Aplikasi Sanitizer TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sayuran dan Mikrobiologi Sayuran

2.7. Aplikasi Sanitizer

Sanitizer dapat diaplikasikan dengan cara sirkulasi, perendaman, penggunaan sikat, fogging pembentukan kabut, dan penyemprotan. Sirkulasi sanitiser dapat dilakukan dengan memompakan larutan sanitasi ke dalam wadah. Alat-alat kecil dan alat-alat makan dan minum disanitasi dengan perendaman selama paling sedikit 2 menit, kemudian ditiriskan. Wadah-wadah yang besar dan terbuka, sanitasinya paling baik dilakukan dengan dibantu sikat. Wadah-wadah tertutup seperti tanki susu, efektif dengan fogging. Untuk tujuan ini kekuatan larutan sanitiser umumnya harus dua kali penggunaan biasa. Demikian pula apabila sanitizer diaplikasikan dengan penyemprotan pada permukaan-permukaan yang luas dan terbuka, kekuatan larutan harus dua kali penggunaan biasa. Jenie, 1988 Penelitian Wulandari 2004 menunjukkan bahwa aplikasi sanitizer dengan cara perendaman lebih efektif dibandingkan dengan penyemprotan untuk mengurangi kandungan Salmonella pada tauge segar dalam percobaan yang dilakukan. Tabel 9. Hasil Penurunan Jumlah Salmonella dengan Cara Pencucian dan Berbagai Waktu Kontak pada Tauge Segar Penurunan Jumlah Perlakuan Salmonella Log CFUg Kontrol - Bilas Air 1,52 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 perendaman 2 menit 3,15 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 perendaman 5 menit 2,97 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 penyemprotan 2 menit 2,25 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 penyemprotan 5 menit 2,27 Efektifitas teknik aplikasi sanitizer juga dilakukan oleh Marlis 2004 dengan membandingkan teknik aplikasi perendaman dengan penyemprotan untuk mengurangi kandungan Salmonella pada selada segar, dalam percobaan menunjukkan bahwa teknik aplikasi sanitizer dengan perendaman lebih besar kemampuannya dalam mengurangi Salmonella jika dibandingkan dengan penyemprotan. Tabel 10. Hasil Penurunan Jumlah Salmonella dengan Cara Pencucian dan Berbagai Waktu Kontak Pada Selada Segar Penurunan Jumlah Perlakuan Salmonella Log CFUg Kontrol - Bilas Air 1,04 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 perendaman 2 menit 3,17 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 perendaman 5 menit 2,94 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 penyemprotan 2 menit 1,12 H 2 O 2 5+ Asam Asetat 3 penyemprotan 5 menit 2,14

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Sayuran sebagai salah satu komoditas hortikultura yang cukup potensial ternyata masih mempunyai kendala berupa rendahnya mutu dan keamanan pangan produk sayuran segar, seperti tingginya residu pestisida dan mikroba patogen. Kendala ini cukup rumit untuk dipecahkan karena melibatkan berbagai pihak dalam rantai produksi sayuran sampai ke tangan konsumen. Residu pestisida diakibatkan karena penggunaan pestisida khususnya jenis insektisida yang berlebihan selama budidaya tanaman oleh petani, sedangkan kontaminasi oleh mikroba patogen disebabkan karena penanganan pasca panen yang kurang tepat. Kedua hal tersebut menyebabkan sayuran segar kurang aman untuk dikonsumsi. Kondisi komoditas sayuran segar dengan berbagai kontaminan yang tinggi menimbulkan pemikiran mengenai bagaimana cara menurunkan jumlah kontaminasi mikroba patogen maupun residu pestisida khususnya jenis insektisida pada sayuran segar. Salah satu cara adalah dengan penggunaan sanitizer yang cocok dan aplikasi perendaman untuk mengurangi kandungan kontaminan mikroba patogen sekaligus mengurangi residu pestisida khususnya jenis insektisida yang ada di sayuran segar. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa sanitizer yang berasal dari hipoklorit, asam peroksiasetat menunjukkan efektifitas yang cukup tinggi dalam membunuh mikroba, namun demikian belum ada laporan mengenai pengaruh efektifitas kedua sanitizer tersebut terhadap pengurangan residu pestisida khususnya jenis insektisida. Penggunaan natrium hipoklorit sebagai sanitizer mempunyai beberapa keunggulan, antara lain daya bakterisidalnya tinggi, harganya cukup murah dan banyak tersedia dipasaran, selain itu penggunaannya di industri sayuran segar telah banyak dilakukan. Industri tomat segar di California, telah menggunakan larutan natrium hipoklorit dengan dosis 100 sampai 150 ppm dalam mencuci tomat segar sebelum dilakukan pengepakan untuk mengurangi kandungan mikroba patogen yang menempel pada tomat www.tomatto.org. Industri pengolahan kedelai edamame beku melakukan pencucian dengan menggunakan natrium hipoklorit dengan dosis