11
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara: a.
Penelitian Kepustakaan Library Research. Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari data
dengan melakukan penelitian atas sumber-sumber atau bahan-bahan tertulis berupa buku-buku karangan para sarjana dan ahli hukum yang
bersifat teoretis ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan Field Research.
Penulis melakukan wawancara langsung terhadap responden yang terdapat didalam kontrak kerja konstruksi sebagai melengkapi bahan
yang diperoleh dalam penelitian kepustakaan di atas.
G. Sistematika penulisan
Untuk memudahkan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per bab yang saling berhubungan satu sama
lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.
Bab I : Pendahuluan
Berisikan pendahuluan yang merupakan suatu pengantar dari pembahasan selanjutnya yang terdiri dari tujuh sub bab yaitu: latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2. Bab II
: Tinjauan Mengenai Kontrak Secara Umum
12
Sebagai dasar dari uraian yang dalam bab ini dibagi dalam lima sub bab yaitu pengertian kontrak, subjek hukum dalam kontrak, syarat- syarat sahnya
kontrak, jenis - jenis kontrak, berakhirnya kontrak. 3.
Bab III : Tinjauan Umum Mengenai Kontrak Konstruksi Bab ini terdiri dari enam sub bab yaitupengertian kontrak konstruksi, dasar
hukum mengenai kontrak konstruksi, jenis-jenis kontrak konstruksi, para pihak dalam kontrak konstruksi, hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak
konstruksi, jaminan dalam kontrak konstruksi, dan berakhirnya kontrak konstruksi.
4. Bab IV : Tinjauan Mengenai Kontrak Kerja Konstruksi Pembangunan
Jalan antara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Ventus.
Terdiri dari tiga sub bab yaituproses pelaksanaan kontrak konstruksi antara Dinas Tata Ruang Dan Pemukiman Kabupaten Toba Samosir dengan CV.
Ventus, tanggung jawab para pihak dalam melaksanakan kontrak
konstruksidan penyelesaian perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan kontrak konstruksi.
5. Bab V
: Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan dan saran merupakan penutup dalam skripsi ini, dalam hal ini
penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran. Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan
saran.
13
Daftar Pustaka Lampiran
14
BAB II
TINJAUAN MENGENAI KONTRAK SECARA UMUM
A. Pengertian kontrak
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yakni “contract” yang bermakna perjanjian. Dalam bahasan belanda kontrak dikenal dengan kata
“overeenkomst”persetujuan juga bermakna sama dengan kontrak yaitu perjanjian. Secara etimologis, perjanjian dapat diartikan dimana seorang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang atau lebih,
13
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perjanjian adalah persetujuan tertulis atau
dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
14
Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan suatu kontrak atau perjanjian dapat diartikan sebagai “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Menurut para sarjana rumusan Pasal 1313KUHPerdata di atasmemiliki banyak kelemahan. Abdul Kadir Muhammad menyatakan kelemahan-
kelemahanPasal 1313 KUH Perdata adalah sebagai berikut : 1.
Hanya menyangkut sepihak saja Hal tersebut dapat diketahui dari perumusan “satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih. Kata “mengikatkan” sifatnya hanya
13
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Aneka, Semarang, 1977, Hal. 248.
14
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, 2004, Hal. 402.
15 datang dari satu pihak saja, tidak dari dua pihak. Seharusnya dirumuskan “saling
mengikatkan diri”, jadi ada konsensus antara pihak-pihak. 2.
Kata “perbuatan” mencakup juga tanpa konsensus Pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpakuasa,
tindakan melawan hukum yang tidak mengandung konsensus. Seharusnya dipakai kata persetujuan.
3. Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan kawin, janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum keluarga.
4. Tanpa menyebut tujuan
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga pihak-pihak mengikatkan diri itu tidak jelas untuk apa.
15
R. Setiawan berpendapat bahwa definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut selain belum lengkap juga terlalu luas. Belum lengkapnya
definisi tersebut karena hanya menyebutkan perjanjian sepihak saja, terlalu luas karena dipergunakan kata “perbuatan” yang juga mencakup perwakilan sukarela dan
perbuatan melawan hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, maka definisi perjanjian perlu diperbaiki menjadi perbuatan tersebut harus diartikan sebagai perbuatan hukum,
yaitu perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum, dan menambahkan perkataan “atau saling mengikatkan dirinya” dalam Pasal 1313 KUHPerdata.
16
Pengertian yang lengkap dan sempurna mengenai pengertian atau definisidari perjanjian sangatlah sulit untuk kita dapatkan karena masing-masing sarjana
mempunyai pendapat yang berbeda-beda. Untuk mempermudah dan
15
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hal. 78.
16
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 2003, Hal.49.
16 mengetahuipengertian perjanjian maka para sarjana mengemukakan pendapat sebagai
berikut:
Menurut R. Subekti,“Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanjikepada orang lain, atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu”.
17
Menurut Sudikno Mertokusumo,“Perjanjian adalah sebagai hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum”.
18
Wirdjono Prodjodikoromengartikan perjanjian sebagai suatu hubunganhukum mengenai harta benda antar kedua belah pihak, dalam mana
suatu pihakberjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihaklain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.
19
Menurut K.R.M.T Tirtodiningrat yang dikutip oleh Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian adalah “suatu perbuatan hukum berdasarkan kata
sepakat diantara dua orang atau lebih untuk menimbulkan akibat-akibat hukum yang diperkenankan oleh undang-undang.”
20
Berdasarkan beberapa rumusan di atas, dapat diketahui bahwa perjanjian adalah sumber utama dan yang terpenting untuk melahirkan perikatan. Dimana
terdapat berbagai unsur-unsur yang penting dari suatu perjanjian yang melahirkan perikatan, unsur-unsur tersebut adalah:
17
R. Subekti 1, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, 1990, Hal. 29.
18
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996, Hal. 96.
19Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2011, Hal. 9.
20
Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Hal. 6.
17
1. Adanya hubungan hukum
Hubungan hukum adalah hubungan yang terhadapnya hukum melekatkan hak pada satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lannya. Apabila satu
pihak tidak mengindahkan ataupun melanggar hubungan tersebuit dan salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka hukum memaksakan agar
kewajiban tadi dipenuhi. 2.
Kekayaan Kriteria yang dimaksud adalah ukuran-ukuran yang dipergunakan terhadap
suatu hubungan hukum, dapat dinilai dengan uang atau tidak. Apabila hubungan hukum itu dapat dinilai dengan uang, maka hubungan hukum
tersebut merupakan suatu perikatan. Kriteria itu semakin lama semakin sukar untuk dipertahankan keberadaannya, karena di dalam masyarakat terdapat
juga hubungan hukum yang tidak dapat dinilai dengan uang. Namun kalau terhadapnya tidak diberikan akibat hukum, rasa keadilan tidak akan dipenuhi,
sehingga hal pun ini bertentangan dengan salah satu tujuan dari pada hukum yaitu mencapai keadilan. Oleh karena itu, sekarang kriteria di atas tidak lagi
dipertahankan sebagai kriteria, maka ditentukan bahwa sekalipun suatu hubungan hukum itu tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi kalau masyarakat
atau rasa keadilan menghendaki agar suatu hubungan itu diberi akibat hukum,
18
maka hukumpun akan melekatkan akibat hukum pada hubungan tadi sebagai suatu perikatan.
21
3. Pihak-pihak
Hubungan hukum itu terjadi antara dua orang atau lebih pihak yang berhak atas prestasi, pihak yang aktif adalah kreditur atau yang berpiutang dan pihak
yang wajib memenuhi prestasi, pihak pasif adalah debitur atau yang berutang. Inilah yang disebut subjek perikatan.
4. Prestasi objek hukum
Pasal 1234 KUHPerdata:”tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”.
Keempat unsur tersebut akan mewujudkan suatu perjanjian yang mewujudkan suatu perjanjian yang melahirkan perikatan, dimana terdapat hubungan-
hubungan hukum yang terjadi atas diri dan harta kekayaan para pihak yang mengadakan perjanjian. Jadi jelasnya bahwa perjanjian itu merupakan sumber
perikatan yang terpenting. Perikatan yang lahir dari perjanjian memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian
sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibentuk menurut undang-undang di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Apabila dua
pihak mengadakan suatu suatu perjanjian maka mereka bermaksud supaya antara mereka berlaku suatu perhubungan hukum, yang sesungguhnya para
21
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, 1994, Hal. 27.
19
pihak yang membuat perjanjian tersebut terikat satu sama lain karena janji- janji yang telah diberikan.
B. Syarat sahnya kontrak