BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kinerja Induk
Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat
produksi anak yang meliputi jumlah anak dalam sekali melahirkan dan rataan bobot badan lahir anak. Data hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan ± SD lama kebuntingan, jumlah anak lahir, dan bobot badan lahir anak
Parameter Kelompok
P K A B C
Lama Kebuntingan Hari
22 ± 0 22 ± 0
21.7 ± 0.6 22 ± 0
tn Jumlah Anak dalam
Sekali Melahirkan Ekor
7.7 ± 1.2 7.7 ± 2.1
7.7 ± 1.2 7.3 ± 0.6
tn Rataan BB Lahir
Anak Gram 5.89 ± 0.42
a
4.71 ± 0.40
b
6.69 ± 0.69
a
6.05 ± 0.14
a
0.0046 Keterangan: huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukan bahwa hasil
berbeda nyata p0.05; K = kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan, A = kelompok perlakuan pemberian ekstrak tempe pada awal kebuntingan usia 2-11
hari, B = kelompok perlakuan pemberian ekstrak tempe pada akhir kebuntingan usia 12 hari-partus, C = kelompok perlakuan pemberian ekstrak tempe pada hari
ke 2-11 setelah partus; tn = tidak berbeda nyata
Lama kebuntingan pada kelompok kontrol K dan kelompok yang mendapatkan fitoestrogen selama awal kebuntingan A, akhir kebuntingan B
dan saat laktasi C tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata. Lama kebuntingan normal pada tikus Sprague Dawley adalah 21-23 hari Hrapkiewicz
Medina 1998. Namun demikian, kelompok B terlihat memiliki lama kebuntingan yang lebih pendek bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Fitoestrogen diduga dapat menginduksi terjadinya kelahiran melalui mekanismenya yang menyerupai estrogen pada tubuh. Kadar hormon estrogen
secara normal akan meningkat seiring bertambahnya usia kebuntingan. Konsentrasi estradiol melonjak secara drastis setelah usia kebuntingan 12 hari
hingga mencapai konsentrasi tertinggi sebesar 68.268±1.919 pgml pada usia
kebuntingan 16 hari Tuju Manalu 1996. Peningkatan kadar estrogen selama kehamilan akan menginduksi peningkatan konsentrasi reseptor oksitosin di
miometrium secara progresif sehingga dapat menyebabkan dimulainya proses kelahiran Sherwood 2001.
Hasil pengamatan mengenai jumlah anak dalam sekali melahirkan dari seluruh kelompok tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata. Jumlah
anak dalam sekali melahirkan tikus Sprague Dawley menurut Hrapkiewicz Medina 1998 adalah 6-12 ekor. Tidak adanya perbedaan yang nyata pada jumlah
anak dalam sekali melahirkan dari seluruh kelompok menandakan bahwa pemberian fitoestrogen tidak memiliki pengaruh terhadap jumlah anak yang
dilahirkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ruhlen et al. 2008 yang menyatakan bahwa jumlah anak dalam sekali melahirkan tidak dipengaruhi oleh
pemberian pakan yang mengandung diet fitoestrogen rendah maupun diet fitoestrogen tinggi yang berbahan dasar kedelai.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beda nyata pada rataan bobot badan lahir anak kelompok A p0.05. Kelompok A juga terlihat memiliki bobot
badan lahir anak yang lebih rendah bila dibandingkan baik dengan kelompok kontrol maupun kelompok B dan C. Sementara itu, tidak ada perbedaan yang
nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok B dan C dalam rataan bobot badan lahir anak. Perbedaan yang nyata pada kelompok A dengan kelompok
kontrol ini menunjukan bahwa pemberian fitoestrogen ekstrak tempe pada usia awal kebuntingan yaitu hari ke-2 sampai hari ke-11 H2-H11 dapat
mempengaruhi rataan bobot badan lahir anak. Usia kebuntingan 2-11 hari berada dalam rentang tahapan embrionik dan sel-sel bakal anak aktif membelah. Proses
organogenesis yang terdapat dalam tahapan embrionik memiliki laju yang cepat sehingga embrio paling sensitif selama trisemester pertama awal kebuntingan.
Embrio tersebut sensitif terhadap berbagai jenis gangguan seperti radiasi dan obat- obatan yang dapat menyebabkan kecacatan saat lahir Campbell et al. 2004.
Fitoestrogen memiliki komponen berupa genestein yang berasal dari kelompok isoflavon. Genistein memiliki aktivitas yang secara poten dapat menghambat
pembelahan sel melalui interaksinya dengan protein tirosin kinase Akiyama et al. 1987. Penghambatan pembelahan sel oleh fitoestrogen pada sel-sel bakal anak
yang berada dalam tahapan embrionik diduga menjadi penyebab rendahnya bobot badan anak yang dilahirkan pada kelompok A.
Kelompok B memiliki nilai rataan bobot badan lahir anak yang tertinggi di antara seluruh kelompok meskipun tidak memiliki nilai yang berbeda nyata
dengan kelompok kontrol. Fitoestrogen diduga dapat mendukung pertumbuhan fetus dalam periode akhir kebuntingan melalui mekanisme kerjanya yang
menyerupai estrogen. Pertumbuhan fetus secara alami akan meningkat secara eksponensial pada akhir kebuntingan. Besarnya tingkat pertumbuhan fetus
tergantung terutama pada asupan nutrisi dan kemampuan fetus memanfaatkan nutrisi tersebut. Selain itu, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan fetus adalah genetik spesies, ras, jumlah anak, genotipe, lingkungan nutrisi induk, ukuran dan aliran darah plasenta, dan hormonal fetus
Jainudeen Hafez 2000. Fitoestrogen merupakan substansi yang mempunyai kemampuan seperti hormon estrogen. Estrogen tubuh dapat berfungsi untuk
menambah proliferasi sel dan meningkatkan penimbunan lemak sehingga estrogen dapat menyebabkan terjadinya kenaikan bobot badan Sherwood 2001.
Mekanisme inilah yang diduga sebagai faktor lain yang dapat menambah bobot badan anak di akhir kebuntingan akibat pemberian fitoestrogen melalui induk.
Fitoestrogen ini dapat masuk ke dalam tubuh fetus melalui plasenta induk Todaka et al. 2005.
4.2 Kinerja Reproduksi Anak Betina 4.2.1 Jarak Celah Anogenital dan Usia Pubertas