PENURUNAN MUTU PADA BIOINSEKTISIDA Bacillus thuringiensis subsp. aizawai Bta

lain VSC jumlah spora hidup, penurunan toksisitas, dan potensi produk. Pengemasan juga memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Fungsi utama dari pengemasan antara lain menjaga produk akibat kontaminasi dari pengaruh lingkungan, melindungi produk terhadap kerusakan fisik, perubahan kadar air dan cahaya, mempunyai fungsi yang baik, efisien, dan ekonomis serta mempunyai kemudahan dalam membuka atau menutup serta memudahkan dalam tahap penanganan, pengangkutan, dan distribusi. 1. VSC Jumlah Spora Hidup VSC pada bioinsektisida Bta mengalami perubahan selama penyimpanan. Gambar 9 dan 10 menunjukkan perubahan VSC jumlah spora hidup pada bioinsektisida Bta yang dikemas dengan plastik metalized pada suhu 5 o C, 25 o C, dan 35 o C selama 1 bulan. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 9. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan log VSC untuk produk freeze tanpa penambahan laktosa. Gambar 10. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan log VSC untuk produk freeze dengan penambahan laktosa. Dari Gambar 9 dan 10 dapat diketahui bahwa dari waktu kultivasi 36 jam, untuk perlakuan freeze drying baik dengan penambahan laktosa maupun tidak, log VSC tertinggi adalah yang disimpan pada suhu 5 o C berturut-turut yaitu 7.65 sporamg dan 7.47 sporamg. Hal ini disebabkan semakin rendah suhu pada pengeringan beku maka akan semakin tinggi air yang disublimasi sehingga peluang spora hidup yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan produk yang disimpan pada suhu 25 o C, dan 35 o C. Semakin rendah suhu pengeringan beku, maka tekanan udara makin hampa sehingga air yang disublimasi lebih banyak. Bioinsektisida Bta dengan perlakuan pengeringan suhu paling rendah 5 o C dan waktu pengeringan lebih lama akan mengeluarkan air lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya 25 o C, dan 35 o C , sehingga kemampuan menyerap air pada proses rehidrasi lebih besar pula. Hal diperkuat oleh pendapat Astuti 2009 yang menyatakan bahwa semakin besar nilai rasio rehidrasi, kemampuan produk kering menyerap air makin besar, tingkat elastisitas dinding sel makin baik dan sebaliknya. Karena efisiensi rehidrasi yang besar sangat diharapkan pada produk kering. Gambar 11. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan log VSC pada suhu 5 o C. Gambar 12. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan log VSC pada suhu 25 o C. Gambar 13. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan log VSC pada suhu 35 o C. Gambar 11, 12, dan 13 menunjukkan bahwa laju penurunan log VSC jumlah spora hidup pada produk bioinsekstisida Bta dengan perlakuan freeze tanpa penambaha laktosa mengalami laju penurunan log VSC yang lebih tinggi dibandingkan pada produk freeze dengan penambahan laktosa. Hal ini membuktikan dengan adanya penambahan laktosa maka jumlah spora yang hidup semakin meningkat sehingga semakin tingginya potensi produk bioinsektisida Bta yang dihasilkan. 2. Pengaruh Suhu terhadap Potensi Produk Bta dan Penurunan Toksisitas Nilai LC 50 dan potensi produk pada bioinsektisida Bta mengalami perubahan selama penyimpanan. Pada Gambar 14, 15, 16, dan 17 dapat dilihat perubahan Nilai LC 50 dan potensi produk pada bioinsektisida Bta yang dikemas dengan plastik metalized pada suhu 5 o C, 25 o C, dan 35 o C selama 1 bulan. Data selengkapanya dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 14. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan LC 50 pada produk freeze tanpa penambahan laktosa. Gambar 15. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan LC 50 untuk produk freeze dengan penambahan laktosa. Gambar 16. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan potensi produk pada produk freeze tanpa penambahan laktosa. Gambar 17. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan potensi produk freeze dengan penambahan laktosa. Gambar 14, 15, 16 dan 17 menujukkan bahwa suhu penyimpanan sangat mempengaruhi laju peningkatan LC 50 dan penurunan potensi produk bioinsektisida Bta yang dihasilkan. Semakin rendah suhu pada pengeringan beku maka akan semakin rendah air yang disublimasi sehingga peluang spora pada produk yang dimpan pada suhu 5 o C hidup yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan produk yang disimpan pada suhu 25 o C, dan 35 o C. Hal ini didukung pula oleh Vandekar dan Dulmage 1982 yang menyatakan bahwa semakin kecil nilai LC 50 maka semakin tinggi tingkat toksisitasnya dan akan semakin tinggi mutu produk bioinsektisida yang dihasilkan. 3. Pengaruh Filler Laktosa terhadap Penurunan Toksisitas dan Potensi Produk Bta Grafik hubungan antara lama penyimpanan hari dengan LC 50 mgl pada masing- masing suhu penyimpanan untuk produk freeze tanpa penambahan laktosa dan freze dengan penambahan laktosa dapat dilihat pada Gambar 18, 19, dan 20. Sedangkan grafik hubungan antara lama penyimpanan hari dengan potensi produk IUmg pada masing- masing suhu penyimpanan untuk produk freeze tanpa penambahan laktosa dan freze laktosa dapat dilihat pada Gambar 21, 22, dan 23. Gambar 18. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan LC 50 pada suhu 5 o C. Gambar 19. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan LC 50 pada suhu 25 o C. Gambar 20. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan LC 50 pada suhu 35 o C. Gambar 21. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan potensi produk pada suhu 5 o C. Gambar 22. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan potensi produk pada suhu 25 o C. Gambar 23. Grafik hubungan antara lama penyimpanan bioinsektisida Bta dengan potensi produk pada suhu 35 o C. Gambar 18, 19, dan 20 menunjukkan bahwa laju peningkatan LC 50 produk bioinsekstisida Bta dengan perlakuan freeze tanpa penambahan laktosa mengalami laju peningkatan LC 50 yang lebih tinggi dibandingkan pada produk freeze dengan penambahan laktosa. Demikian pula terjadi pada penurunan potensi produk pada gambar 21, 22, dan 23, produk bioinsekstisida Bt subsp. aizawai dengan perlakuan freeze tanpa penambahan laktosa mengalami laju penurunan potensi produk yang lebih tinggi dibandingkan pada produk freeze dengan penambahan laktosa. Hal ini membuktikan dengan adanya penambahan laktosa maka spora yang mati lebih sedikit. Karena laktosa merupakan karbohidrat yang memiliki fungsi enkapsulasi yang sangat baik, bahan aktif δ-endotoksin mampu teraktifasi cepat dalam saluran pencernaan serangga sasaran Lakkis, 2007. Oleh karena itu dengan adanya penambahan laktosa maka akan terjadi peningkatan toksisitas dan potensi produk bioinsektisida Bta yang dihasilkan. Dengan meningkatnya potensi produk bioinsektisia Bta, maka produk bioinsekstisida Bta untuk perlakuan freeze dengan penambahan laktosa akan lebih tahan lama dibandingkan produk bioinsekstisida Bta dengan perlakuan freeze tanpa penambahan laktosa.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Jumlah spora hidup tertinggi dengan waktu fermentasi selama 36 jam pada penelitian ini dihasilkan oleh formula produk freeze dengan penambahan laktosa 1.45 x 10 8 sporamg, sedangkan total spora hidup terendah pada penelitian ini dihasilkan oleh formula produk freeze tanpa penambahan laktosa 9.25 x 10 7 sporamg. Setelah dilakukan penyimpanan selama 1 bulan jumlah spora hidup tertinggi dihasilkan oleh formula produk freeze dengan penambahan laktosa yang disimpan pada suhu 5 o C 9 x 10 6 sporamg, sedangkan total spora hidup terendah dihasilkan oleh formula freeze tanpa penambahan laktosa yang disimpan pada suhu 35 o C 1.5 x 10 6 sporamg. Tingkat toksisitas LC 50 untuk fermentasi selama 36 jam adalah 0.25 mgl pada formula freeze baik dengan menggunakan laktosa maupun tidak. Nilai LC 50 dari setiap perlakuan dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan nilai LC 50 Bactospeine 0.05 mgl. Setelah dilakukan penyimpanan selama 1 bulan nilai LC 50 dan potensi produk bioinsektisida terus mengalami penurunan.

B. Saran

Diperlukan kajian lebih mendalam kembali mengenai tingkat kemurnian contoh uji pada saat pemanenan dan standar yang digunakan sehingga daya toksisitasnya lebih efektif. DAFTAR PUSTAKA Ahdianto, D. F. 2006. Kajian Pengaruh pH dan Suhu terhadap Produksi Bioinsektisida oleh Bt subsp. israelensis Menggunakan Substrat Onggok Tapioka. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonim. 2009. Kinetika Reaksi dalam Pengolahan Pangan. http:tep.fateta.ipb.ac.id. [28 Maret 2010]. Aronson, A. 1995. The Protoxin Composition of Bt insecticidal inclusions affect solubility and toxicity. Appl. Environ. Microbiol. 6111: 4057-4060. Aronson, A., L., W. Beckman dan P. Dunn. 1986. Bacillus thuringiensis dan Related Insect Pathogen. Microbial. Rev. 50 1 : 1 – 24. ASEAN SCNCER. 2003. Lectures and Workshop Exercise on Drying of Agricultural and Marine Products. Regional Workshop on drying Technology. ASEAN Foundation. Astuti, Sri Mulia. 2009. Teknik Pengaturan Suhu Dan Waktu Pengeringan Beku Bawang Daun Allium Fistulosum L.. Ba1ai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung Bernhard, K. dan R. Utz. 1993. Production of Bt Insecticides for Experimental and Commercial Uses, Hlm. 255 – 265. Di dalam P. F. Entwilse, J. S. Cory, M. J. Bailey, dan S. Higgs eds. Bt An Environmental Biopesticide : Theory and Practice. John Wiley and Sons, Chichester. Bulla, L. A., K. J. Kramer, dan L. I. Davidson. 1977. Characterization of The Entomocidal Parasporal Crystal of Bt. J. Bacteriol. 130 1 : 375 – 383. Burgerjon, A. dan D. Martouret. 1971. Determination and Significance of The Host Spectrum of Bt. Pp. 305 – 322. Di dalam H. D. Burges and N. W. Hussey ed. Microbial Control of Insect and Mites. Academic Perss. London. Bravo, A. 1997. Phylogenetic Relationship of Bt δ-endotoksin Family Protein and Their Functional Domains. Bacterial. 179 9 : 2793 – 2801. Debby, M. S., C. Tjahjadi, M. Herudiyanto, dan T. Sukarti. 2005. Mekanisme Produksi Minyak Sel Tunggal dengan Sistem Kultivasi Padat pada Media Onggok-Ampas Tahu dengan Menggunakan Kapang Aspergillus terreus. Artikel Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XVI. Dulmage, H. T. 1981. Insecticidal Activity of Isolates of Bt and Their Potentialfor Pest Control. Di dalam H. D. Burges ed. Microbial Control Pest and Plant Disease 1970 – 1980. Academic Press, New York. Dulmage, H. T. and Rhodes, R. A. 1971. Production of Pathogens in Artificial Media, pp.507-540 In : Burges, H.D. ed. Microbial Control of Pest and Plant Diseases 1970 – 1980. Acad Press, New York.