berasal tanaman-tanaman tersebut Milligan et al. 1999. Fitoestrogen terbukti dapat meningkatkan kejadian kanker payudara seperti efek pemberian
diethylstilbestrol DES pada mencit perinatal yang menyebabkan tumor mamari Whitten Patisaul 2001; Mercola Droege 2004. North dan Golding 2000
menyatakan bahwa bayi laki-laki yang lahir dari ibu hamil vegetarian mengalami hypospadias sebuah gangguan diferensiasi seksual jantan akibat paparan
fitoestrogen yang lebih besar dibandingkan ibu hamil bukan vegetarian. Tempe merupakan produk makanan asli Indonesia turunan kedelai yang
mengandung fitoestrogen. Sebanyak 50 dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe Astawan 2009. National Center for
Complementary and Alternative Medicine 2010 menyatakan bahwa
mengonsumsi berlebih produk makanan kedelai dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan seperti pembentukan kanker payudara dan kanker uterus
karena diduga fitoestrogen yang terkandung dapat mengganggu fisiologi hormonal. Kondisi hormonal induk yang sedang bunting atau laktasi sangat terkait
dengan jenis makanan yang dikonsumsi dan memiliki peranan penting dalam perkembangan tingkah laku dan fungsi reproduksi anak. Dampak positif dan
dampak negatif yang timbul dari konsumsi fitoestrogen tempe oleh individu bunting dan laktasi terhadap reproduksi anak betina masih membutuhkan kajian
lebih dalam, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh pemberian fitoestrogen tempe pada betina bunting dan betina laktasi terhadap fungsi
reproduksi anak betina.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian fitoestrogen pada betina bunting dan betina laktasi terhadap perkembangan fungsi reproduksi
anak betina tikus Sprague Dawley.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengaruh pemberian fitoestrogen pada betina bunting dan betina laktasi terhadap perkembangan fungsi
reproduksi anak betina tikus Sprague Dawley.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tempe
Tempe dibuat dari biji kedelai yang difermentasi dengan bantuan ragi Boga 2005. Ragi yang terdapat dalam pembuatan tempe adalah Rhyzopus oligosporus,
Rhyzopus oryzae, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus chlamdosporus, dan Rhyzopus
arrhizus . Rhyzopus oligosporus lebih banyak mensintesis enzim pemecah protein
protease dan Rhyzopus oryzae lebih banyak mensintesis enzim pemecah pati alfa amilase selama proses fermentasi. Kedua jenis ragi tersebut digunakan
dalam pembuatan tempe dengan kadar Rhyzopus oligosporus lebih banyak atau dengan perbandingan 1:2 Sarwono 2010. Standar Nasional Indonesia atau SNI
2009 menyatakan bahwa tempe merupakan produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan ragi Rhizopus sp., berbentuk padatan
kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan, dan berbau khas tempe. Tempe adalah makan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia Sugiarto et al. 2002. Tempe biasa diolah menjadi tempe goreng, keripik tempe, dan tempe bacem. Beberapa negara telah mengembangkan inovasi
produk olahan tempe seperti pengalengan tempe, sosis tempe, nugget tempe, dan lain-lain Santoso 2005. Tempe telah merambah ke lima benua. Tempe mulai
popular di Eropa pada tahun 1946 melalui negeri Belanda. Perusahaan tempe pada tahun 1984 di Eropa tercatat sebanyak 18 perusahaan, Amerika sebanyak 53
perusahaan, dan Jepang sebanyak 8 perusahaan. Tempe juga sudah mulai dikenal di beberapa negara lain, seperti Cina, India, Taiwan, Srilanka, Kanada, Australia,
Amerika Latin, dan Afrika walaupun masih dalam kalangan terbatas. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai
terbesar di Asia. Sebanyak 50 kedelai Indonesia dikonsumsi dalam bentuk tempe, 40 dalam bentuk tahu, dan 10 dalam bentuk produk lain seperti tauco,
kecap, dll. Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6.45 kg. Penduduk Indonesia yang cukup banyak mengonsumsi
tempe adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, dan DKI Jakarta Astawan 2009.
Tempe memiliki komposisi dan nilai gizi yang lebih besar daripada kedelai. Kandungan komposisi zat gizi tempe rata-rata dalam 100 gram adalah 149 kalori,
terdiri dari 64 air, 18.3 protein, 4 lemak, 12.7 karbohidrat, 0.129 kalsium, 0.154 fosfor, dan 0.01 zat besi Santoso 2005. Perbandingan
komposisi dan nilai gizi kedelai dan tempe dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1 Komposisi dan nilai gizi kedelai dan tempe per 100 gram
Faktor Mutu Gizi Kedelai Rebus
Tempe Padatan terlarut
14 34
Nitrogen terlarut 6.5
39 Asam amino bebas
0.5 7.3-12
Asam lemak bebas 0.5
21 Nilai cerna
75 83
Nilai efisiensi protein 1.6
2.1 Skor kimia
75 78
Astawan 2009
Ragi tempe menghasilkan enzim-enzim perncernaan seperti amilase, lipase, dan protease. Enzim-enzim pencernaan tersebut mempermudah karbohidrat,
lemak, dan protein untuk dicerna di dalam tubuh Astawan 2009. Protein kedelai dipecah menjadi asam amino dan peptida yang lebih kecil serta larut dalam air
selama proses fermentasi tempe. Hal ini menjadikan tempe sebagai pangan sumber protein nabati esensial. Kandungan beberapa asam amino dalam tempe
kedelai dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Komposisi asam amino tempe kedelai
Nama Asam Amino Kadar mgg nitrogen total
Isoleusin 333 Leusin 529
Lisin 370 Metionin 71
Sistin
100 Fenilalanin 305
Treonin 245 Triptofan 77
Valin 332 Arginin 407
Histidin 169 Alanin 283
Asam Aspartat
715 Asam Glutamat
987 Glisin 266
Prolin 308 Serin
271 Santoso 2008
Fermentasi kedelai selama 48 jam akan meningkatkan jumlah asam lemak
bebas dari 1 dalam kedelai menjadi 30 setelah menjadi tempe Santoso 2005.
Asam lemak yang dominan pada tempe adalah asam lemak tidak jenuh yaitu sekitar 80 dari total asam lemak. Asam lemak tidak jenuh tersebut bersifat
esensial yang berarti tidak disintesa dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Asam lemak tidak jenuh esensial dominan yang terdapat dalam tempe
adalah asam linoleat, asam oleat, dan asam linolenat Utari 2011. Asam lemak tidak jenuh mempunyai efek penurunan kandungan kolesterol dalam serum
sehingga dapat menetralkan efek negatif sterol tubuh Santoso 2005; Astawan 2009.
Tempe memiliki enzim fitase yang dihasilkan oleh ragi untuk menghidrolisa asam fitat asam pengikat beberapa mineral menjadi fosfor bebas dan inositol
Santoso 2005; Astawan 2009. Asam fitat yang terurai menjadikan mineral- mineral tertentu seperti besi, kalsium, magnesium, seng menjadi lebih tersedia
untuk dimanfaatkan tubuh. Jumlah mineral zat besi, tembaga, dan seng berturut- turut adalah 9.39, 2.87, dan 8.05 mg dalam setiap 100 gram tempe. Jumlah
kalsium dan fosfor dalam 100 gram bahan kering tempe berturut-turut adalah 347 dan 724 mg Astawan 2009.
Dua kelompok vitamin yang terdapat dalam tempe adalah vitamin larut air vitamin B kompleks dan vitamin larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Tempe
merupakan sumber vitamin B yang sangat potensial. Jenis vitamin yang terkandung dalam tempe adalah vitamin B
1
thiamin, vitamin B
2
riboflavin, asam pantotenat, asam nikotinat niasin, vitamin B
6
piridoksin, dan vitamin B
12
sianokobalamin. Selama fermentasi, vitamin B
12
jumlahnya meningkat sampai 33 kali, riboflavin meningkat 8-47 kali, piridoksin meningkat 4-14 kali, niasin
meningkat 2-5 kali, biotin meningkat 2-3 kali, asam folat meningkat 4-5 kali, dan asam pantotenat meningkat 2 kali. Keberadaan vitamin B
12
dalam tempe adalah sangat istimewa karena vitamin B
12
umumnya terdapat pada produk-produk hewani dan tidak dijumpai pada makanan nabati sayuran, buah-buahan, dan biji-
bijian. Kenaikan jumlah vitamin B
12
merupakan kenaikan yang paling mencolok pada pembuatan tempe sehingga tempe menjadi satu-satunya sumber vitamin B
12
yang potensial dari bahan pangan nabati. Kadar vitamin B
12
dalam tempe berkisar
antara 1.5 sampai 6.3 mikrogram per 100 gram tempe kering. Jumlah ini telah dapat mencukupi kebutuhan vitamin B
12
satu orang per hari. Vitamin B
12
sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel darah merah karena kekurangan vitamin ini
akan mengakibatkan terjadinya anemia pernisiosa Astawan 2009. Tempe mengandung zat antioksidan yang dibutuhkan tubuh untuk
menghentikan pembentukan radikal bebas. Radikal bebas berpotensi untuk memicu timbulnya kanker. Antioksidan berfungsi untuk mengikat radikal bebas
tersebut sehingga efek negatif radikal bebas dapat dicegah. Antioksidan yang telah diidentifikasi dalam tempe dikenal dengan nama antioksidan faktor II 6.7.4-
trihidroksi isoflavon serta isoflavon daidzein dan genestein Santoso 2005; Astawan 2009. Antioksidan 6.7.4-trihidroksi isoflavon mempunyai sifat
antioksidan paling kuat. Isoflavon tempe terbukti dapat mencegah kanker prostat dan kanker payudara berdasarkan penelitian yang dilakukan di Universitas North
Carolina Amerika Serikat Astawan 2009. Kandungan total isoflavon dalam tempe dapat dilihat dalam Tabel 3.
Tabel 3 Kandungan isoflavon tempe mg dalam 100 gram bahan
Jenis Tempe Nutrisi
Rata-rata Standar Deviasi
Minimal Maksimal
Tempe Daidzein 17.59 3.13
4.67 27.30
Genistein 24.85 5.47 1.11
39.77 Glycitein 2.10 0.67
0.90 3.20
Total Isoflavon 45.32
8.34 6.88
62.50 Burger Tempe
Daidzein 6.40 6.40
6.40 Genistein 19.60
19.60 19.60
Glycitein 3.00 3.00
3.00 Total Isoflavon
53.00 53.00
53.00 Tempe yang
Dimasak Daidzein 19.25
19.25 19.25
Genistein 31.55 31.55
31.55 Glycitein 2.20
2.20 2.20
Total Isoflavon 53.00
53.00 53.00
USDA 1999
2.2 Fitoestrogen