Analisis Kelayakan Investasi Metode Pengolahan Data

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Wilayah Desa Ciganjeng

Desa Ciganjeng merupakan desa yang terletak di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran, memiliki luas wilayah 749,74 Ha dengan jumlah penduduk 3.895 jiwa dengan mayoritas petani. Desa Ciganjeng terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Babakansari, Dusun Cihideung, dan Dusun Pasar. Secara administratif batas wilayah Desa Ciganjeng adalah : Sebelah utara : Desa Sindangwangi, Kecamatan Padaherang Pangandaran Sebelah barat : Desa Bojongsari, Kecamatan Padaherang Pangandaran Sebelah selatan : Desa Tunnggilis, Kecamatan Kalipucang Pangandaran Sebelah timur : Desa Sukanegara, Kecamatan Kalipucang Pangandaran Sumber : Dokumentasi Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu Gambar 3 Peta Administratif Desa Ciganjeng Tahun 2013 Desa Ciganjeng merupakan desa yang sangat rawan terendam banjir setiap tahunnya, karena berbatasan langsung dengan tiga sungai besar yaitu Sungai Citanduy, Sungai Cirapuan, dan Sungai Ciseel. Luas lahan persawahan yang terendam banjir mencapai total 398 Ha dibagi menjadi zona merah yang artinya setiap tahun selalu terendam banjir dengan luasan 328 Ha dan zona kuning yang artinya tidak setiap tahun terendam banjir dengan luasan 70 Ha. Secara rinci peta resiko Desa Ciganjeng dapat dilihat pada Gambar 4. Sumber : Dokumentasi Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu Gambar 4 Peta Resiko Desa Ciganjeng Tahun 2013

5.2 Gambaran Umum Sawah Apung

Sawah apung terletak di Dusun Cihideung Desa Ciganjeng dengan luasan 100 bata atau 1400 m 2 , terdiri dari 96 rakit sebagai media tanam dengan ukuran 2x5 meter yang terbuat dari bambu bulat. Fungsi rakit adalah untuk menahan media tanam agar tidak tenggelam akibat ketinggian air baik akibat hembusan angin maupun ombak kecil. Media tanam menggunakan limbah jerami, limbah sabut kelapa dan dicampur dengan kompos organik. Secara umum sawah apung dapat dilihat di Gambar 5. Sumber : Dokumentasi Kelompok Tani Taruna Tani Mekar Bayu Gambar 5 Sawah Apung di Desa Ciganjeng Tahun 2013

5.2.1 Pengolahan Lahan

Lahan yang digunakan dalam pemanfaatan sawah apung merupakan lahan persawahan yang terendam banjir. Pengolahan media tanam berupa rakit dilakukan di darat. Proses pembuatan rakit menggunakan bambu dengan diameter minimal 7 cm dan memiliki panjang 5 m sebanyak 3 batang bambu untuk satu rakit. Media tanam menggunakan limbah jerami, limbah sabut kelapa, dan kompos organik. Jaring digunakan untuk menjaga media tanam agar tidak berserakan ketika penanaman berlangsung.

5.2.2 Metode Pananaman

Sawah apung di Desa Ciganjeng menggunakan metode tanam SRI System of Rice Intensification dengan bibit padi tunggal yang disemai secara dini 10 HSS Hari Sesudah Semai. Bibit yang digunakan merupakan bibit unggul yang sebelumnya telah diseleksi dengan menggunakan larutan garam. Bibit yang tenggelam dalam larutan garam tersebut yang dipilih karena memiliki kualitas yang baik.

5.2.3 Perawatan Sawah Apung

Perawatan berupa pemupukan pada sawah apung dilakukan dengan melihat perkembangan tanaman dan usia tanaman tersebut. Pada masa pertumbuhan vegetatif 0-60 hari tanaman padi membutuhkan pupuk yang mengandung Nitrogen N, dan Fosfor P sebanyak 5. Masa peralihan Vegetatif menuju Generatif 55-70 hari tanaman padi membutuhkan pupuk yang mengandung Fosfor P, dan pada masa Generatif 2 bulan terakhir tanaman padi membutuhkan pupuk yang mengandung Kalium K. Pupuk yang digunakan dalam sawah apung yaitu pupuk organik cair. Pemupukan yang efektif dengan cara disemprotkan langsung ke batang dan daun. Kelompok Taruna Tani Mekar Bayu dan Ikatan Petani Pengendali Hama Terpadu IPPHTI dalam penggunaan pupuk organik cair, pupuk kompos, dan obat-obatan berupa pestisida dilakukan secara mandiri membuat sendiri sehingga selain tanpa menggunakan bahan kimia juga menghemat biaya operasional untuk pupuk. Petani sawah apung menggunakan pestisida organik dan membagi pestisida menjadi tiga kategori yaitu Pestisida Insek serangga, Pestisida Fungisida penyakit, dan Pestisida Prodensida pengerat. 1. Pestisida Insek Serangga Bahan baku pembuatan pestisida insek yaitu daun sirsak, daun nangka, dan buah maja. Ketiga bahan tersebut dihaluskan dan ditambahkan air lalu di fermentasi selama tiga hari. Pestisida ini efektif untuk ulat, kutu kebul, belalang, dan lain-lain. 2. Pestisida Fungisida Penyakit Bahan baku pembuatan pestisida fungisida yaitu jahe, kencur, kunyit, dan rempah-rempah lainnya. Bahan tersebut dihaluskan dan ditambahkan air, lalu disimpan selama tiga hari. Pestisida ini efektif untuk membunuh jamur atau cendawan yang menyebabkan busuk akar, layu semai, bercak pada daun dan batang, dan lain-lain. 3. Pestisida Prodensida Pengerat Bahan baku pembuatan pestisida prodensida menggunakan urin, ubi galung dan keong yang telah mati. Dicacah dan dicampur dengan air lalu diamkan selama tiga hari. Penggunaan urin sebagai pestisida organik hanya bersifat mengusir hewan pengerat, sedangkan penggunaan pestisida organik dengan menggunakan ubi galung dan keong dapat membuat hewan pengerat menjadi mandul dan tidak dapat berkembang biak. Pestisida ini efektif untuk beberapa hewan pengerat seperti tikus, musang, dan lain-lain. Secara umum langkah-langkah dalam pengelolaan sawah apung dapat di lihat di Tabel 6. Tabel 6 Langkah-Langkah Pengelolaan Sawah Apung di Desa Ciganjeng No Langkah Langkah Deskripsi Gambar 1. Areal sawah yang akan digunakan sebagai tempat budidaya sawah apung harus dipastikan selama 1 musim minimal ketinggian air lebih dari 20 cm. 2. Siapkan media kompos organik yang dicampur dengan tanah dengan perbandingan 2 : 1. Organik yang telah diproses dengan dekomposer sejenis Micro Organisme Lokal MOL dan lain-lain.