Tabel 4 Lanjutan
No. Peneliti dan Judul
Tujuan Penelitian Metode Penelitian
Hasil Penelitian
2.    Menganalisis  kelayakan  finansial usaha pembibitan itik
3.  Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi
perubahan variabel usaha itik Menurut  hasil  tersebut  secara  finansial  usaha
pembibitan  itik  tersebut  layak  dijalankan.  Analisis sensitivitas didapatkan hasil nilai kepekaan skenario I
dan skenario II terhadap harga pakan pur didapatkan kriteria
kelayakan skenario
II lebih
kecil dibandingkan nilai kriteria kelayakan pada skenario i.
Hasil  perbandingan  tersebut  menunjukan  skenario  II lebih peka atau sensitif terhadap perubahan baik dari
penurunan harga DOD maupun kenaikan biaya pakan pur.
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1  Kerangka Pemikiran Teoritis
Kegiatan  dalam  bidang  pertanian  memiliki  resiko  yang  cukup  besar.  Oleh karena  itu,  perlu  adanya  perencanaan  serta  pengkajian  yang  mendalam  dan
menyeluruh  mengenai  pemanfaatan  modal,  mengetahui  besarnya  manfaat  yang diperoleh dan besarnya biaya yang akan dikeluarkan agar resiko kerugian di masa
yang akan datang dapat diantisipasi dengan adanya studi analisis kelayakan usaha, yang  melihat  secara  menyeluruh  berbagai  aspek  mengenai  kemampuan  suatu
proyek dalam memberikan manfaat.
3.1.1 Konsep Usahatani
Ilmu  usahatani  merupakan  ilmu  yang  mempelajari  tentang  cara  petani mengelola input atau faktor-faktor produksi dengan efektif, efisien, dan kontinyu
untuk  menghasilkan  produksi  yang  tinggi  sehingga  pendapatan  usahataninya meningkat  Rahim  dan  Diah  2007.  Soekartawi  1986  mengemukakan  bahwa
tujuan  usahatani  dikategorikan  menjadi  dua  yaitu  dengan  memaksimumkan keuntungan  dan  meminimumkan  biaya.  Memaksimumkan  keuntungan  artinya
dapat  mengalokasikan  sumberdaya  dengan  jumlah  tertentu  untuk  memperoleh keuntungan  yang  maksimun,  sedangkan  meminimumkan  biaya  yaitu  menekan
biaya  produksi  sekecil-kecilnya  untuk  mencapai  tingkat  produksi  tertentu.  Pada analisis  usahatani,  data  yang  perlu  diketahui  adalah  data  tentang  penerimaan,
biaya, dan pendapatan. Penerimaan  usahatani  ialah  hasil  perkalian  antara  produksi  yang  diperoleh
dengan harga jual Soekartawi 1995. Dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = Y x Py ...............................................................................................1
Keterangan: TR  : Total penerimaan Rupiah
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Kilogram
Py : Harga Y Rupiah
Biaya  usahatani  merupakan  biaya  yang  harus  dikeluarkan  dalam  usahatani meliputi  biaya  tetap  fixed  cost  dan  biaya  variabel  variable  cost.  Menurut
Rahim  dan  Diah  2007,  biaya  tetap  fixed  cost  merupakan  biaya  yang dikeluarkan  dalam  usahatani  yang  besar-kecilnya  tidak  tergantung  dari  besar-
kecilnya output yang diperoleh, seperti pajak, sewa lahan, dan alat-alat pertanian. Sedangkan  biaya  tidak  tetap  variable  cost  merupakan  biaya  yang  dikeluarkan
untuk  usahatani  yang  besar-kecilnya  dipengaruhi  oleh  perolehan  output  seperti tenaga  kerja  dan  sarana  produksi  pertanian.  Penjumlahan  dari  kedua  biaya  ini
disebut biaya total produksi. Pendapatan  merupakan  selisih  antara  total  penerimaan  dengan  total
pengeluaran. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua  yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total Ridwan 2008. Pendapatan atas biaya
tunai  merupakan  biaya  yang  benar-benar  dikeluarkan  oleh  petani,  sedangkan pendapatan  atas  biaya  total  yaitu  semua  milik  keluarga  diperhitungkan  sebagai
biaya.  Pendapatan  secara  matematis  dapat  dirumuskan  sebagai  berikut  Ridwan 2008:
Π tunai = Tr – Bt Π total  = Tr – Bt + Bd ........................................................................... 2
Keterangan: Π
: Pendapatan Rupiah Tr
: Nilai Produksi Hasil kali jumlah fisik dengan harga Bt
: Biaya tunai Rupiah Bd
: Biaya yang diperhitungkan
3.1.2 Rasio Penerimaan dan Biaya RC Rasio
Kriteria  kelayakan  usahatani  dapat  diukur  menggunakan  analisis  imbangan penerimaan  dan  biaya  RC  rasio  yang  didasarkan  pada  perhitungan  secara
finansial selain menggunakan analisis kelayakan usaha seperti Net Present Value NPV,  Net  Benefit-Cost  Ratio  Net  BC,  Internal  Rate  of  Return  IRR,  dan
Payback  Period  PBP.  Analisis  RC  rasio  ini  merupakan  perbandingan  antara penerimaan  revenue  dengan  biaya  cost.  Secara  matematis  dapat  dirumuskan
sebagai berikut: RC Rasio =
....................................................
3 Jumlah  penerimaan  yang  dimaksud  adalah  seluruh  penerimaan  yang
diperoleh  petani  dalam  suatu    usahatani,  sedangkan  jumlah  biaya  merupakan seluruh  biaya  baik  biaya  tetap,  biaya  variabel,  biaya  investasi,  dan  biaya-biaya
lainnya  yang  dikeluarkan  petani  dalam  suatu  usahatani.  Analisis  RC
menunjukkan berapa rupiah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut Ridwan 2008.
Nilai RC yang semakin besar menunjukkan semakin besar pula penerimaan yang akan  diperoleh  dalam  usahatani  tersebut  untuk  setiap  rupiah  biaya  yang
dikeluarkan. Usahatani  dapat  dikatakan  layak  jika  memiliki  RC  rasio  lebih  besar  dari
satu,  artinya  setiap  tambahan  biaya  yang  dikeluarkan  dalam  usahatani  akan menghasilkan  tambahan  penerimaan  yang  lebih  besar  dari  tambahan  biaya
tersebut, dan dapat dikatakan usahatani tersebut menguntungkan. Usahatani dapat dikatakan tidak layak apabila memiliki nilai RC rasio lebih kecil dari satu, artinya
setiap  tambahan  biaya  yang  dikeluarkan  dalam  usahatani  akan  menghasilkan tambahan  penerimaan  yang  lebih  kecil  dari  tambahan  biaya  tersebut,  dan  dapat
dikatakan usahatani tersebut merugikan.
3.1.3 Rasio Biaya dan Manfaat BC Rasio
Analisis  mengenai  rasio  biaya  dan  manfaat  BC  rasio  merupakan perbandingan  ratio  antara  manfaat  benefit  dan  biaya  cost.  BC  rasio  pada
prinsipnya sama dengan RC rasio, yang membedakan disini adalah pada analisis BC rasio  yang dipertimbangkan adalah besarnya manfaat, sedangkan dalam RC
rasio  yang  dipertimbangkan  adalah  penerimaan.  Analisis  BC  rasio  dapat digunakan  untuk  memilih  dari  dua  usaha  yang  ada  atau  dapat  dinyatakan  dalam
bentuk sebagi berikut Ridwan 2008: BC ratio =
........................................................
4 Kriteria keputusan:
BC  1, usahatani untung tambahan manfaat lebih besar dari tambahan biaya BC  1, usahatani rugi tambahan biaya lebih besar dari tambahan manfaat
BC = 1, usahatani impas tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya
3.1.4 Studi Kelayakan Usaha
Studi  kelayakan  usaha  merupakan  suatu  kegiatan  yang  mempelajari  secara mendalam  tentang  suatu  usaha  atau  bisnis  yang  akan  dijalankan,  dalam  rangka
menentukan  layak  atau  tidaknya  usaha  tersebut  dijalankan.  Kelayakan  artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan
apakah  usaha  yang  sedang  atau  akan  dijalankan  akan  memberikan  manfaat  yang lebih  besar  dibandingkan  dengan  biaya  yang  dikeluarkan  sesuai  dengan  tujuan
yang diinginkan Meizi 2012. Menurut Kadariah et al 1978 dalam Meizi 2012, tujuan analisis kegiatan
usaha  adalah  :  1  untuk  menghindari  kerugian  yang  dicapai  dari  investasi  suatu usaha;  2  menghindari  pemborosan  sumberdaya  dengan  tidak  melakukan  usaha
apabila  tidak  menguntungkan;  3  mengadakan  penilaian  terhadap  peluang investasi  yang  ada,  sehingga  dapat  dipilih  alternatif  usaha  yang  paling
menguntungkan; dan 4 menentukan prioritas usaha. Penentuan  studi  kelayakan  aspek-aspek  yang  perlu  diteliti  dalam  studi
kelayakan  bisnis  meliputi  aspek  pasar,  aspek  teknis,  aspek  manajemen,  aspek hukum,  aspek  sosial  ekonomi,  aspek  lingkungan,  dan  aspek  finansial.  Aspek
tersebut  perlu  diperhatikan  karena  untuk  menentukan  bagaimana  manfaat  yang akan diperoleh dari suatu investasi tertentu dan harus dipertimbangkan pada setiap
tahap dalam perencanaan usaha dan siklus pelaksanaan.
3.1.5 Aspek Finansial
Analisis  mengenai  aspek  finansial  digunakan  untuk  mengkaji  jumlah  dana yang  dibutuhkan  untuk  membangun  dan  mengoperasikan  kegiatan  usaha.  Aspek
ini  memperhitungkan  penerimaan  yang  diperoleh  selama  suatu  usaha  berjalan. Data  yang  diperlukan  dalam  analisis  ini  antara  lain  biaya  investasi,  biaya
operasional yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan yang diperoleh  selama  umur  usaha.  Data-data  tersebut  diolah  menggunakan  analisis
kelayakan  bisnis  berupa  kriteria  investasi  seperti  Net  Present  Value  NPV,  Net Benefit-Cost Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period
PBP.  Dalam  berjalannya  usaha  terdapat  perubahan-perubahan  yang  mungkin terjadi selama bisnis berjalan yang dapat dianalisis dengan menggunakan analisis
sensitivitas dan analisis nilai pengganti Switching Value Analysis. Analisis  kelayakan  usaha  ditinjau  dari  aspek  penanaman  investasinya
sehingga  kelayakan  usaha  dapat  dilihat  dari  sisi  kelayakan  investasi.  Beberapa kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Net Present Value NPV
2. Net Benefit-Cost Ratio Net BC
3. Internal Rate of Return IRR
4. Payback Period PBP
3.1.6 Analisis Sensitivitas
Analisis  sensitivitas  digunakan  untuk  melihat  pengaruh  yang  akan  terjadi terhadap kelayakan usahatani apabila terdapat perubahan baik harga input maupun
harga output.
3.2  Kerangka Pemikiran Operasional
Pertumbuhan  penduduk  yang  terus  meningkat  menyebabkan  konsumsi bahan  pangan  khususnya  beras  meningkat.  Meningkatnya  jumlah  penduduk
tersebut  tidak  diikuti  meningkatnya  lahan  untuk  persawahan,  pemukiman,  dan industri.  Konversi  lahan  yang  terjadi  menyebabkan  lahan  pertanian  semakin
sempit  dikarenakan  kebutuhan  akan  pemukiman  dan  industri  yang  lebih  tinggi. Lahan pertanian yang semakin berkurang menyebabkan produkstivitas padi turun,
ditambah  lagi  lahan  persawahan  yang  setiap  tahunnya  terendam  banjir.  Banjir tahunan yang melanda beberapa daerah di Jawa Barat menyebabkan perlu adanya
solusi  baru  pemanfaatan  sawah  agar  dampak  kerugian  yang  ditimbulkan  banjir tidak  begitu  besar.  Solusi  dapat  berupa  pengelolaan  persawahan  atau  teknologi
baru pemanfaatan sawah yang terendam banjir. Kelompok  tani  di  Kecamatan  Padaherang,  Kabupaten  Pangandaran
menemukan ide baru pemanfaatan lahan persawahan yang terendam banjir dengan metode  sawah  apung.  Sawah  apung  adalah  sawah  yang  aktivitas  pertaniannya
dilakukan  di  atas  air.  Penerapan  teknologi  ini  cukup  sederhana,  yaitu  hanya dengan menggunakan rakit yang diberi sabut kelapa, jerami, dan tanah.
Penerapan  suatu  teknologi  dalam  pengelolaannya,  dibutuhkan  penelitian yang  mendalam  tentang  kelayakan  dari  usaha  sawah  apung  tersebut.  Kriteria
kelayakan  investasi  menggunakan  Net  Present  Value  NPV,  Internal  Rate  of Return  IRR,  Net  Benefit  Cost  Ratio  Net  BC,  Payback  Period  PBP,  dan
Analisis  Sensitivitas.    Jika  usaha  tersebut  layak  untuk  dijalankan  maka  sawah apung  dapat  menjadi  alternatif  kebijakan  bagi  pemerintah  untuk  memanfaatkan
lahan persawahan yang terendam banjir.
Gambar 2  Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Pertumbuhan penduduk terus meningkat, konsumsi pangan khususnya beras meningkat
Lahan pertanian semakin berkurang, pertumbuhan penduduk,
produktivitas padi turun Banjir di lahan persawahan setiap
tahunnya
Sawah apung Ide baru pemanfaatan
Gagal panen
Tidak layak Layak
Analisis deskriptif
Aspek Finansial : 
Analisis Kriteria Investasi NPV, IRR, Net BC, PBP, BEP
Unit 
Analisis Sensitivitas
Informasi dan rekomendasi
Pengelolaan
Perbandingan pendapatan dengan sawah
konvensional RC Ratio