BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya seluruh lapisan masyarakat dalam membangun seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara. Tujuan pembangunan yang garis besarnya ditetapkan dalam UUD, secara terperinci akan dicapai dengan melalui strategi pembangunan yang diterangkan
dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN dan secara organis dibuatkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun dan dilaksanakan melalui anggaran
pembangunan pemerintah dan kegiatan sektor swasta. Tujuan pembangunan nasional itu sendiri mencakup beberapa aspek, yaitu:
pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja, serta kelestarian sumber daya. Pembangunan wilayah yang merupakan bagian integral
dari pembangunan nasional harus memperhatikan aspek-aspek dari pembangunan nasional tersebut. Pembangunan dikatakan berhasil apabila terdapat kerjasama dan
dukungan dari berbagai sektor dimana masing-masing sektor melakukan peranan dan fungsinya dengan baik. Salah satu sektor yang dianggap dapat menunjang
pembangunan nasional ini adalah sektor kehutanan. Hutan adalah kekayaan alam yang harus dipergunakan untuk sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan masyarakat banyak. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3, sumberdaya yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. Dari pernyataan tersebut sangat jelas bahwa semua hutan di dalam wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Peranan dan posisi pemerintah sangat penting dalam penyelenggaraan
kehutanan ini. Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pemerintah Negara Republik Indonesia mempunyai wewenang untuk mengatur
dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau
kawasan hutan sebagai bukan kawasan hutan, mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan hutan, serta mengatur perbuatan-
perbuatan hukum mengenai kehutanan. Hutan ada yang diusahakan langsung oleh negara seperti Perum Perhutani
yang mengusahakan langsung hutan-hutan di seluruh Jawa dan hutan yang diusahakan tidak langsung dimana modal pemerintah diinvestasikan untuk
diusahakan pihak swasta. Selain itu, pemerintah juga memberikan ijin pengusahaan hutan negara kepada perusahaan swasta. Perusahaan swasta yang
memperoleh izin pengusahaan hutan akan mempunyai wewenang dalam menebang pohon dan melakukan kegiatan reboisasi dan pengolahan lahan hasil
bekas tebangan. Pemerintah sekaligus menyelenggarakan pungutan dan mengenakan pajak pada saat kegiatan ekspor ataupun pada pengujian dengan
menarik grading fee ataupun pajak-pajak lain, seperti: pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan dan sebagainya.
Sistem Hak Pengusahaan Hutan atau biasa dikenal dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK adalah salah satu sistem pengusahaan
hutan di Indonesia dengan para pemegang IUPHHK sebagai pelaksana utama, diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 dan ditujukan untuk
pengusahaan hutan alam. Pada umumnya Hak Pengusahaan Hutan IUPHHK diberikan kepada badan usaha swasta dan BUMN dengan penambahan
kepemilikan saham oleh koperasi. Perusahaan yang telah mengantongi hak pengusahaan hutan akan
mempunyai wewenang dalam penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan. Maka dengan itu, pemerintah
menetapkan aturan-aturan tentang tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan dalam PP. No. 6 Tahun 2007. Dan kemudian
diperbaharui dalam PP No. 3 Tahun 2008. Selain itu juga ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan No. P.63Menhut-II2008 tentang tata cara pemberian
rekomendasi Gubernur dalam rangka permohonan atau perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu IUPHHK pada hutan alam dan hutan tanaman.
Sistem hak pengusahaan hutan ini diharapkan dapat membantu dalam peningkatan pertumbuhan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Oleh
karena itu dalam upaya peningkatan pembangunan yang berkelanjutan diperlukan suatu langkah strategis yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian baik
itu perekonomian nasional maupun pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar hutan serta juga mampu membangun aspek ekologi dan aspek sosial dengan
memperhatikan azas keadilan dan pemerataan. Dengan demikian jelas adanya bahwa keberadaan suatu perusahaan yang memperoleh izin hak pengusahaan
hutan sangat berpengaruh dalam pembangunan daerah ataupun terhadap pembangunan nasional.
IUPHHK-HA PT. Ratah Timber salah satu perusahaan swasta pemegang izin usaha di Kalimantan Timur. Perusahaan ini adalah penghasil jenis kayu
kelompok meranti, bangkirai, nyatoh, dan kayu kamper untuk kebutuhan bahan baku industri kayu lapis. Perusahaan ini telah memperoleh perpanjangan izin
pengusahaan hutan sampai tahun 2055 dengan luas 93.425 Ha.
1.2. Perumusan Masalah