Cacat Pengeringan Kayu Sifat dan jadwal pengeringan tiga jenis kayu rakyat (Altingia excelca, Quercus spp dan Podocarpus imbricatus)

tumpukan dan pengaturan jarak ganjal yang baik akan menghasilkan kualitas kayu kering yang baik pula. Martawijaya dan Barly 1995, Rasmussen 1961, He dan Lin 1989 menyarankan percepatan pengeringan dengan melakukan kombinasi pengeringan alami dan pengeringan konvensional. Selain itu, pemberian uap air panas pengukusan kayu selama 12-24 jam menjelang akhir pengeringan dapat memulihkan cacat collapse McMillen 1978, diacu dalam Basri 2000, namun demikian teknik ini tidak selalu cocok untuk setiap jenis kayu, terutama kayu muda. Pengaruh suhu pengukusan yang tinggi dalam waktu yang lama juga dikhawatirkan akan menurunkan kekuatan kayu tersebut Basri et al 2000.

2.6 Cacat Pengeringan Kayu

Pada penelitian sifat dasar pngeringan, sebagian besar contoh uji kayu yang didiapat merupakan kayu berdiameter kecil diameter 30 – 40 cm. Kayu diameter kecil juga dapat dikategorikan sebagai kayu muda yang memiliki kelemahan antara lain ialah cukup banyak mengandung serat spiral, rasio penyusutan tengensialradial yang besar, dinding sel relatif tipis dengan sudut mikrofibril dalam dinding sel yang besar sehingga penyusutan longitudinalnya besar. Kondisi tersebut menyebabkan sortimen dari kayu diameter kecil cenderung berubah bentuk warping, dan atau collapse pada saat dikeringkan Walker 2007 Menurut Walker 2007, terdapat beberapa cacat kayu yang sering terjadi dalam proses pengeringan diantaranya sebagai berikut : 1. Perubahan warna staining Perubahan warna dapat terjadi karena serangan jamur pewarna terutama pada kayu segar dapat ditangani dengan meminimalisir waktu antara penebangan dengan pengolahannya. Penumpukan kayu perlu dilakukan secepatnya agar permukaannya cepat mengering dan mencapai kadar kurang dari 20. Pewarnaan pada kayu hasil pengeringan dapat juga terjadi oleh ganjal yang digunakan, serta bahan-bahan dalam ruang pengering yang mengalami kondensasi seperti karat pada besi. 2. Cacat bentuk warping Cacat bentuk pada umumnya terjadi akibat perbedaan susut pada arah radial dan tangensial Walker 2007. Terjadinya cacat bentuk ini dapat juga disebabkan kesalahan dalam pemilihan jadwal pengeringan serta proses penumpukan kayu yang tidak benar. Beberapa jenis perubahan bentuk yang sering dijumpai dapat dilihat pada gambar 1,2, dan 3 Tsoumis 1991 Gambar 1 Cacat bentuk dalam pengeringan: a memangkuk cuping b membusur bowing c memuntir twisting d diamonding e membungkuk crook. 3. Tegangan sisa pengeringan case hardening Case hardening merupakan tegangan sisa yang terjadi dipermukaan kayu. Cacat ini tampak pada waktu pengerjaan kayu dan sangat mengganggu pada saat kayu akan diserut atau dipotong. Untuk mengetahui ada tidaknya cacat jenis ini dapat dilakukan uji garpu Gambar 4 pada kayu Walker 2007. a. cupping c. twisting d. diamonding e. crooking b. bowing 13 Gambar 2 Kondisi kayu dalam uji garpu: a kondisi awal kayu; b tidak terjadi casehardening ; c terjadi casehardening d reserve casehardening. 4. Retak checking Retak pada kayu dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu retak permukan surface check dan retak ujung end check dan retak dalam honey comb. Menurut Tsoumis 1991, retak diakibatkan perubahan dimensi yang tidak sama antara permukaan kayu dengan bagian dalamnya. Retak pada umumnya terjadi pada sepanjang jari-jari karena merupakan bagian terlemah pada kayu. Gambar 3 Cacat retak permukaan dan a cacat pecah ujung b. Retak dalam dapat disebabkan oleh retak permukaan yang berkelanjutan atau karena besarnya tegangan tegak lurus serat melebihi kekuatan yang kayu tersebut. Cara untuk menghindari terjadinya cacat ini adalah dengan memberikan kelembaban udara yang tinggi pada permulaan pengeringan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi Walker 2007. a . c . d b . a b Gambar 4 Cacat honeycombing pada papan quartersawn a dan pada papan flatsawn b. 5. Collapse Apabila kadar air kayu cukup tinggi, rongga sel penuh berisi air, maka bila terjadi proses pengeringan yang sangat cepat, air bebas akan bergerak dari dalam rongga sel kayu keluar melalui kapiler yang berakibat tegangan vakum pada lumen sehingga dinding sel mengalami collapse. Collapse terjadi pada kayu ketika tegangan kapiler di rongga sel melebihi keteguhan tekan tegak lurus serat Walker 2007. Gambar 5 Kayu yang mengalami collapse . Tsoumis 1991 menyatakan bahwa collapse merupakan penyusutan sel yang sangat parah sehingga permukaan papan tampak berkerut Gambar 7. Agar cacat collapse dapat dihindari, maka kayu yang rawan collapse perlu mendapatkan pengeringan pendahuluan predrying dengan suhu rendah selama beberapa hari atau dilakukan pengeringan alami dalam beberapa minggu. Selain itu terdapat beberapa cara yang menjelaskan pencegahan terjadinya collapse, antara lain ialah : a b 1. Mengganti air yang berada dalam kayu dengan cairan lain yang mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah dari air, seperti metanol dan etanol, sehingga tegangan cairan yang terbentuk lebih kecil. Namun usaha ini masih terlalu mahal untuk diterapkan walaupun usaha ini berhasil mencegah collapse Siau 1984 2. Usaha yang cukup efektif dan efisien untuk mencegah collapse adalah dengan menggunakan kondisi awal pengeringan yang lunak, karena suhu yang tinggi dan kondisi pengeringan yang terlalu keras pada awal pengeringan merupakan penyebab utama sel collapse Hadi 1987.

2.7 Jadwal Pengaringan Kayu