Penentuan Aktivitas Bioinsektisida FERMENTASI Bacillus thuringiensis Subsp. aizawai DAN KONDISINYA

instar I biasanya berupa bercak putih yang merupakan lapisan epidermis daun yang tidak ikut dimakan dan berlubang bila epidermis mengering. Apabila serangga terjadi pada saat kubis sudah membentuk krop, larva yang telah mencapai instar III akan menggerek ke dalam krop dan merusak bagian ini, sehingga menurunkan nilai ekonomi. Pembusukan pada krop yang sudah rusak dapat terjadi karena munculnya serangan sekunder eleh cendawan dan bakteri Sastrosiswojo dan Setiawati 1993. Larva C. binotalis melewati empar instar. Larva instar I berkelompok pada permukaan bawah daun, berwarna krem dengan kepala hitam kecoklatan, berukuran 2.1 – 2.7 mm dengan stadium rata-rata 2 hari. Larva instar II bewarna hijau terang, berukuran 5.5 – 6.1 mm dengan stadium rata-rata 2 hari. Larva instar III berwarna hijau, berukuran 1.1 – 1.3 mm, stadium rata-rata 1.5 hari. Larva instar IV berwarna hijau dengan tiga garis putih pada bagian dorsal dan satu pada bagian lateral tubuh, stadium rata-rata 3.2 hari. Dua hari setelah ganti kulit, warna kulit larva instar IV berubah menjadi coklat, larva menjadi tidak aktif, dan tidak banyak makan. Setelah 24 jan, larva akan masuk ke dalam tanah dan membentuk pupa. Pupa berwarna kecoklatan dan ukuran tubuhnya 9 – 10 mm Prijono dan Hassan 1992. Masa pupa berlangsung selama 9 – 13 hari Othman 1982 dan rata-rata 11.4 hari pada brokoli Prijono dan Hassan 1992.

C. PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

Pengemasan dapat memperlambat kerusakan produk, menahan efek yang bermanfaat dari proses, memperpanjang umur simpan, dan menjaga atau meningkatkan kualitas dan keamanan pangan. Pengemasan juga dapat melindungi produk dari tiga pengaruh luar, yaitu kimia, biologis, dan fisik. Perlindungan kimia mengurangi perubahan komposisi yang cepat oleh pengaruh lingkungan, seperti terpapar gas oksigen, uap air, dan cahaya cahaya tampak, infra merah atau ultraviolet. Perlindungan biologis mampu menahan mikroorganisme patogen dan agen pembusuk, serangga, hewan pengerat, dan hewan lainnya. Perlindungan fisik menjaga produk dari bahaya mekanik dan menghindari goncangan dan getaran selama pendistribusian Marsh dan Bugusu 2007. Keuntungan penggunaan plastik sebagai bahan kemasan antara lain harga relatif lebih murah, dapat dibentuk berbagai rupa, warna dan bentuk relatif lebih disukai konsumen, adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif seperti logam, mudah dalam penanganan, dan mengurangi biaya transportasi Syarief et al. 1989. Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan mutu makanan. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka laju reaksi berbagai senyawa kimia akan semakin cepat. Oleh karena itu dalam menduga kecepatan penurunan mutu makanan selama penyimpanan, faktor suhu harus selalu diperhitungkan Syarief dan Halid 1991. Ideal temperatur untuk penyimpanan produk kering adalah pada suhu 0-10 ˚C 32- 50 ˚F. Semakin rendah temperatur maka semakin panjang umur simpannya. Beberapa produk dapat disimpan beku pada -18 ˚C 0˚F untuk satu tahun dan kondisinya masih bagus ASEAN SCNCER 2003. Produk pangan akan mengalami perubahan mutu setelah disimpan selama selang waktu tertentu. Perubahan mutu produk pangan disebabkan oleh 3 faktor, yaitu : 1. Fisika, misal : RH, suhu, sinar matahari, thawing, refreezing 2. Kimia, misal : reaksi enzimatis, oksidasi 3. Mikrobiologi, misal : E. coli, Aspergillus. Clostridium, Salmonella Anonim 2009. III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kultur Bacillus thuringiensis subsp. aizawai Bta yang diperoleh dari IPB culture collection IPBCC. Substrat yang digunakan adalah ampas tahu dan limbah cair tahu yang diperoleh dari Industri Tahu Cibanteng. Kubis yang digunakan diperoleh dari pasar-pasar tradisional dan super market. Serta larva ulat Croccidolomia binotalis ulat kubis yang diperoleh dari Laboratorium Fisiologi dan Toksin Departemen Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, IPB. Mineral yang digunakan adalah MgSO 4 .7H 2 O, MnSO 4 . H 2 O, ZnSO 4 .7H 2 O, FeSO 4 .7H 2 O, CaCO 3 , dan urea. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisa adalah nutrien agar NA, nutrien broth NB, HCl, NaOH, CH 3 COOH, H 2 SO 4 pekat, fenol, garam fisiologis, etanol 95 , aqua destilata, prostiker, plastik metalized, dan spiritus.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi otoklaf, oven, lemari es, inkubator, rotary shaking incubator, neraca analitik, desikator, spektrofotometer, freeze dryer, loop inokulasi, tanur, dan alat-alat gelas lainnya seperti labu Erlenmeyer, fermentor labu kocok 500 ml, tabung reaksi, tabung ulir, pipet, bunsen, cawan petri, cawan porselin, dan gelas piala.

B. METODE PENELITIAN

1. Penelitian Pendahuluan

a. Analisa Bahan Baku

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui komposisi awal media yang digunakan, yaitu media sumber karbon dan nitrogen. Analisis media sumber karbon dan nitrogen meliputi analisa kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat, dan kadar substrat pati sisa. Prosedur lengkap analisa dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil analisis kimia ampas tahu dan limbah cair tahu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis kimia ampas tahu dan limbah cair tahu Komponen Kadar bobot bb Kadar Limbah ampas tahu Limbah cair tahu Urea Air 89.75 99.00 - Abu 5.20 0.43 - Protein 2.63 0.13 - Nitrogen N 0.42 0.02 46.67 Karbon C 5.64 0.27 20.00 Lemak 0.53 0.79 -