 47.1
11.8 3.4
46.6 31.0
19.0
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0 45.0
50.0
27-27.9 28-28.9 29-29.9 30-30.9 P
ro se
n ta
se
Rentang suhu udara ˚C ditemukan ular
tidak ditemukan ular
Suhu udara yang rendah bisa mempengaruhi ular dalam mencari makan Peterson et al. 1993. Menurutnya, pada suhu yang rendah kemampuan ular
mencari makan akan berkurang dan ular akan membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam mencari makan. Namun suhu yang lebih rendah lebih mudah
diadaptasi oleh Python reticulatus dibanding suhu yang lebih tinggi. Menurut Shine 1998, sebagai ular tropis, Python reticulatus lebih tahan terhadap suhu
udara yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya Python reticulatus pada suhu dibawah 29°C. Suhu udara pada stasiun cuaca Pangkalan Bun
Kotawaringin Barat tahun 2011 berkisar antara 25.2-27 C data BMKG
Palangkaraya 2012 atau lebih rendah dari suhu optimal yang cocok untuk Python reticulatus. Hillman 1969 menyatakan bahwa reptil akan berjemur dibawah
matahari untuk menghangatkan diri. Bila suhu udara terlalu rendah, Python reticulatus juga akan berjemur untuk menghangatkan diri .
Suhu udara yang mematikan bagi herpetofauna termasuk reptil adalah 38-42 °C dan satwa yang berasal dari daerah yang lebih tinggi memiliki ketahanan yang
lebih rendah Snyder Weathers 1975. Suhu udara pada lokasi penelitian saat ini masih jauh berada dibawah ambang suhu udara yang mematikan bagi
herpetofauna. Namun keadaan ini bisa berubah seiring dengan terjadinya perubahan iklim yaitu adanya peningkatan suhu.
Menurut IPCC 2007, pada akhir abad yang akan datang, akan terjadi kenaikan suhu udara sebesar 6°C. Bahkan Janzen 1994 menyatakan bahwa pada
abad yang akan datang, akan terjadi kenaikan suhu sampai 8°C. Dengan kenaikan suhu tersebut, maka suhu udara akan berada diatas suhu udara optimum dan
semakin mendekati suhu udara yang mematikan bagi ular. Keadaan ini akan sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian pada ular secara besar-
besaran. Pada kondisi dimana ular bisa bermigrasi ke lokasi lain yang lebih dingin, keadaan seperti ini masih bisa teratasi. Namun pada lokasi dimana habitat
tersebut sudah terpisah dari habitat lain yang lebih dingin, maka migrasi tidak bisa terjadi dan kemungkinan kematian ular akan menjadi lebih besar.
Bickford et al. 2010 mengatakan bahwa ukuran tubuh Pythonidae yang cukup besar juga menyebabkan meningkatnya kerentanan untuk terjadinya
penurunan populasi. Resiko ini terjadi pada kondisi dimana lingkungan semakin
mengering dan suhu udara semakin panas. Berdasarkan prediksi perubahan musim hujan dan suhu, beberapa tempat tertentu di Asia Tenggara akan terkena dampak
terjadinya perubahan iklim. Berdasarkan hasil penelitian ini bisa dikatakan bahwa kemungkinan
terjadinya kematian masal karena kenaikan suhu udara dan perubahan ilkim masih belum mungkin terjadi di lokasi ini setidaknya sampai akhir abad ini. Suhu udara
masih jauh berada di bawah suhu udara yang mematikan. Kematian yang terjadi saat ini mungkin terjadi karena gangguan manusia, yaitu ekploitasi untuk kegiatan
komersial.
Kelembaban udara. Kelembaban udara pada titik pengamatan berkisar
antara 54 – 85 Gambar 16. Kelembaban udara rata-rata adalah 74.32 dan
titik paling banyak mempunyai kelembaban udara 70.
a b
Gambar 16 Kelembaban udara pada titik pengamatan a dan prosentase masing- masing tingkat kelembaban b.
Menurut Stuebing Inger 1999, kelembaban yang paling disukai Python reticulatus di Kalimantan adalah ± 70. Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian
besar ular 58.9 ditemukan pada kisaran kelembaban udara 70-79. Hal ini membuktikan bahwa kelembaban tersebut memang yang paling disukai oleh
Python reticulatus.
1 11
5 2
10 29
17
5 10
15 20
25 30
35
50-59 60-69
70-79 80-89
Ju m
lah titi
k p
en g
am atan
Kelembaban udara ditemukan ular
tidak ditemukan ular 0.0
5.9 64.7
29.4
3.4 17.2
50.0
29.3
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
50-59 60-69 70-79 80-89 P
ro sen
tase
kelembaban udara ditemukan ular
tidak ditemukan ular