41
2. Adanya objek, yaitu konstruksi;
3. Adanya dokumen yang mengatur hubungan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa. Kontrak konstruksi juga ditemukan pengertiannya di dalam blacklaws
dictionary. Disebutkan,contract constructionis : Type of contract in which plans and specification for construction are made a part of contract itself and
commonly it secured by performance and payment bond to protect both subcontractor and party for whom building is bring construction. Artinya,
kontrak konstruksi adalah suatu tipe perjanjian atau kontrak yang direncanakan dan dispesifikasikan khusus untuk konstruksi yang dibuat menjadi bagian dari
perjanjian itu sendiri dan biasanya kontrak konstruksi tersebut pada umumnya dijamin dengan kinerja dan pembayaran untuk melindungi subkontraktor dan
kedua pihak sebagai pemilik bangunan sebagai dasar dari perjanjian tersebut.
42
B. Dasar hukum kontrak konstruksi
Kontrak konstruksi atau perjanjian pemborongan yang merupakan perjanjian yang diatur secara khusus dalam Bab 7A Buku III KUHPerdata Pasal
1601 b, kemudian Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1616 KUHPerdata, peraturan-peraturan khusus yang dibuat oleh pemerintah seperti A.V 1941,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, dan Peraturan- Peraturan lainnya seperti Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
42
Ibid, Hal. 91.
42
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan BarangJasa Pemerintah.
Ketentuan kontrak konstruksi di dalam KUHPerdata berlaku bagi perjanjian pemborongan pada proyek-proyek swasta maupun pada proyek-proyek
pemerintah. Para pihak dalam kontrak konstruksi dapat membuat sendiri ketentuan-ketentuannya asal tidak dilarang oleh undang-undang, tidak
bertentangan dengan ketertiban dan kesusilaan. Pada umumnya ketentuan- ketentuan tersebut mengatur mengenai hak dan kewajiban dari para pihak, jangka
waktu kontrak, metode pelaksanaan dan berakhirnya kontrak.
C. Jenis – jenis kontrak konstruksi
Di dalam Pasal 1604 KUHPerdata dikenal adanya dua macam kontrak konstruksi, yaitu :
1. Perjanjian pemborongan dimana pemborong hanya melakukan pekerjaansaja.
2. Perjanjian pemborongan dimana pemborong selain melakukan pekerjaanjuga
menyediakan bahan-bahannya.
43
Satu sama lain membawa perbedaan dalam hal tanggungjawabnya si pemborong atas hasil pekerjaan yang diperjanjikan. Dalam hal pemborongan
harus menyediakan bahan-bahannya dan hasil pekerjaannya, karena apa pun juga musnah sebelum diserahkan, maka kegiatan itu dipikul oleh pemborong
kecuali jika pemberi tugas itu lalai untuk menerima hasil pekerjaan tersebut. Dalam hal pemborong hanya harus melakukan pekerjaan dan hasil
43
Nazarkhan Yasin 2, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, Hal. 29.
43
pekerjaannya itu musnah, maka ia hanya bertanggung jawab atas kemusnahan itu sepanjang hal itu terjadi karena kesalahannya.Ketentuan yang terakhir ini
mengandung maksud bahwa akibat suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa bahan-bahan yang telah disediakan oleh pihak yang
memborongkan, dipikul pada pundaknya pihak yang memborongkan.
44
Pasal 1607 KUHPerdata mengatakan jika musnahnya hasil pekerjaan tersebut terjadi di luar kesalahankelalaian pemborong sebelum penyerahan
dilakukan, sedangkan pemberi tugas pun tidak lalai untuk memeriksa dan menyetujui hasil pekerjaan itu, maka pemborong tidak berhak atas harga yang
dijanjikan, kecuali jika barang itu musnah karena bahan-bahannya cacat. Dari ketentuan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua belah pihak
menderita kerugian akibat kejadian yang tak disengaja yang memusnahkan pekerjaan itu. Pihak yang memborongkan kehilangan bahan-bahan yang telah
disediakan olehnya sedangkan pihak pemborong kehilangan tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menggarap pekerjaan.
45
Pihak yang memborongkan hanya dapat menuntut penggantian kerugiannya apabila ia
dapat membuktikan adanya kesalahan dari si pemborong.Sedangkan pihak pemborong hanya akan dapat menuntut harga yang dijanjikan apabila ia
berhasil membuktikan bahwa bahan-bahan yang disediakan oleh pihak lawan itu mengandung cacat-cacat yang menyebabkan kemusnahan pekerjaannya.
Pasal 1608 KUHPerdata menyatakan jika pekerjaan yang diborongkan itu dilakukan sebagian demi sebagian atau menurut ukuran, maka hasil
44
I
bid, Hal. 32.
45
R. Subekti 3, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Intermassa, Jakarta, 2001, Hal. 3.
44
pekerjaan dapat diperiksa sebagian demi sebagian; pemeriksaan itu dianggaptelah dilakukan terhadap semua bagian yang telah dibayar, jika
pemberi tugas itu membayar pemborongan tiap kali menurut ukuran dan apa yang telah diselesaikan. Ketentuan ini mengandung maksud bahwa bagian
pekerjaan yang sudah dibayar itu menjadi tanggungjawab pihak yang memborongkan apabila terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu
pihak yang memusnahkan bagian pekerjaan itu. Berdasarkan pada beberapa segi tertentu, kontrak konstruksi juga dapat
diklasifikasi ke dalam beberapa golongan, yaitu: 1.
Menurut cara terjadinya, kontrak konstruksi atau perjanjian pemborongan pekerjaan dapat dibedakan dalam:
a. Kontrak konstruksi yang diperoleh sebagai hasil pelelangan atas dasar
penawaran yang diajukan; b.
Kontrak konstruksi atas dasar penunjukan langsung; c.
Kontrak konstruksi yang diperoleh sebagai hasil perundingan antara pemberi tugas dengan pemborong.
2. Menurut cara penentuan harganya, kontrak konstruksi atau perjanjian
pemborongan itu dapat dibedakan atas tiga bentuk utama sebagai berikut: a.
Kontrak konstruksi dengan harga pasti fixed price. Disini harga pemborongan telah ditetapkan secara pasti, baik mengenai harga kontrak
maupun harga satuan; b.
Kontrak konstruksi dengan harga lumpsum. Disini harga borongan diperhitungkan secara keseluruhan;
c. Kontrak konstruksi atas dasar satuan unit price, yaitu harga yang
diperhitungkan untuk setiap unit. Disini luas pekerjaan ditentukan menurut jumlah perkiraan jumlah unit;
45
d. Kontrak konstruksi atas dasar jumlah biaya dan upah cost plus fee.
Disini pemberi tugas akan membayar pemborongan dengan jumlah biaya yang sesungguhnya yang telah dikeluarkan ditambah dengan upahnya.
46
3. Menurut sumber dananya, maka suatu kontrak konstruksi dapat dibagi ke
dalam : a.
Kontrak konstruksi dengan dana perusahaan instansi sendiri; b.
Kontrak konstruksi dengan dana pinjaman luar negeri; c.
Kontrak konstruksi dengan APBN; d.
Kontrak konstruksi dengan APBD; e.
Kontrak konstruksi dengan Inpres Banpres; f.
Kontrak konstruksi dengan biaya pinjaman luar negeri.
47
4. Menurut penyediaan dana tiap-tiap tahun anggaran.
a. Kontrak konstruksi dalam satu tahun anggaran;
b. Kontrak konstruksi lebih dari satu tahun anggaran.
5. Menurut pemberi tugasnya.
a. Kontrak konstruksi dari perseorangan;
b. Kontrak konstruksi dari swasta;
c. Kontrak konstruksi dari pemerintah.
D. Para pihak dalam kontrak konstruksi