29 1.
Membangun Pasar Hipotesis
2.
Memperoleh Nilai Tawaran
3.
Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA
4. Menduga Kurva Penawaran WTA
5. Menjumlahkan Data
6. Mengevaluasi Penggunaan CVM
4.5.3 Analisis Fungsi WTA
Analisis fungsi WTA digunakan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTA responden. Model yang digunakan pada
penelitian ini adalah model regresi linier. Persamaan regresi besarnya nilai WTA
adalah sebagai berikut:
LnWTA = β
+ β
1
JBTPi + β
2
PNDPi + β
3
PDDKi + β
4
TNGGi +
β
5
LTGLi + β
6
PUASi + εi
dimana: LnWTA
= Nilai Ln WTA responden β
= Intersep β
2,
β
3, …,
β
7 =
Koefisien regresi JBTP
= Jumlah batang pohon dalam program batang PNDP
= Tingkat pendapatan rumah tangga rupiah bulan PDDK
= Tingkat Pendidikan Tahun TNGG
= Jumlah tanggungan orang LTGL
= Lama tinggal tahun PUAS
=Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi bernilai 1 untuk “puas” dan 0 untuk “tidak puas”
i = Koefisien
regresi ε =
Galat
4.6 Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah: 1.
Nilai WTA masyarakat diduga dipengaruhi oleh jumlah pohon yang diikutkan dalam program PJL, tingkat pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan,
30 jumlah tanggungan, lama tinggal, kepuasan responden terhadap besarnya nilai
kompensasi. 2.
Jumlah pohon yang diikutkan program PJL, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, lama tinggal, diduga akan berkorelasi positif terhadap nilai WTA.
3. Tingkat pendapatan, serta kepuasan responden terhadap besarnya dana
kompensasi yang diterima diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTA.
4.7 Pengujian Parameter
Pengujian parameter secara statistik perlu dilakukan guna memeriksa kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji yang dilakukan yaitu:
1. Uji Kenormalan
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah
bahwa jika signifikan dibawah 5 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data tersebut
tidak normal. Jika signifikan diatas 5 berarti data yang akan diuji tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data
tersebut normal. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan presepsi diantara satu pengamat dengan pengamat
yang lain.
2. Uji Keandalan
Uji ini dilakukan dalam mengevaluasi pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya CVM dilihat dari nilai R-squares R² dari OLS Ordinary Least Square
31 WTA. Nilai R² yang tinggi dapat menunjukan tingkat kredibilitas penggunaan
CVM.
3. Uji Multikolinier Multicolinearity
Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multicolinearity
, yaitu terjadi korelasi kuat antar variabel-variabel bebasnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multicolinearity dalam sebuah model dapat
dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi R² dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas r². Masalah
multicolinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana
apabila nilai VIF Varian Inflation Factor 10 maka tidak ada masalah multicolinearity.
4. Uji Heteroskedastisitas S
alah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskesdastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan.
Pelanggaran atas asumsi homoskesdastisitas atau heteroskesdastisitas. Untuk mendeteksi masalah heteroskesdastisitas dapat dilakukan uji glejser. Uji
glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel-variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya Gujarati, 2003. Residual adalah selisih antara nilai
observasi dengan nilai prediksi. Sedangkan absolut adalah nilai mutlaknya. Dikatakan tidak terdapat heteroskesdastisitas apabila nilai signifikan dari
hasil uji glesjer lebih besar dari α 5, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α
5 maka dikatakan terdapat heteroskesdastisitas.
V. GAMBARAN UMUM 5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Berdasarkan Data Potensi Desa Kelurahan 2007, Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.
Desa ini berbatasan dengan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu di sebelah utara. Desa Gading, Kecamatan Dau merupakan batas sebelah Selatan. Sebalah
Timur berbatasan dengan Desa Junrejo, Kecamatan Junrejo. Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Desa Perhutani, Kecamatan Batu. Desa ini terletak di
ketinggian 850 – 900 meter dpl dengan curah hujan 1000 – 2000 mm th. Luas wilayah Desa Tlekung sebesar 765 ha. Luas wilayah desa ini menurut
penggunaannya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Luas Wilayah Desa Tlekung menurut Penggunaannya Tahun 2007 No Penggunaan
Luas Wilayah
1 Sawah Irigasi
38 Ha 2
Sawah Setengah Teknis 12 Ha
3 Sawah Tadah Hujan
6 Ha 4
Ladang Tagalan 87 Ha
5 Perkebunan Rakyat
52 Ha
6 Hutan Lindung
123 Ha 7
Hutan Produksi 14 Ha
8 Perkantoran 3
Ha 9 Sekolah
3 Ha
10 Jalan 14
Ha 11
Lapangan Sepak Bola 0,5 Ha
12 Perikanan Darat Air Tawar Kolam
0,6 Ha Sumber: Data Potensi Desa Kelurahan Kota Batu 2007
Orbitasi Desa Tlekung dengan ibukota kecamatan terdekat sejauh 1,5 Km dengan lama tempuh 15 menit. Jarak ke ibukota kabupaten kota terdekat sejauh
6,8 Km dengan lama tempuh 30 menit. Aksesibilitas menuju kantor kecamatan tergolong mudah karena jalan yang telah di aspal seluruhnya dan sudah ada