Efektifitas Sanitizer dalam Penurunan Residu Insektisida

pada pengaruh waktu kontak dengan asam asetat sebagai sanitizer terhadap inaktivasi Salmonella dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Plot Interaksi Asam Asetat dengan Waktu Kontak terhadap Inaktivasi Salmonella

4.5. Efektifitas Sanitizer dalam Penurunan Residu Insektisida

Penggunaan insektisida Curacron berbahan aktif profenofos oleh petani secara umum pada kedua lokasi penelitian, merupakan dasar pemilihan insektisida berbahan aktif profenofos untuk pengujian efektifitas pengurangan residu insektisida oleh sanitizer yang dicobakan. Profenofos merupakan salah satu jenis bahan aktif insektisida dari golongan organophospat. Nama kimia profenofos adalah O-4-bromo- 2-chlorophenyl O-ethyl S-propyl phosphorothioate C 11 H 15 BrClO 3 PS dengan struktur bangun seperti tampak pada Gambar 15 Gambar 15. Struktur Bangun Profenofos tingkat kelarutan dari profenofos 28 mgL pada suhu 25 dengan warna cairan kuning pucat, tingkat toksisitas sebesar LD 50 untuk tikus 358 mgkg dan 700 mgkg untuk kelinci Tomlin, 1998. Pengurangan residu profenofos pada sayuran yang dicobakan, salah satunya disebabkan oleh proses hidrolisis yang terjadi pada zat aktif profenofos. Selama proses perendaman pada larutan sanitizer kombinasi antara asam asetat dan natrium hipoklorit akan terjadi proses hidrolisis yang disebabkan adanya ion H + hasil disosiasi sanitizer dalam air, yang akan berikatan dengan gugus siklik membentuk 4- bromo chlorophenol. Proses ini dianalogkan dengan proses hidrolisis yang telah dilaporkan oleh Noblet et al. 1996 yang menerangkan proses terjadinya hidrolisis pada diazinon menjadi 2 isopropyl-4-methyl-6-hydroxypyrimidine, methylparathion menjadi 4-nitrophenol dan chlorpyrifos terhidrolisis menjadi 3,5,6- trichlorophyridinol. Hal yang sama juga diterangkan oleh Hassal 1982 pada hidrolisis phorate seperti pada Gambar 16. Hidrolisis Oksidasi Gambar 16. Mekanisme Hidrolisis dan Oksidasi terhadap Phorate Proses hidrolisis yang terjadi pada profenofos sangat dipengaruhi oleh pH lingkungan, McEwen dan Sthepheson 1979 menjelaskan bahwa proses hidrolisis pestisida di pengaruhi oleh pH, jenis jenis tertentu akan lebih cepat terhidrolisis pada pH asam seperti diazinon, sedangkan jenis-jenis yang lain lebih cepat terhidrolisis pada pH alkali. Jenis tertentu senyawa aktif insektisida akan terhidrolisis pada pH alkali seperti Coumaphos dan parathion Tarumingkeng, 1992. Proses hidrolisis pada profenofos akibat adanya sanitizer menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, dari kombinasi perlakuan yang dicobakan menunjukkan tingkat penurunan yang tidak signifikan baik oleh asam asetat dan natrium hipoklorit yang berdiri sendiri sebagai Sanitizer maupun kombinasi antar keduanya. Hal ini disebabkan pH lingkungan yang dibentuk akibat kombinasi sanitizer ini berada pada pH asam, sehingga proses hidrolisis berjalan lambat, profenofos memiliki sifat relatif stabil pada kondisi asam. Pengujian terhadap respon pengurangan residu insektisida, memberikan persamaan permukaan respon sebagai berikut: Y= 0,0703 – 0,0552CH 3 + 0,000190Na + 0,00767T + 0,0089CH 3 2 + 0,000069 CH 3 Na + 0,0002 CH 3 T – 0,000106NaT Keterangan : Y = Respon terhadap pengurangan residu pestisida CH 3 = Konsentrasi Asam Asetat Na = Konsentrasi Natrium Hipoklorit T = Waktu Persamaan model di atas memberikan informasi bahwa dengan peningkatan konsentrasi natrium hipoklorit memberikan pengaruh yang positif terhadap pengurangan residu insektisida profenofos. Waktu kontak juga memberikan respon yang positif dalam proses pengurangan residu insektisida profenofos. Namun faktor asam asetat memberikan pengaruh yang negatif terhadap pengurangan residu insektisida profenofos. Pengaruh kombinasi antara asam asetat dengan natrium hipoklorit memberikan efek positif terhadap pengurangan residu insektisida profenofos. Analisis keragaman pengaruh pengurangan kandungan residu insektisida profenofos menunjukkan nilai koefisien korelasi berganda R sebesar 0,8942 menunjukkan relatif tingginya korelasi antara nilai-nilai observasi dan nilai dugaan. Koefisien determinasi R 2 sebesar 80, menunjukkan kesesuaian model dimana hanya sekitar 20 dari total keragaman yang tidak terjelaskan oleh model. Analisis keragaman pengaruh pengurangan kandungan residu insektisida profenofos ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20. Analisis Keragaman Pengurangan Residu Insektisida Profenofos Sumber Keragaman dB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr F Total Model 7 0,002696 0,7997 1,71 0,3559 Linier 3 0,001518 0,4504 2,25 0,2614 Kuadratik 1 0,000173 0,0515 0,77 0,4446 Interaksi 3 0,001004 0,2978 1,71 0,3559 galat 3 0,000675 0,000225 Uji penyimpangan model Lack of Fit menunjukkan penyimpangan model tidak nyata dengan nilai α0,05 yaitu sebesar 0,0529. hasil pengujian penyimpangan model ditunjukkan pada Tabel 21. Tabel 21. Analisis Keragaman Galat Inaktivasi E. coli Sumber Keragaman dB Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung Pr F Lack of Fit 1 0,000606 0,000606 17,42 0,0529 Galat Murni 2 0,000070 0,000035 Galat Total 3 0,000675 0,000225 Hasil uji kenormalan galat model menggunakan Kolmogorov-Smimov Normality Test menunjukkan bahwa galat model telah terdistribusi secara normal dan saling bebas dengan keragaman relatif homogen dengan nilai P 0,15. Plot hasil uji kenormalan tampak pada Gambar 17. Hasil analisis keragaman proses pengurangan residu pestisida profenofos selengkapnya disajikan pada Lampiran 8. keluaran SAS Versi 8; PROC.:Rsreg Approximate P-Value 0.15 D+: 0.105 D-: 0.100 D : 0.105 Kolmogorov-Smirnov Normality Test N: 11 StDev: 1.48296 Average: -0.0000000 1 -1 .999 .99 .95 .80 .50 .20 .05 .01 .001 P robabil ity Galat Plot Probabilitas Normal Gambar 17. Plot Probabilitas Normal Pengurangan Residu Insektisida Profenofos Pengaruh interaksi terhadap respon ketiga faktor yang dilakukan terlihat pada Gambar 18 dengan plot interaksi pengaruh asam asetat yang dikombinasikan dengan natrium hipoklorit sebagai sanitizer terhadap pengurangan residu insektisida profenofos plot interaksi antar faktor selengkapnya disajikan pada Lampiran 9. Plot interaksi pengaruh natrium hipoklorit yang dikombinasikan dengan waktu kontak terhadap pengurangan residu insektisida profenofos dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 18. Plot Interaksi Asam Asetat dengan Natrium Hipoklorit terhadap Pengurangan Residu Insektisida Gambar 19. Plot Interaksi Natrium Hipoklorit dengan Waktu Kontak terhadap Pengurangan Residu Insektisida Perlakuan sanitizer kombinasi asam asetat dengan natrium hipoklorit dengan berbagai komposisi konsentrasi menghasilkan tingkat pengurangan residu profenofos sangat rendah yaitu berkisar1,2 sampai 13,2 dengan tingkat penurunan residu pestisida pada pusat perlakuan konsentrasi asam asetat 2, konsentrasi natrium hipoklorit 100 ppm dengan waktu kontak 4 menit rata-rata sebesar 1,8. Hasil pengujian pengurangan kandungan residu pestisida profenofos pada tomat dengan menggunakan Cromatography Gas Shimadzu Model GC-4CM dengan menggunakan detektor 63 Ni ECD dengan kolom OV 17 disajikan pada Lampiran 10. Persamaan model statistik yang didapatkan menunjukkan komposisi optimal untuk mengurangi kandungan residu pestisida profenofos yang dicobakan adalah pada konsentrasi asam asetat 2,75, natrium hipoklorit 77,25 ppm dengan waktu kontak 3,5 menit, komposisi ini mampu mengurangi kandungan residu insektisida profenofos sebesar 0,015 ppm. Tingkat rata-rata penurunan residu profenofos sebesar 5,3, jika dibanding dengan penurunan residu diazinon pada penelitian Setianingsih 1990 sekitar 55 maka nilai tersebut sangatlah kecil, hal ini disebabkan karena tingkat kelarutan jenis pestisida yang berbeda. Tingkat kelarutan profenofos di air kecil yaitu 28 mgL sedangkan tingkat kelarutan diazinon sebesar 60 mgL, dengan tingkat kelarutan yang kecil menyebabkan pengurangan residu profenofos pada sayuran yang dicobakan cukup kecil. Tingkat pengurangan residu profenofos terhadap sayuran yang dicobakan lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kelarutan dari profenofos. Menurut Mc Ewen dan Stephenson 1979 tingkat kelarutan bahan aktif pestisida sangat berpengaruh terhadap pengurangan residu pestisida yang disebabkan proses pencucian. Penelitian Noblet 1996 membandingkan tingkat kelarutan diazinon, methylparathion dan chlorphyrifos dengan proses hidrolisis, diazinon yang mempunyai tingkat kelarutan paling tinggi 60 mgL dibanding methylparathion 2,6 mgL dan chlorphyrifos 1,4 mgL memperlihatkan tingkat hidrolisis diazinon juga paling tinggi dibanding methylparathion dan chlorphyrifos.

4.6. Aplikasi Sanitizer