1. Mengganti air yang berada dalam kayu dengan cairan lain yang mempunyai
tegangan permukaan yang lebih rendah dari air, seperti metanol dan etanol, sehingga tegangan cairan yang terbentuk lebih kecil. Namun usaha ini masih
terlalu mahal untuk diterapkan walaupun usaha ini berhasil mencegah collapse Siau 1984
2. Usaha yang cukup efektif dan efisien untuk mencegah collapse adalah dengan
menggunakan kondisi awal pengeringan yang lunak, karena suhu yang tinggi dan kondisi pengeringan yang terlalu keras pada awal pengeringan
merupakan penyebab utama sel collapse Hadi 1987.
2.7 Jadwal Pengaringan Kayu
Menurut Coto 2004, jadwal pengeringan adalah pengaturan faktor pengering kelembaban dan suhu pada setiap tahapan pengeringan agar waktu
pengeringan dapat dilakukan sesingkat-singkatnya dan cacat yang terjadi pada kayu yang dikeringkan pun seminimal mungkin. Basri 1990 menjelaskan bahwa
jadwal pengeringan sangat penting dalam pengeringan kayu. Jadwal pengeringan yang lazim digunakan ialah yang perubahan suhu dan kelembabannya berdasarkan
kadar air kayu yang dikeringkan. Jadwal pengeringan yang berbasis kadar air merupakan pedoman umum yang memuat langkah-langkah perubahan suhu dan
kelembaban udara berdasarkan kadar air rerata kayu. Basri dan Rahmat 2001 menerangkan bahwa jadwal pengeringan kayu
ditetapkan secara individual atau per jenis kayu melalui beberapa kali percobaan pengeringan. Untuk menetapkan suhu dan kelembaban awal hingga akhir
pengeringan agar kayu dapat mengering dalam waktu yang optimal tanpa merusak kualitas kayu, diperlukan pengetahuan dasar tentang sifat pengeringan kayu.
Pendugaan sifat pengeringan kayu yang lazim didasarkan pada berat jenis kayu, kayu yang memiliki berat jenis yang kurang lebih sama, diduga memiliki sifat
pengeringan yang sama. Menurut Basri 1990, jadwal pengeringan umumnya dibuat dengan
melakukan pengujian pengeringan pendahuluan sifat dasar pengeringan menggunakan suhu tinggi 100 °C. Pengujian pendahuluan ini ditujukan untuk
menduga sifat pengeringan kepekaan kayu dalam dapur pengering. Hasil
pengujian pendahuluan ini dapat digunakan untuk merancang jadwal pengeringan dasar melalui evaluasi tingkat cacat yang terjadi pada contoh uji selama
pengeringan hingga mencapai berat kering tanur. Kemudian jadwal pengeringan diuji lagi di dapur pengering percobaan. Cacat pengeringan yang diamati ialah
yang terkait dengan dampak proses pengeringan seperti retakpecah ujung dan permukaan, retak dalam serta deformasi collapse.
Evaluasi pengamatan tingkat cacat dibuat dengan menggunakan sistem skala. Cacat pecahretak permukaan kayu menggunakan skala 1-8, 1-6 skala
untuk retak bagian dalam dan deformasi. Semakin tinggi skala yang digunakan, maka semakin parah tingkat cacat yang terjadi pada contoh uji kayu. Walaupun
dari seluruh contoh uji hanya satu contoh uji saja yang mengalami cacat terparah, maka penetapan suhu dan kelembabn tersebut mengacu terhadap tingkat cacat
yang terparah Basri 1990.
2.8 Kayu dari Lahan Milik Rakyat 2.8.1 Jamuju