Pungutan Sektor Kehutanan Peraturan Daerah

6. Kegiatan pemanfaatan hutan pemungutan kayu di hutan alam produksi akan menimbulkan dampak kerusakan hutan atau gangguan terhadapnya struktur dan komposisi hutan, biodiversity dan lingkungan sosial-ekonomi masyarakat lokal HPHIUPHHK mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Membayar stumpage value dari pohon yang ditebang 2. Memulihkan hutan dari kerusakan akibat kegiatan penebangan, antara lain: a. Kerusakan tegakan komposisi dan struktur tegakan b. Kerusakan tanah akibat penyaradan dan angkutan c. Gangguan biodiversity, baik flora maupun fauna d. Terganggunya atau hilangnya sumber-sumber pendapatan tradisional masyarakat lokal e. Penggunaan jaringan jalan umum, baik gangguan lalu lintas maupun kerusakan kontruksi jalan

2.3. Pungutan Sektor Kehutanan

Menurut Fahutan IPB 2003, pungutan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah adalah berupa pajak dan bukan pajak. Pajak adalah pungutan yang dikenakan kepada perorangan atau badan hukum berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku untuk pembiayaan negara dan pembangunan. Pungutan bukan pajak adalah segala pungutan berupa iuran, retribusi dan lain-lain berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan menjadi pendapatan negara daerah otonom. Pungutan resmi Pajak dan bukan pajak dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat diklasifikasikan atas pemungutannya, sebagai berikut: 1. Pungutan atas harta kekayaan, seperti : a. Pajak bumi dan bangunan atau sewa lahan land rent b. IHPHIUPHHK apabila pungutan iuran itu atas dasar hak pengelolaan pemanfaatan hutan atau lahan hutan tersebut c. Pajak kendaraan dan peralatan d. Pajak pemanfaatan air permukaan pajak atas sumberdaya publik e. Dana jaminan kinerja dan dana investasi pelestarian hutansebagai jaminan atas nilai barang dan ekosistem hutan f. Dana kompensasi masyarakat adat dana ini akibat ketidakjelasan property rights , jika jelas milik masyarakat bisa berupa land rent ataupun bentuk lain- lainnya. 2. Pungutan atas layanan jasa, seperti : a. Retribusi angkutan sungai dan retribusi jalan raya b. Pajak reklame atas penggunaan ruang publik c. Pajak penerangan jalan 3. Pungutan atas hasil produksi, seperti ; a. Dana reboisasi DR b. Provisi Sumber Daya Hutan PSDH c. Dana kontribusi pembangunan daerah d. Sumbangan pihak ketiga e. Dana pembinaan masyarakat desa f. Dana investasi untuk penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan kehutanan g. Dana pembinaan SDM dan pengembangan IPTEK 4. Pungutan atas pendapatan mencakup pendapatan bruto dan bersih a. Pajak penghasilan PPh, tenaga kerja, badan dan impor b. Pajak pertambahan nilai

2.4 Peraturan Daerah

Peraturan daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing- masing daerah yang tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan daerah ini berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah UU No.32 tahun 2004. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kutai Barat sebagai kabupaten yang baru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 dan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan Otonomi Daerah, perlu menata sistem kebijakan pemerintahannya termasuk dibidang kehutanan secara demokratis yang mengandung prinsip-prinsip transparansi, partisipatif dan bertanggung-jawab serta memiliki sejumlah kewenangan dibidang kepengurusan hutan.

2.5 Anggaran dan Pendapatan Daerah