Konsep Contingent Valuation Method CVM Tahapan Contingent Valuation Method CVM

14 melihat bagaimana masyarakat membuat keputusan atas aktivitas-aktivitas yang ‘menghormati’ dan ramah terhadap kegunaan atau dampak lingkungan. Fokus dari pendekatan ini adalah mengukur nilai kegunaan langsung direct use value dan nilai kegunaan tidak langsung indirect use value. Sedangkan stated preference approaches merupakan pendekatan yang menggunakan pertanyaan nilai kegunaan langsung dari individu-individu. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengukur nilai kegunaan langsung direct use value dan nilai kegunaan tidak langsung indirect use value. Menurut Yakin 1997, metode penilaian terhadap barang dan jasa lingkungan saat ini telah berkembang sekitar 15 metode. Diantaranya adalah Dose-Responsen Method DRM, Hedonic Price Method HPM, Travel Cost Method TCM, dan Averting Behaviour Method ABM. Saat ini metode dalam menilai barang dan jasa lingkungan yang paling popular adalah Contingent Valuation Method CVM. CVM dapat mengukur nilai dari barang dan jasa lingkungan dengan secara langsung menanyakan kepada individu atau masyarakat.

2.4.1 Konsep Contingent Valuation Method CVM

Menurut Fauzi 2006, pendekatan CVM disebut contingent tergantung karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat bergantung pada hipotesis yang dibangun. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif nilai non-pemanfaatan sumberdaya alam atau sering dikenal juga dikenal dengan nilai keberadaan. Fauzi 2006 menyatakan bahwa pendekatan CVM secara teknis dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1 dengan teknik eksperimental melalui simulasi 15 dan permainan, 2 dengan teknik survei. Pada hakikatnya CVM bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar Willingness to Pay atau WTP dari masyarakat dan keinginan menerima Willingness to Accept atau WTA dari masyarakat. Ketika individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan adalah WTA kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya sumberdaya alam yang mereka miliki. Jika individu yang ditanya tidak memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan adalah WTP utuk memperoleh barang tersebut.

2.4.2 Tahapan Contingent Valuation Method CVM

Menurut Hanley dan Spash 1993, di dalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan atau proses, yaitu: 1. Membuat pasar hipotesis Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan dievaluasi. Dalam hal ini bisa membuat kuisioner. Kuisioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek yang akan dilakukan sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan. 2. Mendapatkan nilai lelang bids Tahap berikutnya dalam melakukan CVM adalah memperoleh nilai lelang. Ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuisioner, wawancara melalui telepon, maupun lewat surat. Tujuan dari survei langsung adalah untuk memperoleh nilai maksimum atau minimum dari responden terhadap suatu proyek. Nilai lelang ini bisa dilakukan dengan 16 teknik permainan lelang bidding game, pertanyaan terbuka, payment cards, model referendum atau discrete choice dischotomous choice. 3. Menghitung rataan WTP dan WTA Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai mean rataan dan nilai median tengah. 4. Memperkirakan kurva lelang bid curve Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan, misalnya, meregresikan WTP atau WTA sebagai variabel tidak bebas dependent variable dengan beberapa variabel bebas. 5. Mengagregatkan Data Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi N.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Mata Air Aek Arnga di Desa Sibanggor Tonga, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal

12 92 53

Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Masyarakat Hilir Terhadap Upaya Perbaikan Kondisi Hutan Di Hulu DAS Deli

0 22 78

JUDUL INDONESIA: KESEDIAAN MENERIMA PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN AIR SUB DAS WAY BETUNG HULU OLEH MASYARAKAT KAWASAN HUTAN REGISTER 19 (Studi Kasus di Desa Talang Mulya Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran) JUDUL INGGRIS: WILLINGNESS TO ACCEPT PAYMEN

1 11 61

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN JASA PENGOLAHAN SAMPAH (STUDI KASUS PADA KELURAHAN RAJABASA RAYA)

20 102 70

Analisis willingness to pay dan willingness to accept masyarakat terhadap tempat pembuangan akhir sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor

3 16 155

Analisis Willingness To Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

2 19 126

Analisis Willingness To Accept Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau Studi Kasus Desa Citaman Kecamatan Ciomas Kabupaten Serang

3 14 152

Estimasi Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Pencemaran di Sekitar Kawasan Pabrik Gula Cepiring, Kendal

1 7 93

Analisis Willingness To Accept Terhadap Program Relokasi Masyarakat di Kampung Pulo Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur.

3 11 94

Biaya Eksternal dan Willingness to Accept Masyarakat Akibat Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan

0 8 111