menghasilkan susu Marks et al. 2000; Sherwood 2001. Progesteron bersama- sama dengan estrogen akan lebih memperkaya lingkungan mikro uterus.
2.4.3 Mekanisme Hormonal Reproduksi Betina
Proses reproduksi hewan betina dimulai saat hewan mencapai usia dewasa kelamin. Tikus betina mencapai usia dewasa kelamin pada umur 6-8 minggu
Hrapkiewicz Medina 1998. Tikus betina sudah dapat memulai aktivitas reproduksinya yang diawali dengan terjadinya vaginal opening dan terjadinya
siklus berahi yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Mekanisme siklus berahi juga menyebabkan pergantian fase-fase yang terjadi di dalam ovarium
yaitu fase folikular yang berlangsung saat proestrus dan estrus serta fase luteal yang berlangsung saat metestrus dan diestrus Campbell et al. 2004.
Fungsi ovarium secara langsung diatur oleh hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior yaitu FSH dan LH. Kedua hormon ini diatur oleh Gonadotropin-
Releasing Hormone GnRH hipotalamus yang sekresinya ekspulsif dan memiliki
mekanisme umpan balik. FSH dan LH memiliki target organ ovarium. Ovarium berada dalam fase folikular dan fase luteal secara bergantian setelah pubertas
karena adanya pengaruh Follicle-Stimulating Hormone FSH dan Luteinizing Hormone
LH. Fase folikular didominasi oleh adanya folikel matang yang aktif mensekresi estrogen dan fase luteal ditandai dengan adanya korpus luteum yang
aktif mensekresi progesteron Campbell et al. 2004. Folikel-folikel primer dalam ovarium mulai tumbuh setiap saat sepanjang
siklus selama fase folikular dan lingkungan hormonal yang tepat akan mendorong pematangan folikel. FSH adalah hormon yang merangsang pertumbuhan dan
pematangan folikel. Tidak semua folikel berkembang dan menjadi folikel yang matangdominan. Folikel-folikel yang tidak berkembang dan tidak mendapat
bantuan hormon akan mengalami atresia. Folikel-folikel yang berkembang akan memproduksi estrogen. Pengeluaran estrogen yang mencapai puncak dan
konsentrasinya yang tinggi akan memicu lonjakan sekresi LH. Lonjakan sekresi LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang sehingga sekresi estrogen
menurun setelah ovulasi Sherwood 2001; Campbell et al. 2004.
Sel-sel folikel yang masih tetap berada di ovarium setelah ovulasi, akan berkembang menjadi korpus luteum, yaitu jaringan endokrin yang mensekresikan
hormon betina mengeluarkan progesteron dan sedikit estrogen selama fase luteal dalam siklus ovarium. Progesteron yang disekresikan akan menghambat sekresi
FSH dan LH sehingga kadar kedua hormon tersebut menurun selama fase luteal. Kadar progesteron dan estrogen akan menurun tajam saat korpus luteum
berdegenerasi sehingga pengaruh inhibitorik terhadap sekresi FSH dan LH akan hilang. Kadar kedua hormon ini akan kembali meningkat dan merangsang
berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan berulangnya fase folikular. Fase-fase uterus juga terjadi bersamaan dengan fase folikular dan fase luteal
selama siklus dan mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium terhadap uterus. Estrogen yang disekresikan saat fase folikular juga akan digunakan untuk
proliferasi sel-sel pada uterus sehingga pada awal fase folikular uterus memiliki lapisan endometrium yang kaya pembuluh darah. Akhir fase folikular dengan
kadar estrogen yang meningkat akan semakin menyebabkan penebalan endometrium fase proliferasi uterus. Progesteron dari korpus luteum setelah
ovulasi akan menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk
implantasi fase sekretorik atau pregestasional uterus Sherwood 2001; Campbell et al.
2004.
2.4.4 Pengaruh Hormon Reproduksi terhadap Kebuntingan dan