Latar Belakang Perbandingan Penggunaan Ukuran Mata Jaring Bagian Kantong Pada Trawl Dasar di Perairan Tanjung Kerawang

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu isu penting perikanan saat ini adalah keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya dan lingkungannya. Upaya pemanfaatan spesies target diarahkan untuk tetap menjaga kelestarianya. Sebagai anggota badan dunia FAO Food and Agricultural Organization perikanan Indonesia perlu diupayakan agar berjalan sesuai dengan ketentuan Tatalaksana Perikanan yang Bertanggungjawab Code of Conduct for Responsible Fisheries FAO, 1995. Salah satu sumberdaya perikanan yang penting adalah perikanan demersal yang terdiri dari berbagai jenis ikan dasar dan udang. Potensi sumberdaya demersal umumnya berada di perairan dangkal atau perairan pantai dimana nelayan tradisional melakukan aktifitas penangkapan ikan. Nelayan memanfaatkan sumberdaya ikan demersal menggunakan beragam jenis alat tangkap, antara lain cantrang, dogol, gill net, trammel net, bubu dan pancing. Berdasarkan Keppres No. 39 Tahun 1980 penangkapan ikan dengan trawl di Indonesia dilarang, tetapi masih banyak nelayan yang mengoperasikan trawl karena merupakan alat penangkap ikan yang efektif. Pengoperasian trawl dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya ikan dan sering menimbulkan konflik dengan nelayan-nelayan yang menggunakan alat penangkap ikan lainnya seperti gill net, bubu dan pancing. Trawl merupakan alat tangkap yang tidak selektif sehingga hampir semua ikan tertangkap oleh alat ini, tidak hanya ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan, tetapi juga termasuk hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan sampingan bycatch didefinisikan oleh Saila 1983 sebagai bagian dari hasil tangkapan total yang ikut tertangkap dan bukan merupakan sasaran utama. Estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan pada perikanan pukat udang di Laut Arafura Indonesia mencapai 332,168 ton per tahun Purbayanto, 2004. Salah satu cara menjaga kelestarian sumberdaya ikan, khususnya pada daerah penangkapan trawl, adalah penggunaan alat penangkap ikan yang selektif. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.11 Tahun 2009 tentang ukuran mata jaring kantong trawl mesh size codend trawl adalah lebih besar 5 cm. Untuk mempertahankan alat tangkap trawl tetap dapat digunakan tanpa merusak kelestarian sumber daya dan lingkungannya, perlu diketahui ukuran mata jaring kantong mesh size codend yang sesuai dengan kaidah keberlanjutan sumberdaya ikan. Dilihat dari sudut pandang ekologis, berdasarkan ukuran mata jaring yang digunakan maka trawl merupakan suatu alat penangkap ikan yang menarik untuk diteliti karena produktif dan hasil tangkapan beraneka ragam jenisnya. Daerah penangkapan trawl adalah relatif dangkal sampai kedalaman 25 meter dengan dasar laut yang landai dan rata terdiri dari pasir lumpur dan tidak berbatu atau berkarang serta bebas dari bangkai kapal karam dan bangkai benda lainnya Usemahu dan Tosila, 2003. Pengkajian potensi sumberdaya ikan merupakan langkah awal dalam upaya pembinaan kelestarian sumberdaya untuk mendorong peningkatan produksi yang dihasilkan oleh nelayan maupun industri perikanan serta menghindari terjadinya kesenjangan sosial. Sesuai dengan sifat-sifat sumberdaya hayati bahwa sumberdaya ikan selalu berubah sesuai dengan perubahan lingkungan perairan. Pengkajian dapat dilakukan secara optimal apabila dibuat perencanaan nasional jangka panjang secara rinci di bidang perikanan tangkap, hal ini harus dimulai dari data potensi dan keberadaan sumberdaya ikan laut Indonesia. Sehingga langkah-langkah kebijakan eksploitasi dapat dilakukan dengan tepat agar tidak membahayakan sumberdaya ikan. Keseimbangan antara ketersediaan sumberdaya ikan stock dengan upaya penangkapan effort adalah aspek penting yang harus diperhatikan, oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk menentukan potensi sumberdaya ikan laut di perairan Laut Jawa secara tepat dan berkesinambungan. Faktor oseanografi yang paling berpengaruh terhadap keberadaan sumberdaya ikan demersal adalah suhu, salinitas, arah dan kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut dalam air, dan lain sebagainya. Dimana teknologi penginderaan jarak jauh dengan satelit dapat dipergunakan untuk mengukur beberapa parameter oseonografi. Selain itu dapat dipergunakan peralatan oseanografi seperti current meter, CTD, spectrophotometer, pH meter, salinometer dan lain sebagainya. Sehingga diperoleh parameter oseanografi yang dapat dipergunakan untuk menilai kondisi perairan Laut Jawa.

1.2 Perumusan Masalah