Sel-sel folikel yang masih tetap berada di ovarium setelah ovulasi, akan berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan endokrin yang mensekresikan
hormon betina mengeluarkan progesteron dan sedikit estrogen selama fase luteal dalam siklus ovarium. Progesteron yang disekresikan akan menghambat sekresi
FSH dan LH sehingga kadar kedua hormon tersebut menurun selama fase luteal. Kadar progesteron dan estrogen akan menurun tajam saat korpus luteum
berdegenerasi sehingga pengaruh inhibitorik terhadap sekresi FSH dan LH akan hilang. Kadar kedua hormon ini akan kembali meningkat dan merangsang
berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan berulangnya fase folikular. Fase-fase uterus juga terjadi bersamaan dengan fase folikular dan fase luteal
selama siklus dan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium terhadap uterus. Estrogen yang disekresikan saat fase folikular juga akan digunakan untuk
proliferasi sel-sel pada uterus sehingga pada awal fase folikular uterus memiliki lapisan endometrium yang kaya pembuluh darah. Akhir fase folikular dengan
kadar estrogen yang meningkat akan semakin menyebabkan penebalan endometrium fase proliferasi uterus. Progesteron dari korpus luteum setelah
ovulasi akan menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk
implantasi fase sekretorik atau pregestasional uterus Sherwood 2001; Campbell et al.
2004.
2.4.4 Pengaruh Hormon Reproduksi terhadap Kebuntingan dan
Laktasi
Hormon-hormon yang diproduksi selama kebuntingan selain dipergunakan untuk kebutuhan tumbuh kembangnya fetus juga dipergunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fetus. Estrogen berperan dalam perkembangan kelenjar mamari sebagai antisipasi laktasi
dan merangsang pertumbuhan miometrium selama masa kebuntingan, serta meningkatkan kekuatan uterus untuk kelahiran. Progesteron selama masa
kebuntingan berperan menekan kontraksi uterus agar lingkungan fetus tenang, mendorong pembentukan sumbat mukus di serviks untuk mencegah kontaminasi
uterus, dan membantu mempersiapkan kelenjar mamari untuk laktasi Marks et al. 2000; Sherwood 2001.
Air susu yang diproduksi oleh kelenjar mamari merupakan zat esensial bagi keberlangsungan hidup tikus neonatus. Kelenjar mamari akan dipersiapkan untuk
laktasi selama masa gestasi. Kelenjar mamari membentuk struktur dan fungsi kelenjar internal yang penting untuk menghasilkan susu di bawah pengaruh
hormon-hormon yang terdapat selama kebuntingan. Kelenjar mamari terdiri dari jaringan duktus yang secara progresif mengecil dan bercabang dari puting mamae
dan berakhir di lobulus-lobulus. Setiap lobulus terdiri dari sekelompok alveolus berlapis epitel yang membentuk kelenjar penghasil susu. Susu disintesis oleh sel
epitel, disekresikan ke dalam lumen alveolus dan mengalir melalui duktus pengumpul susu ke permukaan puting mamae. Konsentrasi estrogen yang tinggi
selama kehamilan akan menyebabkan perkembangan duktus yang ekstensif dan kadar progesteron yang tinggi akan merangsang pembentukan lobules alveolus.
Peningkatan konsentrasi prolaktin suatu hormon hipofisis anterior yang dirangsang oleh peningkatan kadar estrogen akan menginduksi pembentukan
enzim-enzim yang diperlukan untuk menghasilkan susu. Keberlangsungan laktasi setelah persalinan akan dipertahankan oleh prolaktin yang bekerja pada epitel
alveolus untuk mensekresikan susu dan oksitosin yang menyebabkan penyemprotan susu. Pengeluaran hormon tersebut dirangsang oleh refleks
neuroendokrin yang dipicu oleh rangsangan isapan pada puting mamae Sherwood 2001.
2.4.5 Organogenesis