Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan

Gambar 10 Sekat bakar hijau berupa Rumput Gajah yang ditanam di bawah tegakan Pinus

5.2.2. Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan

Pemadaman kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo dilakukan bersama-sama oleh petugas RPH Oro Oro Ombo dan masyarakat, baik masyarakat yang menduduki tanah Perhutani maupun masyarakat yang tidak menduduki tanah Perhutani. Masyarakat merupakan subyek yang paling sering berinteraksi dengan hutan sehingga masyarakat dapat berperan dalam deteksi dan pemadaman dini kebakaran hutan yang terjadi. Masyarakat yang ikut dalam memadamkan kebakaran hutan bisa mencapai 10 hingga 60 orang. Saat terjadi kebakaran hutan, sebagian masyarakat akan melapor dan menunggu perintah dari mandor, dan sebagian masyarakat lainnya akan langsung mendatangi lokasi kejadian kebakaran hutan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 30 masyarakat melakukan pemadaman dengan metode jalur menggunakan ilaran; 16,67 masyarakat melakukan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan tanah; 36,66 masyarakat melakukan pemadaman dengan metode pemadaman api secara langsung menggunakan kepyok; dan 16,67 masyarakat belum pernah memadamkan kebakaran bersama RPH Oro Oro Ombo. Belum ada kegiatan pra- pemadaman seperti pelatihan pemadaman kebakaran hutan untuk masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui dan belajar cara memadamkan kebakaran hutan secara langsung sewaktu ada kebakaran hutan. Sebelum memadamkan kebakaran tersebut, Petugas RPH Oro Oro Ombo melakukan simulasi pencotohan langsung di hutan tentang cara memadamkan api. Untuk itu diperlukan adanya kegiatan pra-pemadaman untuk mengantisipasi kejadian kebakaran hutan, dimana di dalamnya diberitahukan cara memadamkan kebakaran hutan yang pelaksanaannya sesuai dengan Departemen Kehutanan. Upaya pertama yang dilakukan masyarakat dalam memadamkan kebakaran hutan yaitu membuat ilaran dengan lebar lima hingga sepuluh meter guna mencegah meluasnya areal yang terbakar. Upaya selanjutnya yaitu memadamkan api. Dalam memadamkan api masyarakat cenderung melakukannya dengan metode pemadaman api secara langsung, antara lain menggunakan tanah dan kepyok bahasa daerah setempat. Pemadaman api secara langsung dengan menimbun api menggunakan tanah dirasakan lebih mudah dibandingkan memadamkan api menggunakan kepyok. Kepyok merupakan alat pemukul api. Kepyok biasanya digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan api berskala kecil. Kepyok yang digunakan bukanlah alat yang terbuat dari kayu atau bambu berkepala karung goni, melainkan ranting-ranting yang masih basah dengan panjang sekitar 1,5 - 2 meter yang berasal dari pohon berdaun lebar sekitar areal kebakaran, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11 berikut. a b Gambar 11 a Kepyok yang digunakan dalam memadamkan api; dan b contoh ranting yang digunakan merupakan ranting yang masih segar Untuk mempermudah dalam memadamkan kebakaran hutan, diperlukan alat dan fasilitas yang memadai baik dari segi jenis maupun jumlahnya. Adapun alat penunjang yang biasa digunakan masyarakat dalam pemadaman kebakaran hutan antara lain cangkul yang digunakan untuk membuat ilaran dan menggali tanah Gambar 12a; golok dan sabit yang juga digunakan untuk membuat ilaran Gambar 12b; sepatu boots; dan alat komunikasi berupa handphone bagi yang memiliki. Kesemua alat tersebut merupakan milik pribadi masyarakat. Sejauh ini pihak RPH Oro Oro Ombo tidak menyediakan alat penunjang dalam memadamkan kebakaran hutan, namun pihak RPH Oro Oro Ombo menyediakan konsumsi bagi masyarakat sewaktu terjadi kebakaran hutan. Selain itu, saat terjadi kebakaran hutan KRPH Oro Oro Ombo biasanya menggantikan uang rumput harian milik masyarakat yang ikut memadamkan kebakaran hutan dengan menggunakan uang pribadi KRPH Oro Oro Ombo sendiri. a b Gambar 12 Alat penunjang dalam pemadaman kebakaran hutan, yaitu a cangkul; b golok dan sabit

5.2.3. Analisa Keefektifan Peningkatan Peran Masyarakat