Kondisi Umum BKPH Pujon

usia tak produktif sebanyak 1-2 orang. Kecamatan yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kabupaten Pujon, yaitu 1.295 orangkm 2 , sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Ngantang, yaitu 226 orangkm 2 . Keadaan tingkat sosial ekonomi penduduk masyarakat desa, khususnya masyarakat desa yang berada disekitar hutan memiliki interaksi yang tinggi namun disayangkan bentuk interaksi yang ada bersifat negatif, berupa ketergantungan yang cenderung merusak hutan.

4.2. Kondisi Umum BKPH Pujon

Batas wilayah BKPH Pujon antara lain sebelah Utara berbatasan dengan Tahura R. Soerjo, sebelah Selatan berbatasan dengan BKPH Kepanjen, sebelah Timur berbatasan dengan BKPH Singosari, dan sebelah Barat berbatasan dengan BKPH Ngantang. BKPH Pujon terdiri dari lima RPH yaitu RPH Pujon Selatan, RPH Kedungrejo, RPH Pujon Utara, RPH Oro Oro Ombo, dan RPH Punten, dengan luas baku hutan, kelas hutan, dan tanah tukar guling yang dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Luas baku hutan, hutan berdasarkan fungsi, dan tanah tukar guling BKPH Pujon No RPH Luas Baku Hutan Ha Hutan berdasarkan fungsi Ha Tanah tukar guling Ha Hutan Produksi Hutan Lindung Tanaman Jenis Kayu Lain Lahan Dengan Tujuan Istimewa 1. Pujon Selatan 2.950 950 2000 - - - 2. Kedungrejo 2.831,50 772,10 2.043,90 - 15,50 - 3. Pujon Utara 1.629 1.384,10 261,40 - 2,5 - 4. Oro Oro Ombo 1.989,40 720,40 1.207,80 37,9 5 18,30 5. Punten 2.168,10 1.020,00 1.130,20 - 17,90 - Jumlah 11.568 4.862,60 6.643 37,9 43,4 18,3 Sumber : Data fisik BKPH Pujon tahun 2008 Keadaan umum RPH Oro Oro Ombo adalah sebagai berikut : 1. Wilayah administrasi RPH Oro Oro Ombo meliputi : a. Kecamatan Junrejo Desa Tlekung b. Kecamatan Batu Desa Oro Oro Ombo c. Kecamatan Batu Desa Pesanggarahan 2. Topografi Wilayah RPH Oro Oro Ombo berada di ketinggian ± 800 - 1750 meter di atas permukaan laut. Kondisi lapangnya berbukit, gelombang, terjal, dan landai. 3. Luas wilayah RPH Oro Oro Ombo memiliki luas wilayah 1989,4 hektar yang terbagi dalam 32 petak dan 63 anak petak. Jenis vegetasi adalah Pinus dan Eucalyptus. 4. Mata pencaharian Sebagian besar penduduk di RPH Oro Oro Ombo merupakan petani dan peternak sapi perah. 5. Masalah agraris Masalah agraris yang terdapat di RPH Oro Oro Ombo adalah masalah tukar guling tukar menukar tanah yang sampai sekarang masih dalam proses, pada petak 226 dengan luas 18,3 hektar. 6. Lembaga Masyarakat Desa Hutan RPH Oro Oro Ombo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5 Lembaga Masyarakat Desa Hutan RPH Oro Oro Ombo Desa Luas wengkon Hektar Ketua Keterangan Tlekung 1218,9 Suwandi Kec. Junrejo Oro Oro Ombo 382,8 Maskur Kec. Batu Pesanggrahan 387,7 Wasis Kec. Batu Sumber : Data fisik RPH Oro Oro Ombo tahun 2008

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Perlindungan hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan PP No. 45 tahun 2004. Perlindungan hutan dari kebakaran hutan adalah untuk menghindari kerusakan hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia seperti melakukan pembakaran hutan tanpa izin dan membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran; dan daya-daya alam seperti gunung berapi, akibat-akibat petir, reaksi sumber daya alam, dan gempa. Terkait dengan sistem pengelolaan hutan berbasiskan masyarakat yang saat ini diterapkan maka upaya pengendalian kebakaran hutan dengan meningkatkan peran masyarakat pun telah dirancang dan diaplikasikan di RPH Oro Oro Ombo sejak tahun 2004. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan peran masyarakat dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan yang dilakukan oleh RPH Oro Oro Ombo antara lain melalui kegiatan pencegahan dengan metode pendidikan Gambar 3, kegiatan pencegahan dengan metode kesadaran hukum Gambar 4, dan kegiatan pencegahan dengan metode pendekatan secara teknis Gambar 5. Kegiatan-kegiatan pencegahan kebakaran hutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kegiatan pencegahan kebakaran hutan di RPH Oro Oro Ombo Kegiatan Pencegahan Kebakaran Hutan Jumlah Responden orang Prosentase 1. Metode pendidikan a. Penyuluhan 11 36,67 b. Sosialisasi 3 10 c. Himbauan 2 6,67 d. Tidak tahu 14 46,66 2. Metode kesadaran hukum a. Papan peringatan 15 50 b. Peraturan tertulis 1 3,33 c. Himbauanlarangan langsung 2 6,67 d. Tidak tahu 12 40 3. Metode pendekatan secara teknis a. Sekat bakar hijau 21 70 b. Tidak tahu 9 30