18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka
Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden
Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden adalah:
1. Responden merupakan masyarakat yang terletak di lokasi program
pembayaran jasa lingkungan dan menerima pembayaran jasa lingkungan. 2.
Perum Jasa Tirta I PJT-I sebagai pemanfaat jasa lingkungan bersedia memberikan dana kompensasi atas upaya konservasi yang harus dilakukan
Kelompok Tani Sumber Urip. 3.
Responden dipilih dari penduduk yang relevan dan merupakan kepala keluarga dari masing-masing rumah tangga.
4. Harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penentuan harga
penawaran dimulai dari Rp 5.000.
3.1.2 Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai Willingness to Accept Responden
Nilai WTA dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan CVM. Tahapan-tahapan dalam melakukan pendekatan CVM Hanley
dan Spash, 1993 yaitu:
1. Membangun Pasar Hipotesis
Pasar hipotesis dalam penelitian ini dibangun atas dasar dikhawatirkan terjadinya penebangan secara berlebihan pada tanaman petani yang telah
masuk masa panen. Program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas pernah diterapkan pada tahun 2004 dan berlangsung selama 12 bulan. Dalam
19 program ini, masyarakat diharuskan melakukan konservasi yaitu dengan
melakukan penanaman serta pemeliharaan atas lahan miliknya. Dana yang diberikan ke masyarakat sebesar Rp. 25.500.000. Nilai tersebut harus
disesuaikan kembali sehubungan dengan rencana negoisasi atas lanjutan program pembayaran jasa lingkungan. Ketidaksesuaian nilai ini dapat
memicu masyarakat kembali ke pola kehidupan mereka yang membahayakan kelestarian hutan DAS Brantas. Sehingga, penentuan nilai kompensasi
berdasarkan keinginan masyarakat menjadi penting. Pasar hipotesis dibentuk dalam skenario berikut:
Skenario; Supaya pengelolaan DAS Brantas lebih baik akan diajukan suatu
kebijakan baru yaitu peningkatan nilai kompensasi berdasarkan keinginan masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan dengan syarat
bahwa masyarakat harus meningkatkan upaya mereka dalam mengkonservasi terhadap lahan mereka. Kebijakan ini bertujuan untuk
meningkatkan insentif bagi masyarakat dalam upaya mengkonservasi pohon yang berada di atas lahan milik mereka sekaligus sebagai upaya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi program pembayaran jasa lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut akan ditanyakan apakah
masyarakat bersedia atau tidak menerima kebijakan tersebut serta berapakah besarnya dana kompensasi yang sebenarnya bersedia masyarakat terima.
2. Mendapatkan Nilai Tawaran
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai tawaran WTA dalam pebelitian ini adalah dengan metode bidding game. Metode ini
20 mempertanyakan nilai WTA dimana kepada responden ditawarkan harga
yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mau diterima oleh responden.
3. Memperkirakan Nilai Rataan WTA
Dugaan nilai rataan WTA dihitung dengan rumus:
EWTA =
∑
dimana:
EWTA = Dugaan nilai rataan WTA
x
i
= Jumlah tiap data
n = Jumlah responden
i = Responden ke-I yang bersedia menerima dana kompensasi i =
1,2,…,k
4. Memperkiraan Kurva WTA
Pendugaan kurva menggunakan nilai WTA sebagai variabel tak bebas dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai variabel bebas. WTA = f JBTP, PNDP, PDDK, TNGG, LTGL, PUAS,
ε
dimana: WTA
= Nilai WTA responden JBTP
= Jumlah batang pohon dalam program batang PNDP
= Tingkat pendapatan rumah tangga rupiah bulan PDDK
= Tingkat Pendidikan Tahun TNGG
= Jumlah tanggungan orang LTGL
= Lama tinggal tahun PUAS
= Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi bernilai 1 untuk “puas” dan 0 untuk “tidak puas”
5. Menjumlahkan Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai
tengah WTA maka dapat diduga nilai WTA dari masyarakat dengan rumus:
21 TWTA =
∑
dimana: TWTA
= Total WTA WTAi
= WTA individu ke-i
n
i
= Jumlah sampel ke-I yang bersedia menerima sebesar WTA I
= Responden ke-I yang bersedia menerima dana kompensasi i = 1, 2, …, …k
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM
Evaluasi penggunaaan CVM adalah penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat
keberhasilan dalam pengaplikassian penggunaan CVM. Evaluasi penggunaan CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTA. Uji atas evaluasi
dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R-squares R² dari model OLS Ordinary Least Square WTA.
3.1.3 Analisis Regresi Linier
Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square atau OLS. Metode OLS dilakukan dengan
pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu Residual Sum of Squares atau RRS yaitu
∑ ² = minimum terkecil. Metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana
dalam perhitungan dan umum digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut Firdaus, 2004:
1. Nilai yang diharapkan bersyarat Conditional Expected Value dari
tergantung pada tertentu adalah nol.
22 2.
Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi non-autokorelasi artinya dengan
tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif ataupun negatif.
3. Varians bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
homoskedastisitas. 4.
Variable bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyempelan berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan €.
5. Tidak ada multikolinieritas antara variable penjelas satu dengan yang lainnya.
6. € didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan
oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik Best
Linier Unbiased Estimator atau BLUE. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki
pengaruh yang serius sadangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak. 3.2 Kerangka
Operasional
DAS Berantas mempunyai peran penting bagi kehidupan dalam menopang perekonomian wilayah Kota Malang serta Kota Batu. Hal yang menjadikan DAS
Brantas memiliki peran penting yaitu perannya sebagai penyedia air baku bagi sejumlah agromerasi perkotaan di wilayah propinsi Jawa Timur yang
mengandalkan sektor pertanian, industri dan jasa. Peran penting lainnya adalah keberadaan kawasan hutan konservasi.
Aktivitas ekonomi masyarakat secara berlabihan menyebabkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan. Sumberdaya hutan di daerah hulu telah
23 mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas serta kuantitas air setiap tahunnya,
sehingga menunjukan ketersediaan air yang memiliki kecenderungan menurun. Di sisi lain permintaan akan air semakin mengalami peningkatan. Berawal dari
permasalahan tersebut muncul gagasan mengenai hubungan hulu-hilir dengan program pembayaran jasa lingkungan yang diharapkan mampu menjadi solusi
bagi pengelolaan DAS Brantas secara umum, serta khususnya untuk keberlanjutan ketersediaan air.
Program pembayaran jasa lingkungan ini pernah dilakukan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tahun 2004 selama 12 bulan. Nilai
kompensasi yang dibayarkan kepada masyarakat didasarkan pada kesepakatan antara Kelompok Tani Sumber Urip dengan Perum Jasa Tirta I. Setelah lima
tahun program berjalan tanaman masyarakat telah memasuki masa panen. Beberapa masyarakat telah menebang tanaman mereka. Dikhawatirkan akan
terjadi penebangan yang dilakukan secara berlebihan seperti yang pernah terjadi di desa tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan serangkaian
penelitian yang mengkaji mengenai presepsi petani sebagai penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada, estimasi
nilai Willingness to Pay WTA petani serta faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi nilai tersebut.
Kajian mengenai presepsi penyedia jasa lingkungan terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang ada akan akan dilakukan dengan menggunakan
analisis deskriptif kuantitatif. Analisis mengenai estimasi nilai keinginan masyarakat untuk menerima kompensasi WTA dilakukan dengan menggunakan
tahapan-tahapan dalam pendekatan CVM. Analsis mengenai faktor-faktor
24 apasajakah yang mempengaruhi nilai WTA dilakukan dengan analisis regresi
linier. Hasil dari penelitian diharapkan biasa menjadi rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai program pembayaran jasa
lingkungan dalam pengelolaan DAS Brantas. Alur penelitian yang lebih jelas dapat dilihat pada diagaram alur kerangka berpikir pada Gambar 2.
25 Peran Penting DAS Brantas
Penyedia air baku Keberadaan Hutan
Konservasi
Penurunan kualitas dan kuantitas air
Mekanisme pembayaran jasa lingkungan Eksploitasi sumberdaya
hutan
Persepsi penyedia
jasa lingkungan
Estimasi Nilai WTA
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai WTA
Analisis Deskriptif
Kualitatif CVM
Analisis Regresi
Rekomendasi kebijakan pembayaran jasa lingkungan
Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran
IV. METODE PENELITIAN