16 teknik permainan lelang bidding game, pertanyaan terbuka, payment cards,
model referendum atau discrete choice dischotomous choice. 3.
Menghitung rataan WTP dan WTA Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai
ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai mean rataan dan nilai
median tengah. 4.
Memperkirakan kurva lelang bid curve Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan, misalnya, meregresikan WTP
atau WTA sebagai variabel tidak bebas dependent variable dengan beberapa variabel bebas.
5. Mengagregatkan Data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel
ke rataan populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam
populasi N.
2.5 Penelitian Terdahulu
Salah satu peneliti yang melakukan penelitian Pembayaran Jasa Lingkungan DAS adalah Triani dari Sekolah Sarjana Program Studi Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Triani 2005, melakukan penelitian dengan judul “Analisis Willingness to Accept Masyarakat terhadap
Pembayaran Jasa Lingkungan DAS Cidanau” studi kasus: Desa Citanam Kabupaten Serang. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
17 pendekatan CVM. Metode ini digunakan untuk mengkaji seberapa besar dana
yang bersedia diterima masyarakat.
Hasil dari penelitian Triani adalah Mekanisme pembayaran jasa lingkungan lingkungan DAS Cidanau melibatkan Forum Komunikasi DAS
Cidanau; Desa Ciatanam, Desa Cikumbeun dan Desa Kadu Agung sebagai penyedia jasa lingkungan seller; dan PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan
buyer dengan metode transaksi secara tidak langsung indirect payment. Responden menilai kualitas lingkungan semakin baik setelah adanya upaya
konservasi. Sebagian besar responden menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang sedang berjalan. Cara penetapan nilai pembayaran dinilai
buruk oleh sebagaian besar responden. Hanya dua responden dari 43 responden menyatakan tidak bersedia menerima nilai pembayaran sesuai skenario yang
ditawarkan dengan alasan program tidak membuat anggota kelompok kehilangan tegakan pohon yang ada di atas lahan miliknya.
Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 5.056,98 per pohon per tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran terkait nilai rata-rata WTA
masyarakat, dengan jumlah pohon sebanyak 500 pohon per ha, maka nilai pembayaran yang harus diserahkan kepada penyedia jasa lingkungan adalah Rp
2.528.490,00 per ha per tahun. Nilai total WTA responden sebesar Rp 2.718.125.000,00. Nilai WTA responden Kolompok Tani Karya Muda II
dipengaruhi oleh faktor nilai pendapatan dari pembayaran jasa lingkungan yang selama ini diterima, kepuasan terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan yang
selama ini diterima, jumlah pohon, tingkat pendapatan rumah tangga, lama tinggal, dan penilaian terhadap cara penetapan nilai pembayaran.
18
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka
Teoritis 3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept Responden
Asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden adalah:
1. Responden merupakan masyarakat yang terletak di lokasi program
pembayaran jasa lingkungan dan menerima pembayaran jasa lingkungan. 2.
Perum Jasa Tirta I PJT-I sebagai pemanfaat jasa lingkungan bersedia memberikan dana kompensasi atas upaya konservasi yang harus dilakukan
Kelompok Tani Sumber Urip. 3.
Responden dipilih dari penduduk yang relevan dan merupakan kepala keluarga dari masing-masing rumah tangga.
4. Harga yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penentuan harga
penawaran dimulai dari Rp 5.000.
3.1.2 Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai Willingness to Accept Responden
Nilai WTA dalam penelitian ini dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan CVM. Tahapan-tahapan dalam melakukan pendekatan CVM Hanley
dan Spash, 1993 yaitu:
1. Membangun Pasar Hipotesis
Pasar hipotesis dalam penelitian ini dibangun atas dasar dikhawatirkan terjadinya penebangan secara berlebihan pada tanaman petani yang telah
masuk masa panen. Program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas pernah diterapkan pada tahun 2004 dan berlangsung selama 12 bulan. Dalam