1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kontribusi pemegang izin pengusahaan hutan khususnya PT. Ratah Timber dan sebagai
bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan pada umumnya dan komunitas akademika pada khususnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan
Menurut Kartasasmita
1996, pembangunan
daerah bertujuan
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu baik antarsektor maupun antar
pembangunan sektoral dan perencanaan pembangunan oleh daerah yang efisien dan efektif menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang merata di
seluruh pelosok tanah air. Pada dasarnya ada 3 aspek perencanaan pembangunan yaitu 1 makro; 2 sektoral; 3 regional. Ketiga aspek perencanaan tersebut
saling berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai hasil keseluruhan yang maksimal perlu dipadukan dengan sebaik-baiknya.
Pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa segi yaitu, Pertama, dari pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan
melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral dilakukan di daerah disesuaikan dengan kondisi dan
potensinya. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi wilayah tersebut. Kota
dan desa saling terkait dan membentuk suatu sistem. Oleh karena itu pembangunan wilayah meliputi pembangunan wilayah perkotaan dan pedesaan
yang terpadu dan saling mengisi. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha pembangunan derah dapat berhasil
dengan baik maka pemerintah daerah perlu berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab Kartasasmita 1996.
Menurut Rahmaddin 2009, pembangunan selalu menimbulkan dampak negatif dan dampak positif. Oleh karena itu, diperlukan suatu indikator tolak ukur
pembangunan. Secara umum indikator untuk mengukur adanya suatu pembangunan adalah indikator sosial dan indikator ekonomi. Variabel indikator
ekonomi, yaitu: pendapatan perkapita, perubahan struktur ekonomi, kesempatan kerja dan pengangguran.
1. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita dapat memberikan gambaran tentang laju
pertumbuhan masyarakat di berbagai daerah dan dapat juga memberikan gambaran mengenai perubahan corak perbedaan tingkat kesejahteraan yang sudah
terjadi di berbagai daerah. Bank Dunia pada tahun 1995 mengklasifikasikan Negara berdasarkan tingkatan GNPGDP per kapita sebagai berikut:
a. Negara berpenghasilan rendah adalah kelompok negara-negara dengan GNP
per kapita kurang atau sama dengan US 695. b.
Negara berpenghasilan menengah adalah kelompok negara-negara dengan GNPGDP per kapita lebih dari US 695 namun kurang dari US 8.626.
c. Negara berpenghasilan tinggi adalah kelompok negara-negara dengan
GNPGDP per kapita di atas US 8.626. Kelemahan dari indikator ini, tidak memasukkan produksi yang tidak
melalui pasar seperti dalam perekonomian subsisten, jasa ibu rumah tangga, transaksi barang bekas, kerusakan lingkungan dan masalah distribusi pendapatan.
2. Perubahan Struktur Ekonomi Mengukur tingkat kemajuan struktur produksi pertanian, manufaktur dan
jasa-jasa. Peranan sektor pertanian akan menurun untuk memberi kesempatan bagi tampilnya sektor-sektor manufaktur dan jasa yang secara sengaja senantiasa
diupayakan agar terus berkembang. Oleh karena itu, strategi pembangunan biasanya berfokus pada upaya untuk menciptakan industrialisasi secara besar-
besaran sehingga kadangkala mengorbankan kepentingan pembangunan sektor pertanian dan daerah pedesaan pada umumnya.
3. Kesempatan Kerja Rendahnya sifat kewirausahaan penduduk di negara-negara berkembang,
memaksa pemerintah di negara-negara tersebut untuk menyiapkan dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya. Dengan pencapaian tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, diharapkan akan menciptakan lapangan pekerjaan dan berbagai peluang ekonomi lainnya.
4. Pengangguran Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di negara-negara berkembang
pada akhirnya menjadi bom waktu sekitar 15 sampai dengan 20 tahun kemudian pada saat mereka masuk sebagai angkatan kerja. Dengan penciptaan lapangan
pekerjaan, baik oleh sektor swasta maupun oleh pemerintah diharapkan angka pengangguran yang relative tinggi dinegara berkembang akan mengalami
penurunan. Adapun beberapa variabel yang termasuk dalam indikator sosial adalah
sebagai berikut: 1. Indeks Mutu Hidup IMH merupakan indeks gabungan dari harapan hidup
pada usia 1 tahun, angka kematian dan tingkat melek huruf. Untuk masing- masing indikator, kinerja ekonomi suatu negara dinyatakan dalam skala 1
hingga 100 dimana 1 merupakan kinerja terjelek sedangkan 100 adalah kinerja terbaik.
2. Human Development Index HDI mencoba merangking semua negara dalam skala 0 sebagai tingkatan pembangunan manusia yang terendah hingga 1
Pembangunan manusia yang tertinggi berdasarkan atas 3 tujuan atau produk pembangunan yaitu: a Tingkat Harapan Hidup, b Pengetahuan yang diukur
dengan rata-rata tertimbang dari jumlah orang dewasa yang dapat membaca diberi bobot dua pertiga dan rata-rata tahun sekolah diberi bobot sepertiga.
3. Penghasilan yang diukur dengan pendapatan per kapita riil yang telah disesuaikan yaitu disesuaikan menurut daya beli mata uang masing-masing
negara dan asumsi menurunnya utilitas marginal penghasilan dengan cepat. Indikator kunci pembangunan sosial ekonomi lainnya versi United Nations
Research Institute on Social Development UNRISD yang dikeluarkan pada
tahun 1970 terdiri atas 7 indikator ekonomi dan 9 indikator sosial sebagai berikut: 1.
Harapan Hidup 2.
Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih 3.
Konsumsi protein hewani per kapita per hari 4.
Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah 5.
Rasio pendidikan luar sekolah 6.
Rata-rata jumlah orang per kamar
7. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk
8. Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dan sebagainya
9. Produksi pertanian per pekerja pria di sektor pertanian
10. Persentase tenaga kerja pria dewasa di pertanian
11. Konsumsi listrik kw per kapita
12. Konsumsi baja kg per kapita
13. konsumsi energy ekuivalen kg batu bara per kapita
14. Persentase sektor manufaktur dalam GDP
15. Perdagangan luar negeri per kapita
16. Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja
Beberapa indikator pembangunan sosial ekonomi yang selama ini dipergunakan Indonesia, sebagai berikut:
1. Laju Peningkatan Pendapatan
2. Laju Penurunan Jumlah Kecamatan Miskin
3. Laju Penurunan ketimpangan penerimaan pendapatan
4. Laju urunan kesenjangan harapan hidup
5. Laju pengurangan angka kematian bayi
6. Laju pengurangan melek huruf
7. Laju penurunan pertumbuhan penduduk
2.2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK Menurut Fahutan IPB 2003, Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu
adalah memungut pohon berdiri yang telah memenuhi persyaratan teknis dan ekonomis sebesar Annual Allowable Cut AAC yang disetujui pemerintah.
Pemegang IUPHHK HPH mendapat hak pengusahaan atau pemanfaatan hutan
pada areal kawasan hutan produksi tertentu, sebagai berikut:
1. Mempunyai hak untuk menggunakan kawasan seluas areal HPHIUPHHK
yang dimilikinya 2.
Memanfaatkan hasil hutan kayu sebesar riap AAC 3.
Membangun fasilitas untuk keperluan pemanfaatan dan pengangkutan 4.
Menggunakan sarana untuk keperluan pemanfaatan dan pengangkutan 5.
Menggunakan jaringan jalan umum sungai dan darat
6. Kegiatan pemanfaatan hutan pemungutan kayu di hutan alam produksi akan
menimbulkan dampak kerusakan hutan atau gangguan terhadapnya struktur dan komposisi hutan, biodiversity dan lingkungan sosial-ekonomi
masyarakat lokal HPHIUPHHK mempunyai kewajiban sebagai berikut :
1. Membayar stumpage value dari pohon yang ditebang
2. Memulihkan hutan dari kerusakan akibat kegiatan penebangan, antara lain:
a. Kerusakan tegakan komposisi dan struktur tegakan
b. Kerusakan tanah akibat penyaradan dan angkutan
c. Gangguan biodiversity, baik flora maupun fauna
d. Terganggunya atau hilangnya sumber-sumber pendapatan tradisional
masyarakat lokal e.
Penggunaan jaringan jalan umum, baik gangguan lalu lintas maupun kerusakan kontruksi jalan
2.3. Pungutan Sektor Kehutanan