Dengan banyaknya anggota masyarakat hukum adat, tugas kewenangan tidak dapat dilaksanakan sendiri-sendiri sehingga kewenangan pelaksanaannya
dilimpahkan kepada kepala adat sebagai penguasa masyarakat hukum adat yang bersangkutan dan penguasa adat mempunyai kewenangan penuh dalam hal
penggunaan tanah adat suatu masyarakat hukum adat. Dengan kewenangannya tersebut, penguasa adat dapat menunjuk objek, subjek maupun bentuk penggunaan
terhadap bidang-bidang tanah di dalam masyarakat hukum adat dan pelaksanaan hak ulayat tidak boleh bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih tinggi.
115
D. Urusan Pertanahan Dalam Konteks Otonomi Daerah
Menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bidang pertanahan merupakan salah satu urusan yang wajib
diselenggarakan oleh Pemerintah KabupatenKota. Namun pelimpahan kewenangan urusan pemerintahan di bidang pertanahan tidak dapat dilaksanakan karena terganjal
oleh berbagai peraturan perundang-undangan sebelumnya yang isinya kembali mensentralisasi bidang pertanahan menjadi wewenang Pemerintah Pusat. Meski
waktu selama 2 dua tahun yang dijanjikan oleh Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2001 2001 tentang Pelaksanaan Wewenang di Bidang Pertanahan telah
terlampaui ternyata penyerahan urusan pertanahan kepada Pemerintah Daerah belum dapat dilaksanakan. Bahkan melalui Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003
115
Ibid., hal. 54.
Universitas Sumatera Utara
tentang kebijakan nasional di bidang pertanahan, Pemerintah menyatakan bahwa sebagaian kewenangan Pemerintah Pusat di bidang pertanahan dilimpahkan kepada
daerah, namun keberadaan Badan Pertanahan Nasional tidak dibubarkan tetapi diberi wewenang untuk menangani bidang pertanahan yang bersifat nasional.
Pemerintah, melalui Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang kebijakan nasional di bidang pertanahan, telah menentukan pembagian kewenangan
Badan Pertanahan Nasional beserta dengan lingkup tugasnya kewenangan Pemerintah Daerah di bidang pertanahan, yaitu
116
:
1. Wewenang Badan Pertanahan Nasional Pusat meliputi :
a. Pengaturan penyelenggaraan, peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah. b.
Penetapan dan pengaturan hubungan-hubungan hukum antara orang- orang dengan tanah.
c. Pengurusan hak atas tanah.
d. Penetapan pengaturan hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan tanah. 2.
Wewenang Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi meliputi: a.
Perencanaan tata guna tanah dan tata ruang propinsi. b.
Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tata guna tanah dan tata ruang.
c. Pengawasan, pengendalian dan penetapan pedoman pelaksanaan
landreform. d.
Penetapan dan pengurusan hak atas tanah. e.
Pengukuran dan pendaftaran tanah. 3.
Wewenang Kantor Pertanahan KabupatenKota meliputi : a.
Penyelenggaraan tata guna tanah dan tata ruang. b.
Penyelenggaraan pengaturan penguasaan tanah landreform. c.
Penyelenggaraan pengurusan hak atas tanah. d.
Penyelenggaraan pendaftaran tanah. e.
Penyelenggaraan pengukuran tanah.
116
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan
Universitas Sumatera Utara
4. Wewenang Pemerintah Daerah di Bidang Pertanahan meliputi :
a. Pengaturan, penguasaan tanah dan tata ruang.
b. Hal-hal lain yang berkaitan dengan tanah.
c. Hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan.
Pembagian kewenangan bidang pertanahan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah tersebut dirasakan masih belum sesuai kehendak Pasal 11 ayat 2
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, karena meski sebagian kewenangan di bidang pertanahan dilimpahkan kepada daerah, namun masih tetap dipertahankannya keberadaan Kantor Badan
Pertanahan Nasional BPN KabupatenKota untuk mengurusi pertanahan di wilayah kabupaten dan kota. Padahal, sebagai bagian dari kewenangan daerah, bidang
pertanahan harus sepenuhnya diurusi oleh Pemerintah Daerah. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah melalui Surat Keputusan Nomor 502000 Tentang Pedoman
Susunan Perangkat Daerah telah menyatakan bahwa urusan pertanahan di KabupatenKota ditangani oleh Dinas Pertanahan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah. Jadi, karena urusan pertanahan belum dapat diurusi sendiri secara penuh oleh Pemerintah KabupatenKota maka hingga saat ini terdapat 3 tiga
pandangan dalam mengurusi bidang pertanahan, yaitu :
1. Pengurusan Pertanahan Berdasarkan Ketentuan Badan Pertanahan Nasional BPN