Pasang Rasamala Kayu dari Lahan Milik Rakyat .1 Jamuju

pengujian pendahuluan ini dapat digunakan untuk merancang jadwal pengeringan dasar melalui evaluasi tingkat cacat yang terjadi pada contoh uji selama pengeringan hingga mencapai berat kering tanur. Kemudian jadwal pengeringan diuji lagi di dapur pengering percobaan. Cacat pengeringan yang diamati ialah yang terkait dengan dampak proses pengeringan seperti retakpecah ujung dan permukaan, retak dalam serta deformasi collapse. Evaluasi pengamatan tingkat cacat dibuat dengan menggunakan sistem skala. Cacat pecahretak permukaan kayu menggunakan skala 1-8, 1-6 skala untuk retak bagian dalam dan deformasi. Semakin tinggi skala yang digunakan, maka semakin parah tingkat cacat yang terjadi pada contoh uji kayu. Walaupun dari seluruh contoh uji hanya satu contoh uji saja yang mengalami cacat terparah, maka penetapan suhu dan kelembabn tersebut mengacu terhadap tingkat cacat yang terparah Basri 1990. 2.8 Kayu dari Lahan Milik Rakyat 2.8.1 Jamuju Pertumbuhan kayu jamuju terdistribusi di hutan tropis dan banyak dijumpai di Kalimantan. Kayu jamuju memiliki karakteristik makroskopis dengan warna coklat keemasan. Serat jamuju pada umumnya lurus dengan tekstur yang halus. Karakterisktik mikroskopis kayu jamuju antara lain jari- jarinya tergolong uniseriate dengan jarak 4 – 8mm dan diameter pit noktah 16–20 m. Kayu jamuju tergolong kedalam kelas kuat III dengan berat jenis 0,45 dan dapat dapat dipergunakan untuk moulding, lemari, sambungan, meubel, serta veneer Lemmens 1995.

2.8.2 Pasang

Pertumbuhan kayu pasang tersebar di seluruh Indonesia. Kayu ini memiliki kayu teras berwarna putih kecoklat-coklatan, coklat-kelabu, coklat sampai merah-coklat, kadang dengan pewarnaan kuning. Kayu gubal biasanya berwarna lebih muda dan tidak dapat dibedakan dengan jelas dengan kayu teras. Tekstur kayu ini agak kasar sampai kasar dengan kesan raba permukaan kayu licin, kayu cukup mengkilap pada permukaannya. Pori-pori kayu pasang hampir seluruhnya soliter, berkelompok radial atau miring, diameternya 200-300 , kadang berisi tilosis. Parenkimnya apotrakeal berbentuk pita-pita yang berombak dan agak rapat. Jari-jari kayu pasang ada dua macam, yang sangat halus dan sangat lebar. Jari-jari yang sangat halus tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sedang jari-jari yang sangat lebar tingginya mencapai 10-20 mm dan lebarnya 0,1-0,4 mm dengan frekuensi 2-5 per cm. Sel serabut fiber kayu pasang memiliki panjang 3,1 dengan diameter 22 , dan diameter lumen 5,8 Abdurrohim et al. 2004. Kayu pasang termasuk kedalam kelas kuat I-II dan kelas awet II dengan berat jenis 0,83 0,72-0,96. Pada umumnya kayu pasang digunakan sebagai balok rumah dan jembatan, juga untuk papan dan tiang Abdurrohim et al. 2004

2.8.3 Rasamala

Daerah sebaran pertumbuhan kayu rasamala meliputi daerah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu dan Jawa Barat. Kayu ini memiliki warna merah daging, coklat-merah sampai coklat-hitam untuk kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya berwarna lebih muda dan tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu terasnya. Tekstur kayu ini halus dengan arah serat lurus, sering kali terpilin, agak berpadu dan terkadang berombak, permukaan kayu agak mengkilap sampai mengkilap dengan kesan raba licin atau agak licin. Kayu rasamala memiliki pori-pori yang hampir seluruhnya soliter dengan diameter 75 – 90 , frekuensinya 20-45 per mm 2 ,berisi tylosis, kadan-kadang berisi endapan berwarna kuning atau merah, bidang perforasi berbentuk tangga. Parenkim umumnya bertipe apotrakeal, tersebar, kadang-kadang berbentuk pita pada tempat yang mengandung damar aksial. Jari-jarinya heteroseluler, kadang- kadang homoseluler yang seluruhnya terdiri dari sel tegak, lebar 36 , tingginya 650-736 , dan frekuensinya 6-8 per mm. Kayu rasamala tergolong kelas kuat II dan kelas awet II-III dengan berat jenis 0,81 0,61-0,90. Pada umumnya kayu rasamala digunakan sebagai tiang dan balok rumah dan jembatan, juga banyak dipakai untuk tiang listrik dan telepon setelah diawetkan Abdurrohim et al. 2004. II METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat