Pengujian pada residu sanitizer yang digunakan khususnya klorin dilakukan dengan menggunakan metode tritrasi iodometri, dimana dari hasil analisis
menunjukkan bahwa dengan pembilasan dengan air menghasilkan residu klorin pada sayuran berada pada kisaran 1-2 ppm. Pengurangan kandungan klorin pada sayuran
segar disebabkan terjadinya proses pencucian oleh air pembilas, dimana kandungan klorin pada air pembilas adalah nol, sehingga dengan dilakukannya proses
pembilasan dengan air tersebut mengakibatkan terjadinya proses peluruhan senyawa klorin yang menempel pada saat perlakuan dengan larutan sanitizer pada sayuran
segar. Kandungan residu klorin yang ada di sayuran mengindikasikan bahwa residu klorin di bawah batas ambang yang ditetapkan. Menurut Fardiaz 1992, standar baku
air minum mensyaratkan bahwa kandungan klorin maksimal yang diperbolehkan 100 ppm, mengacu hal tersebut, maka dengan kandungan klorin 1-2 ppm maka dapat
dikatakan bahwa sayuran aman untuk di konsumsi. Baku mutu air minum disajikan pada Lampiran 12.
4.7. Analisis Biaya Produksi Sanitizer
Pengolahan sayuran segar di tingkat petani dengan tambahan perlakuan sanitasi pada sayuran segar sebelum dilakukan pengemasan tentunya memberikan
konsekuensi tambahan biaya atas penggunaan bahan kimia yang digunakan sebagai sanitizer
. Pemilihan senyawa kimia yang aman, murah dan tersedia dipasaran sebagai sanitizer
merupakan suatu pilihan yang diharapkan petani Tambahan biaya penggunaan sanitizer untuk peningkatkan keamanan pangan
khususnya sayuran segar di tingkat petani diharapkan tidak berdampak terlalu besar pada pendapatan petani, sehingga petani mau melakukan penambahan sanitizer dalam
proses pencucian terhadap sayuran segar sebelum dipasarkan. Perhitungan biaya sebagai akibat penggunaan bahan kimia asam asetat 2,75, natrium hipoklorit 77
ppm sebagai Sanitizer A dapat dilihat pada Tabel 24 perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12
Tabel 24. Analisis Biaya Produksi Sanitizer A Kebutuhan Bahan Kimia
No. Jumlah
Sanitizer liter
CH3COOH lt
Harga Rp
NaOCl lt
Harga Rp
Jumlah Rp
1 1 0,028
449 0,001 4
453 2
10 0,281
4 490 0,012
44 4 534
3 100
2,806 44 898
0,109 437
45 335 4
1000 28,061
448 980 1,093
4 371 453 350
Sedangkan jika komposisi sanitizer yang digunakan adalah asam asetat 2, natrium hipoklorit 100 ppm maka biaya untuk kebutuhan bahan kimia sebagai sanitizer
tampak pada Tabel 25 perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12 Tabel 25. Analisis Biaya Produksi Sanitizer B
Kebutuhan Bahan Kimia No.
Jumlah Sanitizer
liter CH3COOH
lt Harga
Rp NaOCl
lt Harga
Rp Jumlah
Rp 1
1 0,020
327 0,001
6 332
2 10
0,204 3 265
0,014 57
3 322 3
100 2,041
32 653 0,142
568 33 221
4 1000
20,408 326 531
1,419 5 676
332 207 Jika kemampuan larutan Sanitizer A 100 liter mampu mencuci 500 kg sayuran
segar maka tambahan biaya yang dikenakan sebagai biaya operasional sebesar Rp 91. sedangkan jika menggunakan Sanitizer B tambahan biaya yang dikenakan sebesar Rp
66. Kemampuan larutan sanitizer untuk mencuci sayuran segar menentukan
tambahan biaya yang dikenakan pada sayuran segar. Semakin besar kemampuan mencuci sayuran maka biaya yang dikenakan akan semakin rendah. Pengenaan
tambahan biaya pada sayuran akan berakibat langsung pada pengurangan keuntungan dari sayuran tersebut. Untuk sayuran dengan nilai ekonomis tinggi misalnya jenis
sayuran asparagus, kentang bit, brokoli, tambahan biaya antara Rp 91 sampai Rp 66
tidak menjadi persoalan yang krusial tapi untuk sayuran dengan nilai ekonomis rendah misalnya daun singkong, kangkung, tambahan biaya sebesar itu merupakan
hal yang sangat krusial dan dapat mengurangi keuntungan dari sayuran tersebut, bahkan bisa meningkatkan harga pokok penjualan untuk mencapai titik impas yang
pada akhirnya harga sayuran akan tinggi dan kemungkinan tidak laku, hal ini pada nantinya merupakan sebuah permasalahan yang harus dipecahkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan