Panenan pada Pengumpul Perantara

Gambar 33 Sebaran kelas umur Python reticulatus jantan pada penangkap. Sex rasio pada kelas umur muda adalah 1:2, sedangkan pada kelas umur dewasa adalah 1:0.70. Berarti ada perbedaan sex rasio antara kelas umur muda dan dewasa dimana pada kelas umur muda, betina lebih banyak daripada jantan. Jumlah betina muda yang tertangkap lebih banyak dari jumlah jantan muda yang tertangkap. Hal yang sama juga didapat pada penelitian di Sumatera yang menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, betina lebih banyak dari jantan namun pada kelas umur dewasa jantan lebih banyak dari betina Shine 1999. Berdasarkan ukuran tubuhnya, terdapat perpotongan antara kelas umur betina muda dan jantan dewasa. Artinya bahwa pada ukuran tertentu, betina tersebut masih muda, namun pada ukuran yang sama, pada jantan sudah merupakan jantan dewasa. Shine dan Slip 1990 melakukan penelitian pada spesies lain namun dari kelas yang sama yaitu Chondropython viridis dengan hasil yang menunjukkan bahwa pada kelas umur dewasa, jantan lebih banyak dibandingkan betina, namun tidak menyebutkan sex rasio pada kelas umur muda. Sex rasio dewasa pada penelitian ini sejalan dengan penelitian lain dan sesuai dengan system perkawinan Python reticulatus. Dengan demikian bisa diindikasikan bahwa sex rasio pada kelas umur dewasa masih dalam kondisi normal. Menurut Shine et al. 1999, berdasarkan penelitian di Sumatera, betina muda juvenile mempunyai SVL Snout-Vent Length 1,1 m s.d. 2,35 m dan betina dewasa adult berukuran lebih dari 2,35 m, jantan muda juvenile 1 1 25 23 15 1 3 67 10 20 30 40 50 60 70 80 A B C D E Total Ju m lah u lar t e rtan g kap e ko r Penangkap bayi SVL 110 cm muda SVL 110-210 cm dewasa SVL 210 cm 1 99 mempunyai SVL 1,1 m s.d. 2,1 m dan jantan dewasa adult diatas 2,1 m. Namun ada sedikit jantan dewasa yang ditemukan berukuran 1,6 s.d. 1,8 m. Menurut Mexico 2000, Python reticulatus mencapai usia dewasa pada umur 2-4 tahun, jantan mencapai usia dewasa pada ukuran 2,1 m s.d. 2,7 m dan betina pada ukuran 3,4 m. namun memperkirakan umur ular di alam sangatlah sulit. Sebanyak 99 diantaranya dari seluruh ular jantan yang tertangkap adalah jantan dewasa dan 96 dari seluruh ular betina yang tertangkap adalah betina dewasa. Hasil penelitian Shine et al. 1998b, Python reticulatus yang dipanen di Sumatera pada saat penelitian dilakukan 89 dari jantan yang ditangkap adalah jantan dewasa. Hasil penelitian Shine et al. 1999 yang lain di Sumatera juga menunjukkan bahwa dari seluruh jantan yang tertangkap, 82.08 adalah jantan dewasa, dari seluruh betina yang tertangkap 51.21 adalah betina dewasa dan jantan dewasa berjumlah paling banyak. Kelas umur jantan dewasa yang tertangkap mempunyai prosentase 57.26 dari seluruh ular yang tertangkap, kelas umur betina dewasa 40.17, betina muda 1.71, jantan muda 0.85 dan tidak ada anakan yang tertangkap. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbandingan yang cukup besar antar kelas umur dewasa yang ditangkap dan kelas umur lain. Pada kelas umur dewasa, terjadi penangkapan yang sangat besar atau bisa dikatakan pula tingkat kematian pada kelas umur dewasa jauh lebih besar daripada tingkat kematian pada kelas umur lainnya.. Banyaknya jantan dewasa yang tertangkap juga bisa terjadi karena jantan dewasa berukuran lebih kecil dari betina. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, ular betina lebih banyak yang tertangkap dibanding jantan. Shine et al. 1999 juga menyatakan bahwa pada kelas umur muda, Python reticulatus yang ditangkap di Sumatera lebih banyak betina dibanding jantan. Kemungkinan ini terjadi karena ukuran betina muda ada yang sama dengan ukuran jantan dewasa. Shine et al. 1998a; 1999 menyatakan bahwa banyak Python reticulatus betina muda yang tertangkap berukuran sama dengan jantan dewasa yang tertangkap. Kemungkinan ini bisa terjadi karena pasar menghendaki ukuran minimal dimana pada ukuran tersebut betina masih berusia remaja namun jantan sudah mencapai dewasa. Panenan atau penangkapan yang dilakukan oleh penangkap untuk tata niaga seperti ini berarti kematian mortalitas. Mortalitas yang paling besar sesuai dengan hasil penelitian ini terjadi pada kelas umur jantan dewasa. Mortalitas karena panenan tidak terjadi pada kelas umur bayi. Kelas umur bayi dan muda sangat sedikit karena penangkap menganggap ukuran SVL pada kelas ini masih terlalu kecil dan tidak memberi keuntungan. Keadaan seperti ini memberi nilai positif pada upaya kelestarian karena dengan ditangkapnya ular pada kelas umur tertentu saja, memberikan kesempatan pada kelas umur lain untuk tumbuh dan berkembang hingga mencapai kelas umur yang sesuai untuk dipanen. Pemanenan pada kelas umur dewasa saja belum bisa menjamin adanya kelestarian. Terlalu banyak dewasa yang dipanen bisa menimbulkan berkurangnya produktifitas. Dalam penelitian ini tidak bisa diketahui apakah dewasa yang dipanen adalah dewasa produktif atau tidak produktif. Apabila terlalu banyak betina dewasa yang dipanen, maka peluang terjadinya kelahiran akan semakin menurun dan bisa berdampak pada kelestarian. Terlalu banyak jantan dewasa yang dipanen juga bisa berimbas pada kelestarian. Apalagi bagi satwa yang sistem perkawinannya poligini seperti Python reticulatus dimana jantan harus berjumlah lebih banyak dibanding betina. Menurut informasi dari penangkap di Kabupaten Kotawaringin Barat, sebagian besar ular yang tertangkap pada musim bertelur Juli-September adalah betina dewasa yang sedang mengerami telurnya. Pada keadaan dimana jantan lebih banyak dari betina, penangkapan jantan yang lebih banyak mungkin tidak akan berpengaruh besar pada kelestariannya. Pada keadaan dimana betina dewasa lebih banyak dipanen, mungkin akan berpengaruh pada kelestariannya. Namun kelestarian masih bisa diharapkan dari telur yang menetas meskipun induknya dipanen. Telur yang sedang dierami tidak diambil untuk memberi kesempatan agar telur bisa menetas terjadi natalitas. Akan terjadi masalah jika telur yang ditinggalkan tidak menetas. Telur yang ditinggalkan ini merupakan sasaran biawak untuk makanannya. Apabila telur tersebut dimakan biawak, maka peluang untuk menetas menjadi hilang. Akibatnya tidak terjadi kelahiran. Hal ini akan sangat berdampak pada kelestarian Python reticulatus di alam. Tanpa adanya kelahiran, maka tingkat pertumbuhan populasi akan menurun. Hal yang mungkin dilakukan adalah aturan yang ketat mengenai ukuran Python reticulatus yang boleh ditangkap. Ukuran bisa didasarkan pada ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar, yaitu ular dengan panjang badan minimal 250 cm agar menghasilkan kulit dengan ukuran minimal 350 cm. Ular dengan ukuran dibawah 250 cm dilarang untuk ditangkap agar mempunyai kesempatan untuk bisa berkembangbiak dengan lebih baik. Pemantauan dari aturan ini bisa dilakukan dengan hanya memperbolehkan peredaran kulit dengan ukuran diatas 350 cm. Hal lain yang mungkin bisa dilakukan adalah rotasi lokasi tangkap agar bisa memberikan kesempatan pada Python reticulatus di lokasi tersebut untuk tumbuh dan berkembang biak serta memulihkan populasi yang sudah dipanen pada waktu sebelumnya.

5.4.1.2 Parameter Demografi pada Pengumpul perantara

Jumlah ular yang ada pada dua pengumpul perantara sebanyak 56 ekor, jantan 48.21 dan betina 51.79 dengan sex rasio 1:1.07 Gambar 34. Gambar 34 Jumlah Python reticulatus jantan dan betina yang tertangkap pada tingkat pengumpul perantara. Pada tingkat pengumpul perantara di Kab. Kotawaringin Barat PP A, jumlah betina lebih banyak daripada jantan dan pada pengumpul di Kab. Pulang Pisau PP B, jumlah jantan sama dengan jumlah betina. Sex rasio pada tingkat pengumpul perantara menunjukkan bahwa betina lebih banyak tertangkap daripada jantan. Hal ini berbeda dengan hasil yang didapat pada tingkat penangkap dan penelitian lain yang dilakukan oleh Shine et al. 1998a, 1999 yaitu bahwa Python reticulatus yang dipanen di Sumatera yaitu sebagian besar 28 1 26 1 5 10 15 20 25 30 PP A PP B Ju m lah u lar e ko r Pengumpul perantara betina jantan adalah jantan. Penelitian Shine dan Bull 1977 di pada ular jenis Notechis scutatu juga mendapatkan kesimpulan bahwa jantan lebih banyak dari betina sex rasio 1.5:1. Hasil ini juga berbeda dengan pernyataan Duval et al. 1993 bahwa ular mempunyai kecenderungan untuk poligini, dan pada sistem perkawinan poligini, jantan akan berjumlah lebih banyak dari betina. Namun demikian, hasil penelitian ini masih belum cukup untuk membuktikan bahwa kondisi populasi pada habitat tangkap tersebut tidak seimbang. Hal ini karena pengumpul perantara mengumpulkan ular dari banyak tempat dengan jumlah dari masing-masing tempat berkisar antara 1-20 ekor. Apabila Python reticulatus yang tertangkap dikelompokkan menurut kelas umur sesuai dengan pengelompokkan yang dilakukan oleh Shine et al 1999, jumlah Python reticulatus betina dan jantan yang tertangkap sebagian besar adalah kelas umur dewasa Gambar 35 dan 36. Sex rasio pada kelas umur muda adalah 1:1.67, sedangkan pada kelas umur dewasa adalah 1:1.07. Berarti tidak ada perbedaan sex rasio antara kelas umur muda dan dewasa, dimana pada keduanya , betina sama-sama lebih banyak dari jantan. Hal yang sama juga didapat pada penelitian di Sumatera yang menunjukkan bahwa pada kelas umur muda, betina lebih banyak dari jantan Shine 1998a, 1999. Namun pada kelas umur dewasa, hasilnya berbeda dari hasil penelitian Shine 1998a, 1999 dimana jantan lebih banyak dari betina. Gambar 35 Sebaran kelas umur Python reticulatus betina pada pengumpul perantara. 5 5 23 1 24 5 10 15 20 25 30 PP A PP B Total Ju m lah u lar e ko r Pengumpul perantara bayi SVL 110 cm muda SVL 110- 235 cm dewasa SVL 235 cm 17 83