Tabel 4 Spesies ikan yang tertangkap dalam codend dengan ukuran L50 dengan ukuran mesh size yang berbeda
Jenis ikan Parameter
Mesh size cm
3 4 6 Biji nangka L50 5,4 6,9 11,0
Kerong-kerong L50 7,0 7,3 8,1 Lencam L50 5,8 7,3 7,8
Salamandar L50 5,9 7,3 10,3
1.10 Pengkajian Stok
Menurut Sparre dan Venema 1999, yang dimaksud pengkajian stok adalah upaya pencarian tingkat pemanfaatan dalam jangka panjang memberikan hasil
tangkapan maksimum perikanan dalam bentuk bobot. Selanjutnya dikatakan, tujuan dari pengkajian stok adalah memberikan saran tentang pemanfaatan yang
optimum sumberdaya hayati perairan seperti ikan dan udang. Menurut Pauly 1977 dalam Sparre dan Venema 1999, ada beberapa
metode yang dapat digunakan untuk pendugaan stok sumberdaya perikanan, yaitu: 1
Metode akustik, digunakan untuk menduga stok sumberdaya ikan pelagis. 2
Metode pembiusan dan perhitungan langsung, digunakan untuk menduga stok sumberdaya ikan karang.
3 Metode swept area, digunakan untuk menduga stok sumberdaya ikan
demersal. Sparre dan Venema 1999, menyatakan bahwa metode swept area
merupakan metode yang didasarkan atas hasil tangkapan persatuan area dari survey dengan trawl. Selanjutnya kepadatan ikan yang diamati bobot ikan yang
tertangkap di daerah yang disapu trawl dapat diperoleh suatu dugaan biomassa di laut.
Widodo 1998, menyatakan bahwa metode swept area merupakan metode yang dilakukan dengan menghitung jumlahberat ikan yang terdapat dalam luasan
tertentu yang disapu oleh alat tangkap jaring trawl, untuk menentukan densitas
stok, kelimpahan total dalam jumlahbiomassa diperoleh dari hasil perkalian antara densitas dengan luas area yang dihuni oleh ikan yang bersangkutan.
Menurut Losse dan Dwiponggo 1977, kepadatan stok ikan pada bulan Juni musim timur di utara Jawa Tengah pada kedalaman lebih dari 20 m sebesar
2,4 tonkm
2
, sedangkan menurut Sumiono et al. 2000, kepadatan stok ikan pada bulan Juni musim timur di utara Jawa Tengah pada kedalaman lebih dari 30 m
sebesar 0,8 tonkm
2
.
2.11 Sistem Bukaan Trawl
Bukaan trawl spread of the trawl selama towing sangat bervariasi tergantung kecepatan towing, kondisi cuaca, keadaan dasar perairan, arus, warp,
bentuk dan angle of attack otter board, serta disain itu sendiri Fridman, 1986. Untuk menentukan secara tepat besarnya bukaan diperlukan pengamatan
langsung pada alat yang sedang dioperasikan di dasar perairan dengan menggunakan under water camera atau pengukuran pada model yang dilakukan
dalam plum tank. Bukaan diatas diukur dengan menggunakan alat akustik net sounder
Nomura, 1977. Bukaan trawl adalah sebesar h x X
2
, disini h adalah panjang ris atas, X
2
adalah koefisien. Koefisien untuk kawasan Asia Tenggara berkisar antara 0,4 - 0,66
FAO, 1993. Pauly 1983 dalam Sparre dan Venema 1999, menyarankan nilai pendekatan X
2
= 0,5. Sparre dan Venema 1999, menganjurkan untuk memperkirakan besarnya bukaan trawl dengan cara mengukur bukaan warp pada
gallows . Hasil percobaan di laut Baltik rasio bukaan trawl terhadap head rope
berkisar antara 0,45 - 0,55. Prado 1990 dalam Sparre dan Venema 1999, menyatakan besarnya bukaan trawl dihitung dengan rumus :
S =
.................................................................................................. 1 dengan :
S = bukaan trawl
D = bukaan otter board
L1 = panjang trawl tanpa kantong
LS = panjang head rope
Bukaan otter board D diperkirakan dengan rumus pendekatan : .
............................................................................. 2 dengan :
B = lebar warp pada jarak satu meter dari gallows
A = jarak gallows
F = panjang warp
3 METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu