HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Produk Sebelum dan Setelah Penyimpanan
Tabel 6. Perbandingan tingkat mortalitas larva Croccidolomia binotalis instar II, LC
50
dan potensi produk setelah di freeze drying untuk masing-masing perlakuan serta produk
komersial.
Perlakuan Mortalitas
LC
50
mgl 10
-4
10
-5
10
-6
10
-7
10
-8
Setelah Fermentasi 90
80 60
60 20
0.22 Setelah
Freeze drying Tanpa Laktosa
100 85 70 45 10 0.25
Dengan Laktosa 100 85 70 45 10
0.25 Bactospeine
100 90 40 40 40 0.05
Produk bioinsektisida yang paling efektif adalah bioinsektisida dengan nilai LC
50
yang paling kecil, dengan rasio LC
50
yang paling besar. Nilai rasio LC
50
terbesar diberikan oleh perlakuan setelah fermentasi tanpa pengeringan beku, yaitu sebesar 0,227 kali 22,7 dari
produk Bactospeine. Kecilnya rasiopersentase ini disebabkan karena Bactospeine dan contoh uji tidak diketahui tingkat kekentalannya. Hal ini disebabkan karena produk Bactospeine yang
digunakan sebagai standar adalah produk komersial yang telah mengalami pemurnian, sehingga konsentrasinya lebih tinggi dibandingkan dengan contoh uji. Selain itu, produk
standar tersebut memiliki peluang adanya zat-zat impurities pengotor, sehingga kemurniannya lebih tinggi daripada cairan kultur contoh uji. Walaupun tidak dilakukan
pengujian dalam penelitian ini, namun hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Salamah 2002.
Dari tabel 5 dan 6 dapat disimpulkan bahwa nilai LC
50
, potensi produk dan tingkat toksisitas produk bioinsektisida tidak berkorelasi positif terhadap nilai jumlah spora hidup
VSC bioinsektisida yang dihasilkan. Tidak selamanya bioinsektisida yang memiliki banyak jumlah kristal protein seiring dengan banyaknya spora yang dikandungnya. Hal ini disebabkan
oleh adanya zat-zat impurities yang terbawa selama proses fermentasi karena produk bioinsektisida mempunyai tingkat impurities yang tinggi. Hal ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani 2005 pada Bt subsp. kurstaki, Rahayuningsih 2003 pada Bt subsp.israelensis, dan Morris et al. 1996 pada Bt subsp. aizawai.
Menurut Dulmage dan Rhodes 1971 toksisitas spora Bt terhadap serangga target dipengaruhi oleh strain bakteri dan keadaan serangga target. Pada penelitian ini strain yang
digunakan adalah Bt subsp. aizawai Bta sedangkan strain pada Bactospeine yang digunakan sebagai standar adalah Bt subsp. kurstaki Btk. Struktur kristal yang berbeda untuk setiap
strain Bt berpengaruh pada toksisitas spora yang dihasilkan oleh sel Bt. Salah satu strain mungkin mempunyai ikatan yang mudah dipecah oleh enzim yang dihasilkan oleh serangga
Burgerjon dan Martouret 1971. Selain itu, ukuran molekul protein yang menyusun kristal Burgerjon dan Martouret 1971 serta susunan molekul asam amino dan kandungan
karbohidrat dalam kristal protein Tyrell et al. 1981 juga mempengaruhi toksisitas bioinsektisida.